Keberuntungan Sial!

1.1K 215 2
                                    

Keberuntungan sial!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keberuntungan sial!

Adam melewati tangga koridor di ujung. Memang benar, hampir semua orang tidak ingin lewat di sekitar sana. Namun, karena ia penasaran dengan lingkungan Sekolah, Adam iseng-iseng lewat. Kebetulan cewek enggak berguna, Rosa juga entah kemana.

Hiks...Hiks...Hiks...

Adam bungkam, ia belum melewati tangga koridor itu. Bahkan kakinya saja belum melangkahkan kearah tangga. Tapi kenapa sudah ada suara hantu nangis ? Emang hantu terbaru bisa kena sinar matahari ?

Merinding dengan bulu-bulunya, Adam hampir tidak ingin melangkahkan kaki. Namun, sekali lagi, ia mendengar panggilan nama. Mirip suara orang yang ia kenal.

"Rina!"

Berhenti sejenak, Adam memberanikan diri untuk pergi menengok ada apa di balik tangga koridor.

"Rosa ?"

Adam menyengir dahi. sedang apa seorang Rosa disini ? Pikirnya.

"Oh hai, Dam!" Panggil Rosa akrab, lalu mengabaikan cowok itu.

"Elo kapan diputusin, Rin ?" Tanya Rosa.

Sembari mencoba jawab pertanyaan Rosa, Rina geleng kepala. "Tetap aja! Mana gue bisa ramal di hari gini ?! Elo tega banget, Ros! Gue enggak berdaya tanpa cowok!—"

Adam diam, memperhatikan gaya Rina. Seperti umumnya peramal, Rina menyelipkan banyak bawang di kantongnya. Ia memakai jimat berbagai macam dengan tulisan. Namun, Adam yakin pasti Rina punya lebih dari sekedar benda itu.

"Kenapa enggak ngutuk aja cowok itu ?" Rosa menyarankan.

Rina melotot, membulatkan mata. "Elo gila, ya!" Ujarnya. "Kalau elo ngutuk orang, artinya utang budi elo sama itu orang meningkat!"

"Elo enggak bisa ngutuk ?" Rosa menatap datar, lalu beralih memakan rotinya. "Soalnya, gue mau kutuk seseorang—"

"Elo jangan-jangan mau ngutuk gue, ya!" Adam menatap tidak percaya, ia terkejut. Adam kira pikiran Rosa tidaklah sebodoh itu, namun kutuk— Cewek itu udah gila ?

"Iya, emang." Balas Rosa.

"Enggak gitu!" Rina terpaksa menyela, menjelaskan esperiment apa yang ingin dibuatnya Rosa. "Katak jadi pangeran—"

"Emang bisa ?"

"Iyalah, elo mau jadi kelinci percobaan, enggak ?" Rosa berbinang-binang, ia menatap Adam seakan ingin memakan cowok itu.

"Enggak, ogah!" Adam tahu sekalipun tatapan tidak mempan buatnya, soalnya nyawanya juga sedang terancam.

"Tapi elo bisa jadi pangeran loh," bujuk Rosa.

"Enggak, gue sayang nyawa." Adam menggeleng kepala, ia menjauhi sedikit batasannya. "Kalau gue jadi katak butuh ciuman, terus gue ini masih baby, jadi jangan gue lah—"

Figuran RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang