Rahasia MARSA ?
Geng yang paling terkenal di antara cewek itu, MARSA. Punya tanda pengenal atau pertemanan dengan geng itu, sudah bisa diakui menjadi cewek hebat di Sekolah. Semua itu seperti ekspentasi dari para adik kelas sampai kakak kelas, kecuali Rosa. Hanya Rosa yang menganggap itu biasa dan bertekad keluar dari geng sinting itu.Kali ini, Anggie bahkan hendak berlutut di hadapan Rosa, meminta cewek itu tetap bergabung. "E-Elo harus! P-Pokoknya, kalau elo enggak ada, itu enggak bisa disebut MARSA, Ros!"
"Males ah, Anggie!" Balas Rosa tidak peduli, membaringkan tubuh di meja. Ia lelah kemarin, mungkin kalau bisa dibilang ia harus tidur di kantor polisi.
"PLEASE, ROSA!" Bujuk Maria, mengedipkan mata sembari menengadah wajah kearah Rosa.
"Enggak ah, gue kan human. Ini keputusan gue!" Tentang Rosa, membalikkan tubuhnya kearah meja lain.
"Udah, mood Rosa rusak hari ini," ujar Rina sembari menghembus napas pelan, kecewa melihat kartu tarot yang muncul. "Kayaknya bujukkan hari ini bakal gagal lagi dehh, udah gagal—"
Sontak Anggie melempar bantal kecil kearah wajah Rina dengan kesal. "Rina, elo harus Sekolah peramal sana! Gue denger lo kayak sapi yang mau dipotong, tau!"
Rina menyeringai, lalu berdecak kesal. "Elo remein banget ramalan gue, ya Anggie!" Bentaknya kesal sembari melanjutkan kembali ramalannya.
"OK, pokoknya kita harus bujuk si pemalas ini," potong Alita, berpikir sejenak. "Ermm, baiklah... Apa yang disukai seorang Rosa ?"
"Ah!" Alita menyengol lengan Rosa dengan bersemangat. "Gimana kalau gorengan ?"
"Mama Adam janji ngasih gue banyak gorengan, jadi enggak akan mempan!" Tatap Rosa polos, lalu berbaring lagi.
"Shitt!" Alita berkerut tidak suka. Memang susah memastikan cewek di depannya tampil. Seperti kemarin, mereka sebagai pemimpin geng, tetapi tidak pernah menunjukkan siapa ketuanya. Lucu, bukan ?
"Kalau mantrain, gimana ?" Mata Rina menyala, hendak memberikan mantra. Sayangnya, secepat kilat, Maria langsung menghadang.
"Gimana kalau nih anak jadi enggak mau gabung lagi ?"
Rina mau tidak mau kembali menyimpan mantranya, lalu berbaring. Ia menyerah. Lagi pula, apa yang bisa dilakukannya ? Ia hanya penyihir terkutuk.
"Elo bener-bener enggak mau gabung, Ros ?" Tanya Alita sedih.
Rosa mengangguk pelan. "Repotin!"
"Kalau gitu, Ros. Maafkan gue soal ini," ujar Alita yang bergegas menutup hidung Rosa dengan kain antibiotik. "Soalnya, kalau bukan elo siapa lagi, kan ?"
"Ide lo jenius, Lita," puji Maria, membantu menyongkong tubuh Rosa.
"Kalian melakukan tindakan ilegal. Menurut pasal 2 ayat 8 Sekolah—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Romance
Teen Fiction[HARAP TIDAK COPYPASTE MAUPUN MENIRU KARYA INI. JIKA SAYA MENEMUKAN PENIRUAN, MAKA SAYA PASTIKAN AKAN MENUNTUT ANDA. TERIMA KASIH] Rosa Novita Ass sudah lelah menjadi figuran yang menganggu hubungan Anna dan Dean, hingga ia bertemu sebayangnya, Adam...