Timbul Keraguan

581 149 1
                                    

Timbul Keraguan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Timbul Keraguan

Adam diam, ia tidak bisa berkata apa-apa. Pertanyaan Michael memang benar, ia tidak bisa memastikan hati Rosa dengan baik. Apalagi, seorang Rosa adalah cewek yang tidak bisa ditebak.

Setelah ucapan Michael, Adam sedang berjalan di sekitar koridor sembari berpikir. Bahkan Rosa tadi tidak bisa menjawab apapun. Ia tidak tahu apa yang cewek itu pikirkan... Tapi jika pernikahan tidak dilandasi cinta dan kasih sayang akankah mereka bahagia ? Pikir Adam dalam hati.

Ketika itu, Adam tanpa sengaja bertemu dengan Kelly. Kelly dalam perjalanan ke Kantin, menengok Adam dengan ramah sembari tersenyum.

"E-Elo betulan tunangan, Dam ?" Tanya Kelly tidak percaya.

"Hn," jawab Adam singkat.

"Erm, tapi kok lo sedih gitu sih ?" Tanya Kelly lagi, penasaran.

"Bukan urusan lo, Kel," ujar Adam hendak beranjak pergi, menghindari Kelly. Tapi seketika tangan Kelly menahan, melirik Adam pelan.

"Kalau Rosa enggak suka lo, mending lo jangan main nikah," tegur Kelly khawatir. "E-Elo kira dengan lo rawat Rosa, dia suka lo. Belum tentu, Dam."

Adam melepaskan gengaman Kelly tanpa berbalik, lalu bergegas pergi. Keraguannya juga justru meningkat setelah mendengar ucapan dari Kelly. Memang benar, ucapan Kelly benar soal ini.

"Gue nunggu lo, Dam!" Teriak Kelly dari jauh. "Kalau lo butuh curhat, gue bisa bantu lo!"

•••

Sementara itu, Rosa menatap jendela sembari menghela napas. Hari ini Rosa merasa Adam agak aneh. Adam tidak lagi mengurus makanannya atau membentak dia untuk tidak makan gorengan, tidak mengawasi dirinya saat sembunyi-sembunyi membaca buku sit pack. Aneh, Rosa merasa ada kejanggalan tidak beres.

"Elo," panggil Adam suram, mengagetkan Rosa.

"Ha ?" Rosa tercengang kaget, kebingungan. "E-Elo kenapa ?"

"Gue mau pindah sebentar," ucap Adam, menengok kearah kursi Dean sembari menatap Dean. "Gue duduk di kursi elo, lo bisa duduk di kursi Rosa."

"E-Elo yakin ?" Tatap Dean dengan tidak percaya.

Adam mengangguk pelan. "Hmm," gumamnya.

Sontak sahabat Adam yang melihat merasa kebingungan dengan sikap cowok itu yang tidak biasanya. Apalagi tidak mungkin seorang Adam membiarkan Rosa duduk dengan orang lain, apalagi musuhnya sendiri.

Sementara, Rosa menatap Adam dengan tatapan tidak terbacakan, lalu beranjak pergi keluar kelas. Para sahabat Adam langsung berkerumunan menatapnya dengan raut aneh dan bingung.

"Elo kenapa ?" Tanya Afgar kebingungan, menghampiri kursi Adam.

Adam menggeleng kepala, membereskan buku miliknya dan bergegas pindah. "Enggak ada," ucapnya sibuk. "Gue cuma mau ganti suasana."

"Cuma ?" Gumam Juan jadi kesal. "E-Elo kayak bukan Adam yang gue kenal."

"Iya, Dam," lanjut Afgar. "E-Elo kenapa kayak gini sih ?!"

"Hanya karena gue biarkan Rosa bebas ?" Tatap Adam dingin kearah Juan dan Afgar. "Gue biasa aja."

Dean menghembus napas kesal, lalu mengangguk menyela. "H-Hn, gue enggak pernah liat lo enggak peduli sama Rosa," jelas Dean, menatap kecewa. "G-Gue sempat kira lagi, elo luar biasa, Dam. Elo enggak pernah ninggalin Rosa bahkan jika dia di toilet, t-tapi!"

"Ah, pokoknya gue kecewa. Terserah sih, itu lebih baik. Gue enggak mau orang kayak lo sakiti cewek kayak Rosa," lanjut Dean buang muka, bergegas keluar dari kelas.

"Gue setuju sama, Dean." Afgar berpendapat, menatap lesu Adam. "Gue teman lo, selalu dukung lo apapun, Dam. Tapi kali ini, enggak." Setelah mengatakan itu, Afgar juga pergi.

"Maaf, Dam," singgung Juan, ikut pergi. "Gue bukan enggak dukung cuma gue enggak suka Adam yang bukan Adam."

Adam menghiraukan segala ucapan sahabatnya, ia duduk dengan tenang di mejanya. Sejenak terdiam, lalu menggaruk kepalanya dengan frustasi.

"Shitt!!!" Bentak Adam jengkel.

Sementara, Kelly muncul dari balik pintu Kelas. Ia menatap dengan bingung kearah Adam. Pasalnya, aneh rasanya, ia melihat Adam yang tadinya menyuruh dia pindah justru duduk di sampingnya.

"Ha, sudah gue duga," cibir Kelly terkekeh, mendekati Adam. "Elo masih suka gue, kan ?"

Adam tidak menjawab.

"Makanya, elo jangan pilih cewek malas yang enggak jelas gitu, Dam. Elo cuma dijadikan suruhan sama Rosa doang," jelas Kelly, menekan emosi Adam. "E-Elo benar-benar kayak budak cinta aja! Cuma tau disuruh ngurusin doang—"

"Jangan mulut lo, Kel!" Adam memperingati, menatap tajam Kelly.

Kelly menelan ludah dalam, ia sudah lama tidak melihat wajah menakutkan Adam. "Terserah deh, yang penting lo perlu tau satu hal," ujarnya, lalu bergegas pergi. "Gue suka lo. Elo enggak perlu sama Rosa."

•••

Rosa duduk di Kantin, sedang bersama keempat sahabatnya itu. Ia puas kali ini hanya dengan makan bakara sendirian, apalagi tanpa gangguan Adam. Tapi raut wajahnya tidak menunjukkan hal itu. Bahkan keempat sahabatnya saja tahu ada masalah dengan cewek itu.

"Elo ada masalah ?" Tanya Alita to the point.

Rosa menggeleng kepala. "G-Gue, lo lihat sendiri," ucapnya terkekeh, terdengar paksa. "G-Gue bisa makan puas tanpa gangguan Adam—"

"Gue denger dari Juan, Ros," sela Maria khawatir. "Hubungan lo sama Adam agak bermasalahan. Jadi, coba cerita deh!"

"Gue enggak tau," jawab Rosa singkat, menatap Maria dengan datar. "G-Gue antagonis yang tidak memahami perasaan orang lain, jadi gue enggak tau kenapa."

"E-Elo!" Anggie hendak berucap dengan nada tinggi, namun seketika menarik napas kesal. "Elo sudah cukup kali anggap diri lo antagonis, Ros. I-Itu juga udah berlalu, Ros!"

"Tentunya, itu tidak berakhir. " Rosa mencabik-cabik gorengan di mejanya, menatap dengan sorotan dingin tanpa arah. "Gue seorang antagonis kejam, itulah gue."

"E-Elo enggak salah waktu itu, tau!" Bentak Anggie tidak berselera, langsung menutup wajah dengan menyesal. "Elo enggak salah, Ros! Elo tidak harusnya menganggap diri lo jahat!—"

"G-Gue tau lo masih merasa sakit," ucap Maria dengan suara berat. "Tapi lo harus tau, Ros. Sesuatu di masa lalu tidak akan kembali, jadi lo berhenti mikirin hal enggak perlu."

"Tapi, i-itu m-menakutkan," Rina memberi jeda. "G-Gue juga belum lupa, Mar."

"J-Jadi kita harus gimana ?" Tanya Alita ragu.

"Biarin aja," ujar Rosa pelan. "Dan, soal Adam dan gue, itu terserah pada kami. T-Tapi sepertinya gue harus menyerah sekarang."

"M-Maksud lo ?" Gumam Anggie terkejut. "E-Elo enggak jadi tunangan ?"

Rosa mengangguk pelan. "Adam sudah menemukan pasangannya," ucapnya. "Jadi sudah seharusnya gue enggak ada di sampingnya. Dan, elo tau kan ? Gue ngerepotin Adam."

"Elo juga ngerti ternyata," sela Kelly terkekeh, ia kebetulan juga ada di Kantin.

"Hn, gue tahu Adam bukan milik gue." Balas Rosa.

Bersambung!!! Semoga suka, ya!

Figuran RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang