Terkuaknya Fakta

82.6K 8.9K 3.5K
                                    

Siap ramein komen?

Selamat membaca❤️

******

Selama perjalanan Rajendra terus menyempatkan untuk melihat pemandangan kota Moscow yang ditutupi salju tebal.

Bahkan kini Gracia harus membawa mobilnya dengan begitu hati-hati karena jalanan yang cukup licin.

Posisi Rajendra kini duduk di samping Kak Gracia, sementara Rivo dan Nira duduk di jok belakang.

"Vo, gue insecure liat bule-bule cantik di bandara tadi. Mereka cantik-cantik banget." Ucap Nira kepada Rivo.

Rivo menoleh dan menatap kekasihnya,

"Ssst! Udah gak usah insecure. Kelebihan lo mungkin bukan di fisik, tapi di hati." Balas Rivo.

Ucapan Rivo tadi sukses membuat Nira tersenyum manis dan membuat tingkat insecure terhadap dirinya sendiri menurun.

"Je, gak lagi-lagi gue ngeledek Davina masuk angin. Sekarang gue sendiri yang masuk angin." Ujar Rivo.

"Hahahaha." Semua orang di dalam mobil ini terkekeh mendengar celetukan Rivo.

Rajendra menyempatkan menoleh ke belakang untuk mengecek kondisi Rivo,

"Vo." Panggilnya.

"Hmmm."

"Masuk angin?" Tanya Rajendra.

"Iya."

Rivo memutar kedua bola matanya bosan, ia tau pasti Rajendra sedang meledeknya seperti saat ia meledek Davina di video call kemarin.

"Gue pinter Je, iya nanti gue minum tolak angin." Balas Rivo.

"Hahahaha. Tumben pinter Vo," balas Rajendra dengan kekehannya.

"Kak Gracia." Rivo memanggil Gracia.

"Kak gue bawa sarung tapi di koper bagian bawah banget, gue males ngeluarinnya." Ujarnya.

Kedua alis Gracia saling bertaut, "Hah? Sarung buat apa? Buat sunat?"

"Buat selimut." Jawab Rivo apa adanya.

Nira yang duduk di sebelah Rivo pun mendengus kesal, "Lo kira ini di Indo yang kalo musim dingin pake sarung aja cukup?"

Gracia terkekeh seraya membelokkan setir mobilnya ke arah kanan.

"Nanti di rumah ada penghangat ruangan kok sama kayu bakar." Ucapnya.

"Nah mantep tuh." Rivo begitu bahagia mendengarnya, setidaknya ia bisa merasa lebih baik setelah sampai ke rumah.

Jarak dari bandara menuju rumah keluarga Papa Davina lumayan jauh.
Butuh waktu sekitar 1 jam setengah untuk tiba disana.

Dan kini mereka telah tiba di rumah keluarga Papa Davina. Terlihat jelas desain rumah khas Russia dan dataran eropa lainnya yang hampir sama.

Tidak terlalu mewah namun terbilang besar dan menjorok panjang ke belakang.

Rajendra keluar dari mobil seraya terus mengusap telapak tangannya yang sudah mengenakan sapu tangan tebal, namun apa daya ia masih bisa merasakan hawa dingin yang luar biasa disini.

Salju terus berjatuhan dari langit, membuat ia harus cepat-cepat mengeluarkan koper dan masuk ke dalam rumah.

Jika tidak mungkin ia akan membeku disini, bahkan kini Rajendra bisa merasakan bahwa hidungnya terasa begitu kering.

RAJENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang