Pagi cerah...
Mata seorang gadis berbinang-binang, ia melirik kearah belanjaan yang menumpuk. Semua tampaknya hanyalah berbagai merek keripik— lays, chitato, and all— bahkan kantong plastik itu mungkin saja bisa bocor akibat ketumpukan jenis makanan ringan. Dan, jangan lupa wanita yang membawa barang itu, Ara, sang mama Adam.
"Jadi," wanita bernama Ara itu tersenyum, ia menurunkan berbagai barang belanjaan, sekiranya untuk sebulan di sebuah rumah baru. Ia terhohok tanpa sebab, lalu kemudian tertawa nyaring. Tembok pastinya akan memantulkan suara miliknya. "Kalian, Adam dan Rosa, akan tinggal di rumah baru. Dan, selama 5 tahun, sesuai perjanjian, kalian akan mutusin mau nikah or not," jelasnya.
Penjelasan nyaring dari Ara telah membangunkan sosok sang anak dari tidurnya, pemeran kita, Adam yang telah diculik oleh mamanya sendiri bersama sahabatnya itu. Dan, ia disini, sedang terikat oleh tali, berusaha memberontak. Tapi, kemudian ia hanya bisa berakhir diam. Ia terbungkam tanpa sepatah kata pun, ketika mamanya itu yang menyatakan omong-kosong— Adam masih menolak pernyataan itu— tapi jika memberontak, ia tak bisa melawannya.
"K-Kenapa ?!" Mata Adam melotot tak percaya, ia memutar matanya. "Kenapa sih mama buat gini ?!" Bentaknya dengan nada kesal.
Ara menengadah, melihat saksama anaknya itu. "Demi kebaikanmu, sayang," ia tersenyum tipis.
"Kamu enggak masalah kan, Rosa ?" Sejenak Ara melirik Rosa, yang tampak tak peduli dengan persoalan antaranya dan Adam, tetapi jelas mata gadis itu lebih tertarik dengan keripik.
"Tidak kok tante," ia tersenyum, lalu tanpa memperhatikan mata Adam yang mulai emosi, Rosa lebih sibuk melihat kesukaannya.
"TAPI, MA!" Kali ini Adam membentak, ia sudah sangat marah atas perlakuaan orang tuanya, yang semenah-menah. "ADAM SAMA ROSA ITU CUMA ANAK-ANAK—"
"SHUTT!" Bentak Ara membuat Adam terdiam. "Bodoh amat," Ara kembali tersenyum, kemudian menutup pintu utama rumah tersebut dengan hati senang, ia melirik sejenak dan berpamitan. "Dahh, anakku sayang! Jaga Rosa baik-baik, ya!"
"SIALANNN!!!" Pintu ditutup, hanya ada jeritan Adam yang tak terhenti berkeluh pada ruang kosong, yang hanya ada dirinya dan Rosa. "KENAPA HIDUP GUR GINI, TUHAN ?! NGAPAIN LO NGUTUK GUE, TUHAN ?"
"Gue lapar, dam," sementara suara merepotkan itu bergema. Dan, ini Rosa, sang pemeran kita yang manis, hanya bisa memelas dengan harapan dikasihi.
Bagaikan awalan dari akhiran, nasib memutar balik. Berbagai kejadian telah tiba, mulai dari pertanyaan hubungan Afgar dan Alita, yang terlibat cinta sepihak. Perasaan yang tak tahu kearah mana itu bergema... Akankah mereka menyatakan rasa suka, mungkinkah egois telah membual di antara keduanya.
Memikirkan pernikahan membuat Rina jadi gugup, ia bahkan tidak pernah memikirkan masa bahagianya, ia hanya sibuk meramal. Sementara, Brayen merasa kebingungan. Dunia bagaikan terbalik bagi mereka. Akibatnya, segala overthinking telah membimbangkan keduanya pada pilihan tepat.
Sementara, Michael telah sibuk memikirkan cara meramal Anggie. Sayangnya, setiap ia melamar gadis itu, Michael tetap tak mengerti apa alasan Anggie selalu menolaknya. Kebimbangan akibat masa lalu muncul tanpa sebab di hati Anggie menimbulkan segala kehancuran dalam hubungan keduanya.
Dan, jangan lupa hubungan tak akrab Maria dan Juan, yang entah sejak kapan berubah jadi wilayah saling membully.
Bagaimana kah pertemanan ini akan berlanjut ? Akankah kebahagiaan selalu menanti bagi orang yang bersabar ? Akankah keraguan berubah menjadi keyakinan ?
Picture bagi yang penasaran pemeran yang dibayangkan seorang penulis
Brayen and Rina
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Romance
Teen Fiction[HARAP TIDAK COPYPASTE MAUPUN MENIRU KARYA INI. JIKA SAYA MENEMUKAN PENIRUAN, MAKA SAYA PASTIKAN AKAN MENUNTUT ANDA. TERIMA KASIH] Rosa Novita Ass sudah lelah menjadi figuran yang menganggu hubungan Anna dan Dean, hingga ia bertemu sebayangnya, Adam...