Kegiatan Bodoh Cewek Itu

1.6K 239 8
                                    

Kegiatan Bodoh Cewek Itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegiatan Bodoh Cewek Itu

Selama hidup Adam, ia selalu membersihkan segalanya. Bajunya selalu ia cuci. Walaupun mamanya sudah bilang kalau dia akan mencucinya. Setiap hari, hampir bisa dibilang Adam seperti punya penyakit kebersihan, yang kerjanya ingin menghapus kuman. Sialnya, sekarang ia berada di depan kamar Rosa, yang berbanding terbalik.

Tubuh cewek itu bersandar di ranjang, mengerjakan beberapa tulisan disana sambil membaca buku Harry Potter. Melotot setengah kearah Adam, menyuruhnya keluar.

"Shuuu!" Usir Rosa, menepi-nepikan tangan sebagai tanda menyuruh Adam. "Elo merusak ide gue. Pergi loh, kembali ke tempat asal elo di Hogwarts."

Adam tidak mengerti mengapa cewek di hadapannya ini selalu mengatakan hal aneh. Tapi kalau mau dibilang, Adam bisa menebak sedikit ucapan aneh Rosa. Hanya dengan membaca atau melihat, cewek itu bisa aja ngatain hal aneh.

Namun, sebelum itu, Adam sudah putuskan menghentikan tindakan mager Rosa dari sekarang. Ia menarik tubuh cewek itu turun dari tempat tidur, alhasilnya Rosa berada di lantai sekarang.

Sambil menjerit, Rosa hanya bisa pasrah. "Hidup gue udah tamat. Gue pasti sekarang mati suri. Siapapun..., Tolong usir penganggu ini."

"Ayo bangun," ajak Adam, membereskan tumpukan kertas di lantai, kemudian beralih pekerjaan dengan mengepel. Sementara itu, Rosa hanya melihat. Namun, paling tidak, Rosa sedikit bangga kalau ia bisa membersihkan. Pasalnya, ia hanya perlu mengikuti jalan Adam kemana-mana dalam artian ia juga bersih.

"E-Elo, lo kenapa ngikutin terus sih ?!" Adam berhenti, menatap Rosa.

"Bukannya disuruh bantuin ?" Tanya Rosa.

"Iya, elo sapu kek, atau bereskan meja elo disana!" Perintah Adam, yang membuat Rosa diam dan memutuskan untuk pergi tanpa Adam sadari. Trik yang membuat Rosa terharu, ia melarikan diri.

Ketika Adam selesai beres-beres, ia baru sadar kalau Rosa sudah menghilang. Tidak ada tanda-tanda cewek itu bernapas di sekitarnya, terlebihnya rumah cewek itu terlalu luas untuk dicarinya Adam. Sembari kebingungan dan takut kenapa-napa sama itu cewek, Adam berlari menyusuri setiap tempat. Ia bahkan harus bertanya ke bibi pembantu.

"Permisi, apa bibi lihat Rosa ?" Tanya Adam cemas.

"Erm..., Gini nak," kata Bibi pembantu, merasa susah menjelaskan. "Biasanya Rosa senang terjebak di dalam lemari, sampai dia enggak bernapas dan dibawa ke rumah Sakit. Terus, mamanya putuskan enggak ada lemari lagi. Kemudian, Rosa pernah timbung dirinya di tanah saat hujan, lalu Rosa jadi sakit parah. Sejak itu, papanya putuskan hapuskan tanah di rumah ini."

"Lalu pernah sekali, Rosa hampir mati. Saat itu, tanpa sepengetahuan orang tuanya, Rosa membeli peti mati. Ia bersembunyi disana dan alhasilnya, sebulan, ia hampir tidak bangun—"

Adam syok. Kalau saja, ia tahu persoalan ini, mungkin sekarang ia sudah mengunci cewek itu dengan borgol di ranjang. Timbul pikiran buruk Adam ketika ia tidak bisa menemukan Rosa. Bagaimana kalau cewek itu juga pergi ke tempat gila ? Atau, apakah cewek itu putuskan mati karena ia menyiksanya ?

"Terima kasih, bibi!" Dengan ketakutan, Adam berkeliling mencari Rosa. Menegokik pelan kearah bawah meja, lalu beralih mencari cewek itu di dalam dapur.

Alhasilnya, perkataan bibi pembantu memang lah benar, Rosa itu senang bersembunyi di tempat unik. Ia duduk dengan kaki terkunci di dalam lemari makanan, memakan coklat.

"Oh, hai!" Sapa Rosa, tidak peduli. Lalu melanjutkan acara makannya.

Adam hanya bisa membuang napas. Lega kalau cewek di hadapannya tidak melakukan hal gila seperti kata bibi pembantu. "E-Elo, lo bikin apaan disini ?!" Tanya Adam.

"Makan—"

"Lah kenapa elo sampai sembunyi gini ?" Tanyanya lagi.

"Elo nanti minta soalnya," jawab Rosa polos. "Tadi juga elo masih kerja—"

"Gue enggak akan makan," ujar Adam, menyerah. Ia menyeret Rosa keluar, lalu menarik cewek itu dengan selimut. Pasalnya, ia tidak bisa mengangkat tubuh cewek itu.

"Gue mau tanya,"

"Apaan ?" Tanya Adam balik.

"Elo dibayar berapa sama mama gue sampai mau kerja disini ?"

Adam hanya bisa mencoba tersenyum palsu, menahan emosinya agar tidak naik. Pasalnya, ia sudah kehabisan kesabaran. Sembari menjawab pertanyaan Rosa, Adam bergumam pelan dalam hatinya.

Elo bersedekah, Adam! Udah sabar aja, elo pasti ubah cewek ini! Benar, elo ngurusin orang enggak sanggup yang kena penyakit malas.

"Enggak ada," ujar Adam. "Gue janji sama mama elo bakal ngubah elo—" Adam putuskan tidak melanjutkan perkataannya. Kalau Rosa tahu perjanjian mamanya, cewek itu mungkin saja akan menghilang lagi.

"By the way, nama elo siapa, ya?" Tanya Rosa lagi, berbaring sedikit tubuhnya ke selimut, yang ditariknya Adam dari satu ruangan ke ruangan lain.

Adam geleng-geleng kepala. Maklum, otak Rosa memang cepat hilang, pastas saja kalau ia tidak ingat.

"Adam Clakson Rey, cowok pintar—"

"Baik, " kata Rosa, menoleh kearah Adam, membuat Adam berhenti dengan heran. Sambil bergumam aneh, Rosa berseru. "Adam Clakson Rey, gue kutuk elo jadi kodok!"

Sejenak Rosa pikir ia berhasil karena Adam tidak bergerak. Tapi bukannya melihat kodok, ia melihat Adam sedang menertawakannya dengan keras.

"E-Elo," ujar Adam. "Karena itu, elo minta nama. Elo benar-benar aneh banget!"

"Tunggu aja, gue bakal cari cara lain—" Rosa tidak berkata apa-apa, ia bersandar dengan nyaman dengan selimut.

Adam yang heran, mengerut kening. "Elo kenapa enggak lanjutin ?"

"Malas."

Satu kata membuat Adam sadar. Kalau cewek di hadapannya memang tidak seperti cewek lain yang manja atau senang berpura-pura dekat dengan cowok, seperti berkelahi dengan mereka. Cewek di depannya ini mungkin tidak akan disukai cowok mana pun. Bahkan mungkin saja, ia tidak berminat hidup. Dan itulah, yang terpikir oleh Adam ketika melihat Rosa.

***

Anas sedang beres meja makan, mengingat esoknya, akan ada pesta makan malam keluarga. Tidak sabar, Anas sudah naik turun tangga, jalan kemarin dan kesana, hanya untuk menyesuaikan meja makannya. Namun, tanpa sengaja, ia melihat dua orang yang sangat familiar.

"Rosa, Adam!" Panggil Anas, menghampiri mereka.

"Lah tante," kata Adam, menaikan salah satu alisnya. "Tante lagi apa disini ?"

"Gini Tante mau panggil orang tua Adam datang," jelas Anas, tersenyum. "Terus tante mau antar kalian berdua ke mall. Katanya Rosa, dia sama Alita mau main ke mall besok. Jadi, tolong dampingi Rosa, ya."

"Mama harus ada anak repotin ini ?" Tanya Rosa, menengok kearah Adam.

"Gue juga diminta. Lagiankan elo yang repotin," ujar Adam, tidak terima.

"Udah, jangan ribut!" Seru Anas, melihat keduanya. "Kalau Rosa enggak mau, mama bakal hapus daftar kuota dari—"

"Wah, aku senang banget Adam ikut!" Rosa berpura-pura semangat. Ia tidak akan tega kalau kuota hidup sematinya itu hilang, terlebihnya hanya karena tidak ikut.

"Bagus! Kalau Adam sih enggak mau ikut, tante terpaksa jodohin—"

"Saya ikut, tante!" Sela Adam.

Continue...

Figuran RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang