Rebutan ?Ada satu hal yang paling dibenci seorang Rosa, haid. Ia tidak bisa hampir mengerakkan seluruh tubuhnya, tidak ada yang akan menggantikannya menjalankan tugas, kecuali dia sendiri. Dan, kini ia di kelas, seperti orang yang akan mati. Atau, haruskah ia mati seperti ini saja ? Tidak begitu buruk juga, kan ?
"Kok tuh anak enggak goyang ?" Sindir Juan kepo, sembari membuka plastik kerupuk.
Bris...
Kerupuk terbuka, Rosa menatap sinis Juan. Suara berisik membuat perutnya semakin sakit. Tapi tidak ada perkataan yang keluar dari mulut Rosa, ia terlalu malas untuk berbicara.
"Menstruasi," ucap Alita santai dengan pandangannya yang tertuju pada Rosa. "Nih anak kalau menstruasi sensitif banget, mending enggak usah berisik deh. Bisa-bisa elo dibunuh duluan, sebelum masuk rumah Sakit."
"Memang sih, tumben banget nih anak enggak mau digendong, apalagi naik troll," sindir Adam, terkekeh pelan. Melihat wajah Rosa yang tidak berdaya, membuat Adam merasa ia dalam kemenangan. Selain itu, ia tidak perlu mendengar ocehan anak di depannya setiap hari.
"Tapi," lanjut Alita, bercerita. "Kalau aja Rosa udah buka mulut, hati-hati loh."
"Emang kenapa ?" Salah satu alis Brayen naik, penasaran.
"Elo bisa ditinju keluar ruang," sela Afgar, mengingat ia pernah sekali merasakannya. Ketika tanpa sengaja, membuat keributan dengan teman kelas lain. Dan, hampir 100 % dengan amarah Rosa, kaca pecah dan ia terlempar keluar.
"I-Itu betulan ?" Tanya Brayen ragu.
"Iyalah, gue enggak bohong kok," ucap Afgar sembari menunjukkan bekas goresan di pipinya akibat sambaran kaca. "Nih bekas kaca karena bocah ini. Alhasilnya, papanya Rosa renovasi lagi ruang kelas."
"Wah, hebat banget, Rosa, ya!" Puji Juan, tidak percaya.
"Enggak percaya ?" Afgar melirik Juan dengan sorotan serius, lalu menghela napas. "Terserah aja lah, kan lo emang enggak pernah di apa-apain Rosa."
"Oh, ya." Afgar setengah menengadah kearah Alita. "Mau enggak beli popcorn ?"
Sejenak, Alita berpikir. Ia menoleh pelan kearah sahabatnya, Rosa yang sedang tertidur. Memang benar, ia kasihan kalau saja sahabatnya ini akan mengamuk... T-tapi Popcorn adalah persoalan berbeda, ia menyukainya lebih dari apapun. Enggak masalah lah, Alita. Kan Adam ada, elo juga cuma pergi beli Popcorn sebentar, pikir Alita.
"Ayo, kalau gitu," ajak Alita bergegas keluar ruangan bersamaan dengan Afgar.
Sementara itu, Dean sedang berjalan menunju kelas Rosa. Kalau ditanya kenapa, alasannya karena mulai sekarang ia akan pindah ke kelas Rosa dan Adam. Bukan apanya, Dean merasa Rosa itu sosok yang bisa membuatnya berubah. Jika ia tahu dari awal, mungkin harusnya dia sudah pindah lebih awal, kan ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Romance
Teen Fiction[HARAP TIDAK COPYPASTE MAUPUN MENIRU KARYA INI. JIKA SAYA MENEMUKAN PENIRUAN, MAKA SAYA PASTIKAN AKAN MENUNTUT ANDA. TERIMA KASIH] Rosa Novita Ass sudah lelah menjadi figuran yang menganggu hubungan Anna dan Dean, hingga ia bertemu sebayangnya, Adam...