Teman atau Bukan Sih ?!
Adam berjalan menyusuri lantai koridor. Rosa berada di sampingnya, berjalan dengan langkah miring. Adam memang tidak ingin kalau sampai cewek itu sendiri, jadi ia memaksa cewek itu ikut dengannya.
"Elo mau kemana sih ?!" Rosa bertanya, ia sudah hampir berjalan sepuluh langkah dari kelas. Capek. Rosa pikir itu yang dia rasakan, paling enggak, harusnya Adam membawanya naik troll saja. "Ini udah jauh banget, capek tahu!"
"Kantin." Ucap Adam asal-asalan. Membuat Rosa sontak berdiri tegak, mata cewek itu mengkilat. "Elo ternyata baik banget, ya Adam!" Ujar Rosa.
"Elo mau makan apaan ?!" Tanya Adam, menatap Rosa. Cewek itu mirip dengan anjing mungil yang sedang minta makan.
"Gue mau gorengan!" Ujarnya, bersemangat. Bahkan untuk jam 12 saja, Adam tidak habis pikir kalau cewek itu bisa aja disonggok dengan makanan.
"Kalau gitu—"
"Adam!" Panggil Michael dari kelas lain, berlari mengejar Adam dan Rosa. "Elo mau kumpul ke kantin kan ?"
Adam mengangguk. "Elo juga ?"
"Iya, katanya ada yang mau Brayen komplen." Michael memandang Adam, kemudian mengalihkan perhatiannya kearah Rosa. "Elo bawa dia juga ? Kok elo bawa dia sih—"
"Elo kalau mau rebut traktir dari Adam, lawan gue dulu!" Seru Rosa, menyela. Menatap tajam Michael, dengan seringai yang seolah berkata. Awas aja, ya! Lo ambil, gue bunuh!
"Elo berani banget—"
"Hati-hati loh," Adam berpura-pura bisik kearah Michael. "Dia karate tingkat sabuk hitam."
"Mana gue takut lah. Ayo, pukul!—"
Bruk...Bruk...Bruk...
Kaki Rosa melayang tepat di wajah Michael, tersenyum tipis. Hanya satu pukulan, Michael terjatuh duduk, menatap wajah Rosa antara bingung dan kesal.
Adam menyeringai, geleng kepala. Tidak tahu kalau cewek yang di depannya ini bahaya. Begitu melihat itu, Adam berjanji pada dirinya satu hal. Ia takkan pernah mau macam-macam sama cewek ini.
"Elo, lo enggak mau gabung di tim basket ?" Tawar Michael langsung.
Awalnya Michael pikir kalau Rosa adalah cewek manja, yang cuma tau membully. Tapi kenyataan, Michael mendukung Rosa tidak membully. Jelas sekali, cewek yang bisa menggunakan fisik, sudah harusnya bisa membuat cewek lemah seperti Anna jatuh. Tapi Anna sama sekali tidak pernah terluka.
"Elo, gue yakin elo tidak membully," ujar Michael malu. "Gue minta maaf atas kemarin, Rosa."
"Adam," panggil Rosa. Menatap heran dengan tingkah laku Michael. "Teman elo kenapa ? Keserupan, ya."
"Kalau keserupan, gue bisa keluarin arwah loh!" Ujar Rosa.
"Elo aneh, ya." Michael menggelengkan kepalanya sendiri. Bingung dengan sikap Rosa. Dan, kini mungkin Michael harus memberi jempol kepada Adam karena sudah bertahan.
"Rosa emang gitu kok." Adam tidak peduli. Asalkan cewek di sampingnya tidak berbuat hal bodoh, ia bisa memaklumi semuanya, termasuk kelakuan cewek itu.
***
Brayen termenung beberapa jam di Kantin. Kalau Adam menyapanya nanti, Brayen pastikan ia akan mengumpat segala kalimat. Tidak, seandainya ia juga melihat cewek polos yang begonya minta ampun, Brayen sudah pasti akan membunuh cewek itu. Tidak, ia tentunya, harus membunuh keduanya.
"Tukang jurnalis enggak laku!" Panggil Rosa.
Brayen mengerut kening heran. Bertanya-tanya dalam hatinnya. Siapa yang berani memanggilnya begitu ? Benar, ada kemungkinan itu bukan umpatan untuknya. Brayen tidak peduli, menyeringai sedikit percaya diri. Yah, tentu saja bukan gue kan—
"Cowok gagal!" Panggil Rosa heran. Pasalnya, Brayen sama sekali tidak peduli. Rosa memanggil lagi, " Brayen, cowok jurnalis enggak guna! Gagal!"
Brayen kaget, ia berjanji pasti akan membunuh orang yang menyebutnya begitu. Ketika dengan ragu, Brayen menoleh, ia melihat wajah Rosa dengan sebal.
"Cewek bego, emang lo! Bodoh, sok polos!" Brayen sudah hampir memukul Rosa, ia sudah ingin memukul cewek itu. Michael langsung menahan Brayen, berbisik pelan. "Sadar diri, Brayen! Elo mau dia bunuh lo, ha!"
"Rosa hanya cewek manja! Mana mungkin dia bisa pukul gue ?!" Tanya Brayen marah.
Adam tidak berani melirik. Kalau saja, Rosa benar-benar melayangkan kaki kearah Brayen, ia tidak akan bertanggung jawab atas meninggal temannya, Brayen nanti. Begitu juga, Michael yang sudah pernah terkena pukulan, ia tidak akan mau menolong Brayen kalau saja kaki melayang.
"Maaf, gue salah." Rosa duduk di kursi, tempat Brayen duduk. Menatap memelas kearah Brayen. "Benar, mana mungkin gue bisa kalahkan, Brayen ? Lagian, gue buat dia juga kena apes, padahal mukanya juga ampas. Maaf, ya Brayen."
Brayen mengerut dahi, memegang dadanya. Sabar, Brayen! Dia cewek loh, Brayen, batin Brayen dalam hati. Lagian, cewek itu sudah minta maaf.
"By the way, elo kenapa bawa dia ?" Tanya Brayen, menatap Adam.
"Traktir," ujar Rosa, menyuruh Brayen duduk. "Adam traktir, katanya karena elo gagal jurnalis, dia mau ngadain party."
Brayen memutar lehernya, menatap Adam tidak percaya. "Elo betulan mau gue gagal, Dam ?! " Brayen hampir ingin memukul Adam juga, untungnya Michael sebagai penghalang ada disana. "Masa elo tega sih ?! Tega banget, lo! Gue udah gagal!"
"Gue enggak mungkin mau lah!" Bentak Adam, menggelengkan kepala. Rosa benar-benar cewek menyebalkan, ia memesan makanan gratis sambil nonton keributan. Hebat banget manfaatin orang!
"Rosa, gue traktir dia makan sekalian!" Ujar Adam, mencoba menjelaskan. "Bukannya kita disini buat bahas sesuatu ?"
"Terus kata Rosa—"
"Oh, tadi gue cuma bercanda!" Seru Rosa, santai.
"Sabar, Brayen!" Tegur Michael. "Rosa, cewek! Dia seorang cewek, tahu!"
Michael sebenarnya takut kalau sahabatnya, Brayen mati di tempat. Ia tidak berminat untuk meremehkan Rosa cewek, melainkan khawatir saja, kalau terjadi kenapa-napa.
"Oh, ya," kata Rosa. Adam, Michael dan Brayen langsung menatap kearah cewek itu. "Kapan-kapan bawa gue ke lapangan basket, gue mau lihat—"
"Enggak boleh!" Seru Adam, menyela. Cemas kalau Rosa cuma ingin melihat six pack cowok.
"Soalnya, gue mau lihat—"
"Enggak ada, tetap enggak!"
"Kenapa ?" Michael menyela.
"Enggak, ya enggak!" Tegas Adam
Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Romance
Teen Fiction[HARAP TIDAK COPYPASTE MAUPUN MENIRU KARYA INI. JIKA SAYA MENEMUKAN PENIRUAN, MAKA SAYA PASTIKAN AKAN MENUNTUT ANDA. TERIMA KASIH] Rosa Novita Ass sudah lelah menjadi figuran yang menganggu hubungan Anna dan Dean, hingga ia bertemu sebayangnya, Adam...