"Astaga, Dav! Lo hamil?" seru Kevin menginterogasi Davina.
Davina sendiri memilih untuk membungkam mulutnya dan enggan menjawab pertanyaan Kevin.
"Dav, lo gak bisa bohongin gue, gue udah liat buktinya kalo lo sembunyiin termometer di kamar."
"Bukan termometer, Vin, itu testpack." ujar Davina membenarkan perkataan Kevin.
"Emmm, Vin." panggil Davina ragu.
"Kenapa, Dav?" tanya Kevin di sela-sela langkahnya menuju lantai dasar.
"Ada yang mau gue omongin tentang ini, tapi jangan disini." ungkapnya dengan tatapan penuh harap.
Kevin mengangguk lemah, "Ya udah ikut gue, kita pake mobil aja."
Davina memasang senyum lebar dan cerianya, ia melangkah membuntuti Kevin dari belakang.
Ada yang aneh dari gerak-gerik Davina, Kevin pun tak tau apa yang terjadi dengan istri sahabatnya ini.
"Dav, kita mau kemana?" tanya Kevin terus menyetir di tengah keheningan malam.
"Dav," panggilnya lagi.
"Kita udah jauh dari apartemen tadi. Berhenti disini aja ya?"
Davina mengangguk lemah, ia terlihat menundukkan wajahnya dan memikirkan sesuatu yang begitu berat.
"Kenapa, Dav? Ada yang mau lo omongin ke gue?" tanya Kevin iba pada Davina.
"Dav."
Kevin menatap wajah Davina yang kini terlihat begitu tertekan dan enggan mengatakan isi hatinya.
Ia yakin ada sesuatu yang kini tengah disembunyikan Davina darinya."Sorry, gue cuma mau bersihin darah di muka lo." kata Kevin mencondongkan tubuhnya mengusap darah di wajah Davina dengan tisu.
"Oke to the point aja sama gue, lo hamil atau enggak?"
Davina mengangguk pelan, hal itu membuat Kevin terkejut dan membeku mendengarnya.
"Lo hamil sama siapa, Dav?" interogasi Kevin.
"Sama lo!"
"Hah? Kok gue? Nyentuh lo aja gue gak pernah. Gimana gue hamilin lo? Lewat bluetooth hah?!"
Davina mendengus sebal, "Sama Aje lah!"
Kevin terkekeh mendengarnya, syukurlah istri sahabatnya itu sudah mulai tersenyum meskipun hanya sebentar.
"Hahaha baguslah kalo lo hamil, gue ikut seneng dengernya."
"Tapi Aje enggak, Vin.." lirih Davina.
Deg!
Kedua alis Kevin saling bertaut, ia menatap Davina yang duduk di sampingnya dengan penuh tanda tanya.
"Kenapa? Kan dia suami lo harusnya dia seneng dong."
Davina menggelengkan kepalanya cepat, "Enggak, dia minta gue buat jangan hamil dulu dan andai kata gue hamil dia minta gue buat gugurin anak ini."
Sorot mata Kevin kini menatap iba Davina. Tak banyak yang bisa Kevin lakukan kali ini selain mengusap bahu Davina, gadis itu terlihat berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh dari pelupuk matanya.
"Apa alasan dia minta lo gugurin anak lo?" interogasi Kevin.
"Gak tau." jawab Davina jujur.
Hal ini benar-benar tak masuk akal, mengapa Rajendra meminta Davina menggugurkan kandungannya? Bukankah Rajendra adalah suami Davina?
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJENDRA
RomanceBagaimana rasanya harus menjadi seorang istri dari ketua organisasi mata-mata yang tidak diketahui keberadaannya sama sekali oleh orang sekitar dan ditakuti oleh banyak komplotan pelaku kejahatan? Itulah yang dialami oleh Davina yang harus menikah d...