Rahasia Kecil
Adam tidak tahu mengapa Rosa hilang kendali saat hujan. Adam selalu penasaran ada apa dengan cewek itu, tetapi Adam tidak lebih hanya menginginkan kebahagiaan Rosa. Asalkan Rosa tidak terasingkan dan tertawa, Adam tidak butuh tahu masa lalu cewek itu. Dia hanya terlalu suka pada Rosa.
Tapi kali ini, hanya mereka berdua yang berada di rumah setelah pulang Sekolah. Cuaca mendung bersambung, mulai mereduh dan menurunkan rintikan air dari langit. Rosa masih menatap Adam untuk waktu lama, terlihat jelas ada yang ingin Rosa katakan sembari berpikir.
"M-Maaf!" Seru Rosa, membuang muka dengan tatapan bersalah. Rosa tidak pernah mengira Adam tetap akan menyukainya, dia juga tadi sudah berkata jahat pada pria itu.
"Ada yang ingin lo katakan," sela Adam pelan, memperhatikan gerak wajah Rosa. Sudah jelas, Adam paham betul. Ini kali pertama pula, Adam melihat wajah Rosa yang tidak biasa. Wajahnya terlihat pucat dan bibirnya terbata-bata saat membuka mulut. Sebenarnya apa yang ingin dikatakan cewek yang disukainya ?
"G-Gue—" tidak sempat menceritakan, Rosa sudah berbanjiran air mata. Rintikan tanpa sengaja turun membasahi pipi Rosa, sebelum hujan tanpa sadar juga turun dari langit. Namun, Rosa tetap menatap Adam saksama, kemudian membuka mulut dengan kaku.
"G-Gue p-pernah melukai lo," ucap Rosa pelan, pipinya seketika dibanjiri dengan air mata. Tanggisan semakin keras keluar dari air matanya, ada suara jeritan yang tersendak di tenggorokan Rosa saat ia merisak kesakitan. "M-Maaf! M-Maafkan gue!"
"A-Apa maksud lo ?—"
"I-Ingatan lo hilang saat kita bermain di usia 5 tahun," tatap Rosa dengan suara terbata-bata. Rosa jadi ingat kembali dengan kisah kecilnya, saat dia pertama kali bertemu cowok manis, dia sangat senang. Sebab, hari itu, kali pertama dia berteman dengan pria. "G-Gue yang maksa lo dulu, sampai lo kena kilat! H-Hiksss! D-Dasar pria bodoh!—" Lanjutnya.
"Elo yang bego!" Seru Adam dengan kesal, bergegas menghapus air mata dari pipi Rosa. Perlahan-lahan Adam menengadah, kemudian menatap Rosa saksama. "G-Gue enggak pernah masalah soal lupa ingatan!" Bentak Adam tegas. "E-Elo ngapain sih ingat guntur itu ?! H-Harusnya, lo tidak perlu merasa bersalah, bego!"
"G-Gue tetap merasa bersalah. K-Karena gue, lo harus lupa ingatan dan nerima 5 jahitan, tau!" Balas Rosa, merasa kesal. Dia seolah-olah disalahkan atas perbuatannya, yang mengingat masa lalu dan mengalami trauma. Tapi, tentu saja, tidak ada seorang pun yang bisa melupakan kejadian mengerikan tersebut.
"Berhenti ingat gituan!" Perintah Adam pelan, menjelaskan. "Elo harusnya ingat yang bagus-bagus aja, tau! K-Kan, gue masih kecil, gue juga yang salah. Soalnya, mau aja dengar anak bego kayak lo, toh," gumam Adam dengan nada tidak berselera, kemudian tangan kanannya tanpa sengaja menyentuh rambut Rosa pelan sambil tersenyum tipis.
"Gue tetap salah, tau!" Bentak Rosa tajam.
Adam hanya bisa menanggapi dengan helaan napas, sudah biasa Adam melihat sikap Rosa yang seperti ini, keras kepala dan pembantah. Tapi anehnya, dia dulu justru membalas dengan kesal, tetapi sekarang, hanya melihat kerutan kesal wajah Rosa, Adam justru senang melihat cewek itu marah.
"Elo enggak salah, tolol!—"
"Elo yang tolol, shitt!" Balas Rosa kesal.
"Oh, ya hukuman lo, gimana ?" Adam mengalihkan percakapan, dia mengangkat salah satu alisnya sambil menatap saksama Rosa. "E-Elo enggak pernah lupakan."
Rosa bungkam, tidak bisa berkata apa-apa. Dalam pikiran Rosa yang terdalam, Rosa mulai berpikir dia akan segera diperkosa. Memang benar, Adam itu cowok baik-baik. Tapi tetap saja, tidak ada jaminan cowok alim tidak akan memperkosa toh.
"E-Ermm, gini Dam," cetus Rosa polos. "G-Gue ini masih perawan. G-Gue masih harus hidup nyaman dan tenang, gue belum mau nikah, tau!—"
Pluk!
Adam mendekat pelan, mendekatkan bibirnya di depan bibir Rosa sambil nyengir sinis. Sontak, ciuman itu membuat Rosa terkejut. Bibirnya yang suci melayang begitu saja. Memang benar, tidak ada salahnya untuk pasangan bertunangan melakukan hal itu. Tapi bagi Rosa, keberuntungannya benar-benar berakhir saat itu juga. Dia bukan lagi wanita suci.
Secepat kilat, Rosa melepaskan bibirnya, melotot tajam kearah Adam. "E-Elo ngapain, sialannn ?!" Tanya Rosa pelan, bergegas menghapus jejak bibir Adam dari bibirnya, menengadah dengan kesal. "E-Elo berani banget, ya!"
"Ini ciuman pertama kita toh, Rosa," ucap Adam datar, terdengar suara berat dari tenggorokan Adam. Kalau mau diingat-ingat, Rosa tidak tahu satu hal, kepribadian menyeramkan Adam. Pria itu seperti akan melakukan sesuatu pada dirinya.
"C-Ciuman ?" Rosa mengedip mata sambil terkekeh, mengigit bibirnya dalam-dalam. "E-Elo bilang ciuman pertama ? E-Emang bulan madu, hah ?! A-Atau, lo kira itu lelucon apaan, shitt ?!—"
"Udah mau bulan madu, artinya lo beneran mau nikah, ya, Ros," sela Adam, memperhatikan wajah Rosa yang sudah memerah padam. Ya, terlalu lucu bagi Adam untuk melihat wajah datar Rosa berubah jadi peach. "Muka lo enggak pernah semerah ini, bego sayang," lanjut Adam sinis.
S-Sayang ? Rosa merasa dia mulai tidak waras, atau mungkin pikiran Adam sudah setengah bengkok. Hanya bisa terkekeh, Rosa membalas. "T-Tentu saja, sialan!" Balas Rosa. "S-Sayang ? G-Gue juga bisa katakan itu, s-sayang!"
"G-Gue balik dulu, s-a-y-a-n-g," cetus Rosa, tidak berselera dengan kalimatnya dan bergegas lari ke kamarnya, kemudian mengunci rapat-rapat. Rasanya, dia seperti baru melihat hantu. Hantu yang sangat ganas.
Adam hanya bisa terkekeh pelan. Dia sudah lama tidak melihat wajah takut Rosa. Padahal, kalau dipikir-pikir cewek itu tidak pernah sekalipun menunjukkan wajah itu.
Elo milik gue, Ros!
•••
Versi Child
Anak cowok kecil itu tersenyum tipis kearah anak cewek yang sedang menangis. Dia memeluk dengan erat tubuh anak cewek itu begitu guntur tepat menghantam punggungnya. Sekalipun, anak cewek itu menangis dengan deras dan meminta tolong, dia akan melindungi anak cewek itu dari apapun.
"Jangan menangis, a-aku akan melindungi, Rosa." Senyuman tipis di pipi anak cowok itu bersinar di mata Rosa. Cowok yang membantunya hanya karena bertemu untuk pertama kalinya dengan dirinya.
"A-Aku takut, Adam! K-Kamu tidak boleh mati!" Jerit Rosa pelan, membalas pelukan Adam. Hangat, Rosa tidak pernah merasa perasaan itu dalam waktu jangka panjang. Cowok dengan wajah imut yang ceriah, Rosa menyukainya.
"A-Aku hanya terluka, jangan cemas, Rosa," jawab Adam polos, tersenyum tipis.
Rosa menggeleng cepat, dia meneteskan air mata lagi. "J-Jangan mati, Dam!" Teriak Rosa keras, mengangkat tubuh Adam. Sayangnya, tubuh cowok itu jauh lebih berat, yang membuat Rosa hanya bisa menjerit. "Aku enggak mau kehilangan Adam! H-Hei! K-Kamu harus tetap sadar, tau! J-Jangan tinggalkan aku!—"
Adam menengadah pelan untuk melihat wajah Rosa di hadapannya, dia memberikan jari kelingking kearahnya. "Aku berjanji! Aku akan melindungimu saat besar, Rosa!" Jari kelingking Adam dibalas dengan cepat oleh Rosa.
"D-Dan, jangan mati!" Tambah Rosa dengan sorotan cemas, kemudian terjatuh tidak sadar.
Kedua anak tersebut tertidur untuk waktu yang lama di rerumputan. Mereka saling menyentuh jari kelingking dan tersenyum.
Ok, alo! Kembali lagi sama author! Well, kalian kan tau Rosa itu selalu takut tiap guntur, itu karena dia pernah dapat trauma loh. Secara kebetulan, Rosa juga baru tau kalau cowok itu Adam loh waktu kecil.
Pernah sih, ada yang bilang membingungan. Kok bisa sih Rosa mau menjauh dari Adam ? Y-Ya, karena alasan masa lalu dan Rosa walau cewek dingin tidak berperasaan, tetap saja, Rosa kadang minder loh.
Well, itu aja yang mau author perjelas sih. Maaf banget juga buat yang menunggu lama, author kadang enggak dapet ide gitu hahaha dan sibuk ulangan. E-Ehh, disini yang ulangan ada, enggak ? Semoga dapat nilai bagus, ya, guys! Fighting! Semoga suka, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Romance
Teen Fiction[HARAP TIDAK COPYPASTE MAUPUN MENIRU KARYA INI. JIKA SAYA MENEMUKAN PENIRUAN, MAKA SAYA PASTIKAN AKAN MENUNTUT ANDA. TERIMA KASIH] Rosa Novita Ass sudah lelah menjadi figuran yang menganggu hubungan Anna dan Dean, hingga ia bertemu sebayangnya, Adam...