Sebuah Lamaran

84.9K 8.9K 6.4K
                                    

Siap spam komen?

Selamat membaca✨

*****


Terlihat kini Isma tengah duduk di aspal parkiran mobil, sementara Akmal berjongkok seraya terus membersihkan darah di sudut bibir Isma.

Dengan lembut dan hati-hati Akmal menempelkan kapas yang sudah ia berikan antiseptik untuk membunuh kuman dan juga guna mempercepat keringnya luka di sudut bibir Isma.

"Ish, perih kak." Isma meringis.

"Maaf kalau gue lancang, biar luka lo cepat kering." Ucap Akmal.

Isma tersenyum memperhatikan manik mata Akmal yang begitu hangat.

Pria itu begitu lembut dan pengertian, tidak seperti Kevin yang justru selalu membandingkan dirinya dengan Davina. Dan tanpa Isma sadari, kini tatapan mereka saling bertaut.

Sebuah senyuman terbentuk di bibir Akmal, "Kenapa hm?" Tanyanya membuyarkan tatapan Isma.

"Eh, anu makasih kak maaf ngerepotin." Jawab Isma kikuk.

Akmal menggeleng dan terkekeh kecil, "Gak kok, lo masih ada kelas habis ini?"

"Enggak kak, aku udah selesai kelas dari tadi cuma Kevin minta minum kopi di cafe." Ujar Isma.

"Kakak ngapain di cafe tadi?" Isma ingin tahu.

"Habis ngerjain tugas bareng teman-teman di lantai dua, terus waktu turun ke bawah gue liat lo lagi nangis." Jawab Akmal.

"Hehehe iya tadi berantem sama Kevin. Nyebelin banget dia ish!" Isma menggerutu.

Akmal tak menghiraukan ucapan Isma, ia sibuk merapikan beberapa obat yang sempat ia keluarkan dari kotak P3Knya.

"Mau pulang bareng? Lo nginep di rumah Aje kan? Biar gue anter." Tawarnya.

Dengan cepat Isma menggeleng menolak tawaran Akmal. "Gak usah kak."

"Gue gak sejahat apa yang Aje bilang kok."

"Bahkan tentang gue yang muntah-muntah setelah minum susu hamil punya Davina. Itu bukan karena gue kasih sesuatu di susu itu. Tapi emang dari kecil gue alergi susu sapi." Papar Akmal terkekeh.

"Oalah.." Isma mengangguk mengerti.

"Ayo gue anterin lo pulang!" Akmal menarik tangan Isma untuk bangkit dari posisi duduknya.

Mau tak mau Isma pun mengiyakan tawaran Akmal, toh Akmal sudah sangat baik dengan membantunya membersihkan luka akibat pukulan Kevin tadi.

Selama perjalanan Isma terus mencuri-curi pandang ke arah Akmal yang kini tengah asik bergumam mengikuti alunan lagu yang diputar oleh salah satu saluran radio.

Lagu dari salah satu band kesukaan Isma--Sheila On 7--yang berjudul 'Seberapa Pantas'.

"Mungkin kini kau telah menghilang tanpa jejak--" Nyanyi Akmal.

"Mengubur semua indah kenangan." Sambung Isma.

Akmal menolehkan kepalanya ke arah Isma dan terkekeh kecil.

"Oh iya kalau boleh tau, kenapa lo masih bertahan sama Kevin?" Akmal penasaran.

Gadis yang duduk di sebelah Akmal itu menghela nafas beratnya, "Aku sayang dia kak."

"Bukankah bodoh di saat lo udah tau kalau perasaan lo ke dia gak akan pernah terbalas, tapi lo tetap bertahan di tempat yang sama dan berharap dia bakal buka hatinya buat lo?" Tanya Akmal sedikit menyindir Isma agar sadar.

RAJENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang