Bela Siapa
Adam tiba di luar gerbang Sekolah dengan Rosa di atas troll. Hampir semua anak Sekolah lihat aksi mereka berdua dan menjadi viral, terutama melihat cowok paling terkenal di Sekolah justru mendorong troll si pembully, Rosa. Sementara itu, para anak Sekolah berbisik-bisik antara keduanya.
Elo lihat Adam! Astaga, gue enggak percaya banget! Sebenarnya, itu Rosa bikin apaan sama Adam sampai Adam nurut banget sama itu cewek! Masa itu cewek juga harus didorong pake troll, emang enggak bisa jalan apa?! Apalagi sama Adam lagi!
Iya, kok Adam mau aja nurut sama itu cewek. Gue curiga kalau Rosa pake santek, dia santek Adam sampai mau nurut gitu! Kan selama ini, Rosa cuma pembully doang! Dia ganggu Anak, princess Sekolah! Ehh, kok sekarang dia yang sok. Pasti ada isi-isinya!
Tuh Rosa, ya! Licik banget kalau gitu. Masa bisa sih perlakuan Adam kayak gitu ?! Kan sebal juga lihatnya! Bikin mata sakit aja, tolol banget! Kesal gue lihatnya!
Ada seorang wanita yang bergegas keluar dari mobil mewah di depan gerbang Sekolah. Ia tampak cemas dan takut. Ketika menemukan troll, wanita itu langsung berlari menghampiri.
"Rosa kok kamu udah turun aja, nak ?" Wanita itu kebingungan, lalu menemukan adanya Adam disana. Ia mengerut dahi, lalu secara tidak sadar memukul pelan pundak Adam. "Lo Adam juga disini ? Mama Adam nelpon loh kemarin, katanya mau nitip Adam semalaman ke rumah tante."
Rosa yang tidak tahu, hanya bisa mengerut keningnya. "Emang nih mamanya cowok iblis, siapanya mama ?"
"Mama lupa ngasih tahu, ya," kata Mama Rosa, tertawa pelan. "Adam ini, anak sahabat mama. Dia cuma satu-satunya sahabat mama, makanya mama perhatian banget sama anaknya juga."
Rosa tidak bisa berekspresi. Ia merasa kalau dirinya sekarang yang ditipu. Hanya dia seorang yang tidak tahu soal itu. Terlebihnya, kata 'Satu-satunya' membuat Rosa syok. Dalam artian, mamanya mungkin akan melakukan hal gila lagi.
Adam terkekeh pelan. "Tante Anas enggak perlu khawatir," ujar Adam ramah. "Adam mau bantu ngurus Rosa kok, jadi nanti tiap hari, Adam aja yang—"
"Mama enggak boleh repotin orang!" Potong Rosa, tidak senang. Dari wajahnya sendiri, Rosa sadar ia masih tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Terlebihnya lagi, di antara ribuan cowok, harus saja orang yang mengatur.
"Mama pernah bilang kalau kita ini enggak boleh repotin orang kan, ma! Terus, kalau kita repotin orang nanti justru banyak juga kita harus balas budi, " jelas Rosa, mencoba membuat mamanya tidak setuju. Berharap besar kalau cowok di sebelahnya takkan ikut campur dalam hidupnya.
Rosa bahkan sudah berpikir ia harus berjanji pada dirinya, kalau ia akan berubah jadi baik. Ia tidak akan menjadi malas lagi, asalkan cowok di sampingnya ini tidak ikut campur. Sialnya, hancur harapan Rosa, mamanya dua kali lipat dengan semangat empat lima justru menerima.
"Mama senang banget kalau Adam mau bantu Rosa!" Seru Anas, tersenyum. Walau begitu, sebenarnya Anas sangat senang. Tentu saja, ia akan bebas dari anak yang telah merepotkan dia setengah tahun sejak pernikahannya.
"Mana pernah mama bilang gitu ?! Lagian kalau kamu utang budi sama Adam, kan hanya perlu balas doang!" Oceh Anas, yang langsung membuka pintu mobil dan membiarkan keduanya masuk.
Sebelum mobil bergerak, Anas membisik kearah Rosa sambil tersenyum manis. "Kalau kamu masih menentang keberadaan Adam, mama terpaksa menghapuskan uang jajanmu."
Ketika mendengar itu, sontak membuat Rosa tidak berkata lagi. Ia tobat telah membuat masalah dengan mamanya sendiri. Lagi pula, jika cowok di sampingnya itu ada tidak akan mengubah segalanya.
"Kenapa ?" Tanya Adam, tertawa pelan. Melihat wajah cemberut dari Rosa saja, Adam merasa kalau dirinya sudah bangga dengan itu. "Elo mau lawan gimana pun enggak bakal menang."
" Dukun elo hebat banget, ya," potong Rosa. "Ngomong-ngomong, ngasih tahu tanggal lahir elo."
"Elo mau santek gue kan!" Tebak Adam, yang langsung geleng kepala. "Enggak, gue enggak mau!"
"Elo," kata Rosa pelan, menatap Adam datar. "Penjahat, gue doakan elo jadi baik sama gue. Semoga elo enggak ngapain gue, semoga gue dilindungi dengan Dewa, Tuhan, Wisnu dan Allah agar gue selamat. Amin."
Adam bungkam. Sebenarnya, dia lebih ingin tertawa mendengar perkataan Rosa yang berlebihan. Namun, ia tidak terlalu peduli. Mulai terbiasa dengan ocehan cewek di sampingnya, yang sering abal-abalan.
"Kayaknya Tuhan enggak bakal dengar elo deh, habisnya gue kan baik," oceh Adam, mengacaukan ucapan Rosa.
"Tuhan lebih membela gue, karena dia sering berbelas kasih sama gue—"
"Tapi elo ada maunya doang baru doa tau!" Potong Adam. "Gue kan berbuat kebaikan, elo minta yang aneh-aneh."
"Tapi pokoknya, semoga mereka melindungi gue, agar elo tetap jadi baik sama gue."
***
Mobil tiba di rumah. Rosa berjalan malas kearah satu ruangan ke ruangan lainnya. Sementara itu, mama Rosa mengajak Adam berkelilingi rumah. Berharap anak cowok di depannya ini menjadi menantunya nanti.
"Jadi tante," kata Adam, berbasa-basi. "Rosa itu orangnya gimana, tante ?"
"Rosa ? Aduh, itu anak susah banget tante urus!" Ujar Anas, menunjukkan wajah kesal. Berpikir kelakuan anaknya, Rosa selama ini di rumah, membuat Ara geleng kepala. "Rosa itu males banget mandi, terus dia cuma baring doang di ranjang sambil pegang hp..., Terus dia juga enggak pernah buka buku. Kalau makan, dia cuma mau mie goreng doang, enggak mau lain. Terus, kalau disuruh ganti baju, dia bilang bajunya masih bersih. Entahlah, Tante nyerah sama Rosa."
Adam terdiam. Mendengar mamanya Rosa saja sudah menyerah, bagaimana nasibnya juga ? Adam geleng kepala dengan cepat. Ia masih belum boleh menyerah, sampai Rosa menjadi sosok berbeda, ia harus melakukan segala cara untuk cewek itu.
"Tante, please!" Wajah Adam memelas, memohon. "Cuma kita doang yang bisa ubah Rosa, jadi jangan dulu nyerah lah, Tante."
"Yah, memang dia anak Tante. Tapi sebentar lagi, dia juga akan tante kirim ke menantu tante," kata Anas, terdengar seperti orang tua baik. "Kan kamu mau dijodohkan sama Rosa—"
Adam syok. Ia pikir kalau mamanya Rosa adalah orang tua jaman sekarang, yang tidak peduli perjodohan. Sialnya, sekarang Adam terjebak antara dua hal, membantu Rosa dan pada akhirnya, jadi pembantu cewek itu selamanya atau mengubah reputasi cewek agar ada cowok yang mau. Benar, Adam tidak akan pernah mau jadi cowok Rosa, apalagi suami. Hanya orang tolol aja yang mau.
"Adam enggak mau, tante!" Seru Adam, menolak mentah-mentah. "Kalau tante bersedia, Adam bisa ubah Rosa, terus tante jodohin dia sama cowok lain aja. Mau enggak, tante ?!"
"Yah, kalau kamu enggak bisa, mungkin tante bakal masukin Rosa loh ke panti asuhan. Kan dia bilang cuma butuh wifi dan makan doang," ujar Anas ingin tertawa, namun mencoba berwajah datar. Lagi pula, tidak mungkin ada seorang mama yang tega masukan anaknya ke panti kan.
Tapi Adam justru terpancing dengan ucapan Ara, ia jadi pucat. Seandainya kalau dia yang buat Rosa masuk panti asuhan, mungkin dia harus hadapi rasa bersalah yang besar pada cewek itu.
"Yah, udah!" Adam menyerah. "Kalau Adam gagal, tante bisa berbuat sesukanya."
"Gitu dong," Anas tertawa pelan. Melihat Adam yang terpancing, membuat Anas merasa dirinya beruntung. Paling enggak, dia harus mengundang keluarga Adam nanti untuk makan makan malam.
Kok gue tambah apes aja ketemu nih anak, pikir Adam dalam hati.
Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Romance
Teen Fiction[HARAP TIDAK COPYPASTE MAUPUN MENIRU KARYA INI. JIKA SAYA MENEMUKAN PENIRUAN, MAKA SAYA PASTIKAN AKAN MENUNTUT ANDA. TERIMA KASIH] Rosa Novita Ass sudah lelah menjadi figuran yang menganggu hubungan Anna dan Dean, hingga ia bertemu sebayangnya, Adam...