Zinu menolak untuk bertemu Fany bahkan sampai hari mulai gelap. Lelaki itu melarang Fany masuk kamar rawatnya seharian penuh. Lelaki itu membentak bahkan mengusir Fany saat Fany bersikeras menemuinya. Zinu bisa tertawa renyah saat Jerry dan Fauzan menjenguk, tapi berubah menjadi lelaki menyeramkan ketika Fany muncul. Dan yang bisa Fany lakukan hanya duduk di bangku yang ada di depan kamar rawat Zinu. Menunggu dengan sedih. Menanti kemurahan hati Zinu untuk memaafkannya, sekali ini saja.
Fany tahu kesalahannya fatal. Ia menolak saat Zinu secara khusus memintanya datang ke pertandingan, saat Zinu mengatakan dengan sungguh-sungguh bahwa lelaki itu membutuhkannya. Fany tahu kesalahannya sebesar itu. Namun haruskah Zinu semarah ini? Fany sudah menjelaskan. Ia bahkan berlari berkilo-kilo meter demi tiba lebih cepat, meski nyatanya gadis itu tetap terlambat. Tapi bisakah Zinu memaafkannya? Sekali saja. Satu kali ini saja. Fany benar-benar menyesal.
Fany berdiri saat melihat Jerry dan Fauzan keluar dari kamar rawat Zinu.
“Hai, Fan,” sapa Fauzan.
“Btw, apa kabar? Lama nggak ketemu,” tanya Jerry.
Fany tersenyum tipis. “Gue baik. Kalian udah mau pulang?”
Kedua laki-laki itu mengangguk. Lalu Jerry menambahkan, “Tapi Zinu nyuruh kami buat nyampein ke lo, kalau lo jangan masuk. Mending lo pulang aja. Udah malem. Dia mau tidur.”
Fany menunduk dan menghela napas sedih. “Ya udah, nggak pa-pa.”
“Maklumi aja, ya, Fan. Zinu nggak cuma patah tulang, tapi juga patah hati. Wajar, dia kelewat cinta sama lo dan masih belum bisa terima kenyataan,” kata Fauzan.
Fany mengerjap bingung. “Kenyataan? Maksudnya?”
“Lo jadian sama cowok di kampus lo,” sahut Jerry. “Selebgram itu. Siapa namanya gue lupa. Kita juga mau ngucapin selamat sama—“
“Tunggu, tunggu!” Fany mengangkat tangannya, menghentikan ucapan Jerry. “Gue? Jadian? Maksudnya sama Brian? Dari mana kalian dapat kabar itu?”
“Zinu,” kata Jerry.
“Zi-Zinu bilang begitu?”
Kedua laki-laki di hadapan Fany mengangguk. Fauzan menimpali, “Tadi dia cerita lihat lo pelukan di kampus.”
Berpelukan? Di kampus? Ingatan Fany langsung tertuju pada kejadian kemarin sore ketika ia dan Brian sedang membicarakan komentar orang-orang dan batas yang Fany buat. Tanpa sadar gadis itu tertawa hambar, menertawakan kebodohan Zinu yang bisa-bisanya menyimpulkan tanpa tahu kejadian sebenarnya.
Namun kemudian gadis itu tersadar. Tunggu! Berarti kemarin Zinu mencarinya sebelum pertandingan? Berarti kemarin tanpa sadar Fany telah membuat Zinu patah hati dan membuatnya lemah hingga berakhir di rumah sakit seperti ini?
Tanpa bisa ditahan, Fany langsung melangkah masuk ke kamar rawat Zinu. Ia berdiri di samping ranjang Zinu yang lagi-lagi menatapnya dengan malas.
“Udah gue bilang jangan masuk! Lo nggak bisa denger, ya?!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Eftychis
Romance#1 mimpi dari 8,15k cerita Kata Papa Fany, dokter adalah satu-satunya profesi ideal di bumi. Maka anak-anaknya tidak boleh mencari profesi lain selain dokter. Termasuk Fany. Keyakinan itu pun melekat di kepala Fany, sampai Fany bertemu dengan Zinu...