Perhatian

112K 11.5K 4.9K
                                    

Pagi harinya Davina, Rajendra, dan juga Sabrina memutuskan untuk berangkat bersama. Pastinya hal itu menjadi bahan perbincangan semua murid di sekolah.

Bagaimana bisa seorang Davina yang selalu menjadi korban bullying disini bisa berangkat bersama dengan sosok Rajendra? Ya, meskipun Rajendra bukanlah the most wanted di SMA Lentera Bangsa namun Rajendra pun masuk ke dalam jajaran pria yang memiliki banyak idola kaum hawa di sekolah.

Mereka bertiga melangkah menembus sorot mata tajam yang ditujukan kepada Davina.

"Wey, Bro!"

"Nanti jam kosong btw," ujar Rivo menepuk pundak Rajendra. Sepertinya Rivo baru saja tiba di sekolah terbukti dengan tas berwarna hitam yang ia gendong di salah satu bahunya dan juga kunci motor yang masih ada di dalam genggaman tangannya.

"Je, Vo, nanti jam kosong." seru Kevin yang juga baru saja tiba di sekolah.

"Baguslah," respon Rajendra datar.

"Eh ada Davina, gimana tadi malem? Kenyang?" tanya Rivo meledek Davina dan ia teringat tentang bagaimana ia ribut dengan Davina hanya karena masalah bubur ayam diaduk atau tidak diaduk.

Davina memberikan senyum manisnya dan mengangguk, dan dengan secepat kilat juga ia kembali menundukkan kepala karena ia mendapatkan tatapan tajam dari semua murid disini. Mulai dari teman-teman satu angkatannya hingga adik kelas bahkan beberapa guru pun memandang Davina dengan tatapan tak suka.

"Lab komputernya bagian IPS kan pertama?"

"Iya kah? Seneng banget gue. Gue sengaja gak belajar tadi malem," Kevin bernafas lega setelah mendengar ucapan Rivo barusan.

"Je, nanti biasa ya." ujar Rivo mengedipkan matanya kepada Rajendra. Yaps! Rivo sedang memberi kode terhadap Rajendra untuk memberinya contekan saat try out nanti.

"Dasar hobi kok nyontek!"celetuk Sabrina memutar kedua bola matanya bosan.

"Dari pada lo, hobi kok belajar!" sarkas Rivo tak terima dengan ucapan Sabrina.

"Loh biarin, belajar itu bagus buat masa depan."

"Tapi gak bagus buat kesehatan." sambung Rivo ngawur.

Sabrina hanya bisa menghela nafasnya, sahabat-sahabat kakaknya ini belum juga berubah.

"Kak, aku ke kelas dulu."

"Nanti pulangnya tungguin aku kak." teriak Sabrina melambaikan tangannya lalu berlari ke arah kelasnya.

Rajendra mengangguk, kini ia terfokus pada Davina yang sedari tadi terus menundukkan kepalanya.

Ia mengerti perasaan Davina, istrinya itu pasti takut akan bully-an yang akan menyerangnya hari ini. Di lorong kelas inilah semua tatapan murid tertuju pada Davina. Demi melindungi istrinya itu, Rajendra terus melangkah melewati kelasnya sendiri untuk menuju ke kelas Davina.

"Loh kelas kamu kan di sana, Je?" tanya Davina sedikit berbisik.

"Gue mau ketemu temen." alibi Rajendra, padahal niat Rajendra sebenarnya adalah untuk melindungi Davina agar gadis itu tidak mendapati bully-an selama perjalanan menuju kelas. Rajendra ingin memastikan jika Davina tiba di kelas dengan selamat dan aman.

"Oh, siapa? Cewek?" tanya Davina melirik Rajendra dengan penuh selidik.

"Iya, cemburu?" Rajendra terkekeh kecil. Baiklah hobi Rajendra kini bertambah satu yaitu memotong ucapan Davina, dan menggodanya.

"Gak lah ngapain cemburu sama kamu." jawab Davina sewot.

Langkah kaki mereka terus menyusuri koridor kelas dan melewati semua tatapan murid yang menatap sinis ke arah Davina.

RAJENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang