Keesokan paginya Rajendra terbangun di pagi hari, dan tersadar ternyata ada Davina di dalam dekapannya.
Senyuman manis pun merekah di bibir Rajendra karena ia teringat akan kejadian semalam, dimana dirinya dan Davina telah sepakat untuk melupakan perjanjian pra-nikah yang telah mereka buat.
"Dav," panggil Rajendra dengan suara seraknya.
"Dav, bangun,"
"Sekolah gak?" tanya Rajendra dengan sangat lembut sembari mengusap rambut Davina.
"Hmm,"
Sepertinya istrinya itu masih kelelahan.
Rajendra terkekeh dan mengecup puncak kepala Davina. Ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuh mereka lalu bangkit untuk segera mandi dan bersiap-siap ke sekolah."Dav, bangun, ayo sekolah." Rajendra menggoyang-goyangkan tubuh Davina.
Davina terbangun dari tidurnya dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, gadis itu kini tengah dibantu Rajendra untuk duduk di tepi ranjang dengan kondisi yang masih setengah sadar.
"Pagi, Aje."
"Pagi juga, Istriku."
Selesai mandi mereka berdua tengah berdiri di depan kaca bersama. Rajendra yang sudah selesai mempersiapkan penampilannya kini hanya bisa bersandar di tembok sembari memperhatikan Davina yang kini tengah menyisir rambutnya.
"Dav," panggil Rajendra.
"Hmm?"
"Leher lo," Rajendra menunjuk ke arah leher Davina dengan ragu.
"Aaa!" teriak Davina saat menyadari di lehernya terdapat banyak sekali bercak biru keunguan.
"Aje sih ih! Banyak banget ini gimana nutupinya!" rutuk Davina memukul lengan Rajendra.
"Gak usah berangkat lo di rumah aja istirahat," jawab Rajendra santai.
"Ih, Aje aku ulangan!" tolak Davina dengan tegas, ia tak mungkin meninggalkan ulangan kali ini.
"Biar gue yang kerjain." jawab Rajendra dengan sangat santai.
"Ajeee!"
"Apa lagi?" tanya Rajendra gemas kepada Davina.
"Oh iya gue belum sarapan, Dav." ucap Rajendra menyenderkan kepalanya di atas bahu Davina.
"Aku belum bikin sarapan,"
"Bikinin."
Davina pun mengangguk dan melangkah namun, baru beberapa langkah saja gadis itu sudah berhenti dan mengerang kesakitan.
"Hahahaha sakit banget ya, Dav?" Rajendra meringis melihat langkah Davina yang tercekat karena aktivitas malam tadi.
Dengan penuh tanggungjawab Rajendra pun menggendong istrinya ala bridal style ke dapur. Karena bagaimanapun juga Davina seperti ini juga karena ulah dirinya, hehe.
"Aje aku bikinin roti panggang aja ya?" tanya Davuna.
"Iya,"
Ketua GOJA itu tak bisa berhenti tersenyum memandangi Davina yang begitu telaten dalam menyiapkan sarapan untuknya.
"Selamat makan, Suamiku,"
Alis Rajendra terangkat satu sembari menatap Davina dengan tatapan heran karena Davina memanggilnya dengan panggilan Suamiku, ah! Sungguh sederhana namun romantis.
Rajendra begitu lahap memakan sarapannya pagi ini, karena apapun yang Davina masak selalu enak.
"Yeay! Habis!" seru Davina bertepuk tangan dan mengalungkan lengannya di leher Rajendra dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAJENDRA
RomansaBagaimana rasanya harus menjadi seorang istri dari ketua organisasi mata-mata yang tidak diketahui keberadaannya sama sekali oleh orang sekitar dan ditakuti oleh banyak komplotan pelaku kejahatan? Itulah yang dialami oleh Davina yang harus menikah d...