Kenapa Elo Suka ?

543 167 8
                                    

Kenapa Elo Suka ?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa Elo Suka ?

"Elo menang ?" Tanya Adam, menatap raut wajah Rosa yang biasa saja.

"Gorengan!" Seru Rosa dingin.

"Iya dehh," ucap Adam mengalah, menarik lengan Rosa pergi dari lapangan. "Mau gorengan apa ?"

"Bakara," gumam Rosa pelan.

Adam mengangguk, menyuruh Rosa duduk di kursi Kantin. Sementara, Adam memesan makan, para sahabat lainnya mendatangi Rosa.

"Elo enggak lihat muka Anna tadi, gue mau ketawa," ucap Maria heboh duduk di kursi depan Rosa.

Alita tertawa, "Tuh cewek sih main ngajak berantem aja."

"T-Tapi dukun tadi tiba-tiba hilang," ujar Rina cemas. "S-Seperti disuruh mengamati aja."

Rosa sejenak terdiam, berpikir. Benar, ia sengaja memesan dukun lagi untuk membuat dirinya kalah. Tapi kenapa bisa terbaliknya ? Jangan-jangan dukun palsu ? Pikir Rosa, menghembus napas pelan. Untung ajalah, gue bisa-bisa enggak dapet gorengan.

"Bagus kalau gitu," sela Adam, melirik Rosa sembari tersenyum tajam. "Soalnya, gue juga tahu pelakunya siapa."

Sontak membuat Rosa menegukkan air liurnya dalam-dalam. "Siapa orang itu ?" Tanyanya berpura-pura penasaran.

"Ada, kayaknya lo juga tau," sindir Adam.

"Enggak mungkin lah!" Pinta Rina tersenyum parau, bergementaran. "R-Rosa di samping kami dari tadi, kan ?"

"Iya, Dam. Jangan curiga gitu, kan enggak terjadi apa-apa," komen Brayen, langsung duduk di samping Rina dan mengarahkan pandangan ke om Marten, penjual bakso.

"Pesan satu baksonya, mas!"

"Elo kalau tuduh Rosa, mending enggak usah jadi pendampingnya deh, Dam!" Sahu Dean kesal, bergegas duduk di samping Rosa.

Adam mendesah berat.
"Kalau Rosa berbohong, dia pasti berkedip!" Decak Adam.

Rosa diam, mencoba menahan tatapannya. Sialnya, ia berkedip satu kali dengan polos. Seketika semua sahabatnya memandangnya dengan kebingungan.

"Kan gue bilang," ujar Adam, menatap Rosa dekat-dekat. "Nih anak enggak pernah enggak gue tau."

"E-Elo gila, Ros ?" Tanya Anggie cemas, yang baru saja datang bersama Michael dari ruang OSIS.

"Hn, gue orang gila memang," jawab Rosa terang-terangan.

"Kenapa lakuin gitu ?" Tanya Adam datar.

"Gue enggak suka olahraga," jawab Rosa polos, memotong bakara di depannya. "Gue nyuruh Rina nakut-nakutin soal dukun. Siapa tau aja udah nyerah, gue bisa balik ke kelas."

Tidak ada yang bergeming, semua kaget dengan pernyataan Rosa.

Maria terbelakak. Dia menatap Alita. "Elo bakal nyerah pertandingan tadi ?"

"Sebenarnya, gue hampir, " jawab Alita bersungguh-sungguh. "T-Tapi gue mau nikmati pertandingan ini, jadi enggak nyerah."

Anggie berkedip-kedip sebentar. "Gue juga kok."

Tawa Juan meledak. "Hah, jadi elo yang buat gitu. Kejam lo, Ros! Masa mau nakut-nakutin kita ?!"

"Alah, elo sendiri juga takut, kan ?!" Seru Afgar, menyela.

"Enggak masalah, itu juga melatih insting dan perasaan kita agar saling percaya,-" jelas Michael, yang langsung dipotong bersamaan.

"Tai lo!" Umpat Juan kasar.

Mata Maria memincing. "Jangan hina sahabat gue disini, ya, Juan." Dia merendahkan suaranya. "Ah, ini juga udah berlalu... Kenapa dibahas ?"

"Hukuman ? Gue potong enam bulan tentang gorengan, hah!"

Suara parau terdengar tepat di telinga Rosa. Rosa mengerjap, tidak percaya. "Hiak!" Gumamnya.

"Gue ngerti bahasa Thailand, bodoh!" Kini giliran Adam yang tertawa seperti orang gila. Rasanya lucu bagi Adam hanya dengan melihat wajah Rosa kesal.

"Gue traktir lo gimana-" Dean berusaha membujuk. Sialnya, wajah tidak suka Adam sudah duluan menghadang Dean berbicara.

"Enggak boleh!"

"Gue ini kasihan sama Rosa, elo kira cuma lo yang bisa beliin Rosa." Debat Dean gigih. "Gue juga bisa, dan Rosa itu suka gorengan, tau!"

"Tapi nanti kalau sakit, lebih bahaya! Elo tau kalau nih anak batuk, dia bisa bawa sampai tiga bulan, tau!" Suara Adam menggema di langit-langit ruangan, membuat Dean mau tidak mau mengalah.

"Elo lebih mirip bapaknya ajalah." Afgar berkomentar.

Anggie tercengang. "Hn, padahal gue aja enggak pernah larang Rosa..."

Juan tertawa, "lah ciri-ciri suka tuh Adam. Masa sih enggak suka sama Rosa kalau peduli gitu ?!"

"Masa enggak sih ?" Goda Brayen tersenyum menggoda.

"Apaa!" Kali ini Dean membentak histeri. "Enggak boleh!"

"Yang satu juga suka, aduh drama romantis remaja lah ini," cibit Alita malas, memakan gorengan milik Rosa, yang entah kenapa cewek itu berikan secara gratis.

"Asalkan enggak boleh berantem, kalian lanjutin aja debatnya!" Sahut Michael sembari membuka bungkus permen, menatap dengan sorotan merepotkan.

"Kalau enggak." Anggie memamerkan telapak tangan, lalu tersenyum tajam. "Bayar, atau gue hukum!"

"Mendokusai ne," kata Rosa malas.

"Gue ngerti, tau!" Kompak, Adam dan Dean menjawab bersamaan. Mereka saling menatap, lalu buang muka bersamaan.

Dengan heran, Juan bertanya-tanya. "Mengapa kalian suka sih sama Rosa ?" Tanyanya, menatap Adam dan Dean bersamaan.

"Rosa cantik, enggak ?" Tanya Brayen, menyela.

"Pas-pasan," jawab Rosa asal-asalan.

"Manis, enggak ?"

"Enggak, cuma pemalas," jawab Rosa lagi.

"Gue enggak nanya sama lo," ucap Brayen kesal.

"Biasa aja sih," jelas Dean, menatap Rosa dekat. "Tapi semakin elo tau seseorang, lo semakin penasaran dengannya."

Adam menghela napas, menjauhkan wajah Dean dari wajah Rosa sejauh-jauh mungkin. "Gue enggak peduli pendapat lo, setan!" Decak Adam tajam.

"Elo gimana sih, Dam ?" Tanya Juan kebingungan. "Elo suka atau enggak ?"

"Ha ?" Adam tercengang kaget, terdiam sejenak.

Sebenarnya Adam juga bingung dengan perasaannya sendiri; merasa nyaman, hangat dan merepotkan, Adam hanya pikir itu perasaan yang bahkan tidak pernah bisa ia keluarkan. Tapi di samping Rosa, ia merasa menjadi sosok yang ingin melindungi.

"G-Gue enggak tau perasaan gituan!" Adam membalas cepat, nyaris membentak. "Tapi gue mau lindungi cewek pemalas ini!-"

Krooo... Krooo... Krooo...

Rosa sudah tertidur di atas tempat gorengan yang kosong. Sepertinya Alita juga tahu kenapa sosok Rosa membagikan gorengannya. Menghela napas pelan, Adam bergegas mengangkat wajah Rosa.

"Kalau elo mau tidur, paling tidak, lo bilang bego!" Serunya, langsung mengendong sosok Rosa pergi.

Dean diam, ia baru kali ini merasa kalah dari Adam. Ia tidak bergerak bahkan ketika tahu sosok Rosa sudah tertidur. Kok hati gue sakit sih ? Pikir Dean, menatap kepergian Rosa dan Adam. Gue betulan suka Rosa ? T-Tapi gue sama sekali enggak peduli dengannya. Maafkan gue Rosa, gue salahkan lo dulu. G-Gue nyesel tau!

Bersambung!!! Semoga suka, ya! Ayo dikomen dan vote, dong! Hehehe

Figuran RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang