Perasaan yang Hancur

879 163 11
                                    

Perasaan yang Hancur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaan yang Hancur

Rosa bisa merasakan mulutnya seketika menggering dengan sendirinya saat mengucapkan kalimat konyol itu. Apa yang dia katakan memang benar, ia tidak pantas untuk seorang Adam. Dia hanya sekedar sosok Rosa Novita Ass yang pemalas dan memalukan.

"T-Tapi l-lo sudah tunangan, Ros!" Gumam Alita prihatin.

"Gue batalkan," ucap Rosa datar, bergegas pergi dari Kantin. Sementara, para teman-temannya menatap dengan bingung. Penyebabnya, tidak biasanya, cewek yang malas itu mengucapkan kalimat tidak masuk akal.

Benar, ini konyol. Tapi perasaan selalu berubah. Rosa yakin itu, jadi jika dia memutuskan hubungan segera, maka Adam akan baik-baik saja. Lagipula apa yang dikatakan Kelly memang benar, dia hanya seorang malas dan menjijikan yang tidak pantas.

Rosa berlari ke Kelas, menemukan Adam sedang menatap jendela dengan raut wajah marah dan kesal. Sebelum mengatakan sesuatu, Rosa menarik napasnya panjang dan memanggil Adam.

"Dam," panggilnya.

Adam menoleh bingung, "Kenapa ?"

"Ayo batalkan tunangan kita," ucap Rosa to the point.

Adam terdiam, tidak bisa berkata apa-apa. Hatinya seakan berhenti berdetak, ia hanya bisa menatap dengan raut wajah kaget. Sementara, Rosa bersiap pergi dari Kelas, ingin membiarkan Adam berpikir.

Namun, tangan Adam menahan lengan Rosa dengan kasar, lalu mengangkat alisnya. "E-Elo, kasih alasan ?"

"Karena kita tidak harusnya punya hubungan," jawab Rosa datar, melepaskan gengaman Adam dan keluar dari kelas. Seperti kebanyakan orang, Rosa merasa tidak cukup sakit. Tapi itu hanya perasaan awal, itu tidak sebenarnya.

Pedih dan sakit, Rosa tidak tahu perasaan apa yang menghantuinya tiba-tiba. Tapi hatinya perih sehabis mengatakan kalimat tadi. Belum lagi, ia harus melihat sorotan Adam yang entah kenapa justru membuatnya teringat terus-menerus.

Sementara, Adam terdiam cukup lama di kursi. Ia masih berpikir soal kebenaran bahwa mereka tidak saling mencintai, jadi sudah seharusnya dibatalkan.

Hn, itu keputusan bagus, Rosa, gumam Adam dalam hati. Elo sama gue sebenarnya punya hubungan seperti apa ? T-Tapi kenapa jika kita tidak punya hubungan, hati gue sakit, sialan! Kenapa sesakit ini ?!

Maaf, Dam! Rosa bergumam dalam hati, ia tidak berhenti berjalan tanpa arah di lapangan. Elo harusnya cari yang lebih baik, jangan mendekati gue! Seharusnya lo terlibat dengan cewek ramah dan manis! Tidak seharusnya antagonis kayak gue, tau!

Para sahabat mereka yang melihat mulai geleng kepala. Tentunya, mereka menyadari dua jenis berbeda gender itu sekarang justru kurang akur. Biasanya, keduanya saling suap-menyuap makanan atau paling tidak, saling adu mulut. Tapi kini mereka terpisah dan berwajah suram.

"Gue kasihan sama mereka," gumam Juan, menatap kedua orang yang berbeda ruang. "Padahal hati mereka sama-sama sakit, tapi masih aja belum sadari apapun."

"Ini juga gara-gara, Michael," sindir Maria galak, menatap kesal Juan. "Tuh anak yang buat Adam dan Rosa terpisah tau! Pokoknya sama nenek lampir itu, siapanya nanya lah ?!!"

"Gue dukung lo deh!" Juan menyerah, tidak tega melihat dua orang dipisahkan dan sekarang, dia menjadi penonton lewat jendela. "Pokoknya hati gue sakit sendiri!"

"Alah, lebay lo!" Cibir Maria, memutar bola matanya malas.

"Elo enggak kasihan emang liat teman lo kayak orang sinting muntar-muntar lapangan, ha ?!" Tanya Juan kesal.

"Kasihan sih!" Ucap Maria, namun mendengus napasnya. "Tapi elo tau tuh anak memang masuk di musim bulan 6, artinya badmood-nya luar biasa jeleknya!"

"Masa sih ?" Gumam Juan tidak percaya.

"Kalau enggak percaya, terserah aja," Maria langsung pergi, ia masih punya tugas yang belum diselesaikan. Sia-sia saja bicara ia bicara dengan orang bego, karena enggak bakal paham.

•••

Satu jam kemudian...

Adam tahu hatinya sakit. Tapi dalam hati terdalamnya, ia tidak menyesal mengurus Rosa. Konyol untuk dikatakan, tapi Adam sama sekali tidak merasa tidak punya hubungan apapun dengan cewek yang kini berlari di lapangan. Ia ingin melindunginya, bukan menyakitinya.

Sementara, Dean yang melihat terpaksa menghembus napas, merasa bego. "E-Elo sebenarnya suka sama Rosa, enggak sih ?!"

Adam menengok, ditatapnya Dean dengan suram "Hati gue sakit."

"Lah, lo gagal hati, Dam!" Canda Brayen yang tanpa sengaja datang di samping Dean.

"Bukan, bego!" Bentak Michael, memperbaiki kacamatanya. Aneh, entah sejak kapan pula sosok Michael memakai kacamata. Malangnya, ia menuruti Anggie. "Tuh anak patah hati!"

"Gue enggak punya perasaan apa-apa sama Rosa, gue cuma rawat aja," tekan Adam, menatap seluruh sahabatnya. "Jadi udah pantes kita batalkan tunangan—"

"Kalau lo enggak suka Rosa, pastinya lu enggak sakit hati," tegur Dean, memutar matanya dengan malas. Antara bingung, dia awalnya sudah mau memukul Adam, tapi sekarang, ia justru khawatir dengan hubungan cowok itu. Astaga! Pasangan merepotkan!

"Mungkin Brayen benar, Dean," cibit Adam, mencoba percaya. "Gue pasti ada masalah hati!—"

"Udah jangan ngelak!" Seru Alita yang tiba-tiba muncul, lalu berdiri di depan Jendela menghadap lapangan sembari menatap khawatir sahabatnya itu. Pasalnya, sahabatnya itu masih belum berhenti berjalan di lapangan. "Sudah musimnya, Dam. Gue pernah ngasih tau lo, kan ? Musim bulan 6 ?"

"Gue sama Rosa enggak ada hubungan apa-apa." Balas Adam yang langsung buang muka dari jendela, ia terlalu malas untuk melihat tingkah cewek yang memutuskannya. "Urus aja sendiri sahabat lo!"

Plak!

Dean tanpa basa-basi langsung memukul pipi Adam dengan kesal, menatap marah kearahnya. Sementara Adam masih bingung, Dean langsung membentak.

"Elo kalau sayang sama Rosa, lo enggak akan biarin dia lari, tau! Elo tau fisik tuh anak enggak kuat! Elo tau segalanya soal Rosa, tapi lo kayak orang yang disakiti aja!" Bentak Dean bergegas keluar kelas dan dengan pikiran ingin menahan sosok Rosa di luar.

"Dean iri sama lo, Dam!" Ujar Afgar pelan, melipatkan kakinya di atas meja sembari menatap Adam. "Pastinya semua cowok yang suka ceweknya akan iri karena enggak bisa kenal ceweknya."

Adam sejenak diam lagi, ia masih belum bisa berkutip. Tanpa sengaja, tatapan Adam menatap jendela dan melihat sosok Rosa yang sudah tidak berdaya. Cewek itu terus berjalan dengan keras, padahal sudah tidak dapat menggerakan tubuh.

Benar, ini kali pertamanya, Adam menyesali semuanya. Ia membiarkan orang yang ternyata disukainya justru berjalan dengan fisik lemah. Konyol lo, Dam, pikir Adam seketika menertawakan dirinya sendiri. E-Elo enggak bisa rawat orang yang lo sukai! Elo enggak bisa mengerti perasaan lo sendiri ?!

Penyampaian!

Well, jujur, ya... Erm, author bukan orang yang suka konflik. Author pingin hidup pemeran author enggak perlu ribut atau ribet, paling enggak, tenang dan sesantai malasnya hidup.

Jujur, malasnya Rosa itu masuk dikategori author yang suka hidup tanpa masalah pokoknya. Jadi, kalau ada yang komen konfliknya kok dikit atau nihil, atau yang pingin masalah serius... Erm, sorry banget, soalnya author tulis cerita begini untuk mendedikasi tentang hidup percintaan santai. Cinta memang cinta, kadang sakit... Tapi tidak perlu terlalu sakit, jadi lapisi dengan tawaan juga, ya!

Salam author!

Figuran RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang