Setelah mendapat pengakuan dari mulut Dina yang diam-diam Fany rekam, keesokan harinya mereka menyerahkan semua bukti yang mereka punya kepada guru. Dina tidak pernah terlihat lagi di sekolah sejak hari itu. Namun sebelum sekolah mengeluarkan surat keputusan bahwa Dina di-DO, sekolah mendapat pemberitahuan dari orang tua Dina bahwa putri mereka pindah ke sekolah lain. Entah kekuasaan apa yang dimiliki ayahnya sehingga Dina bisa pindah sekolah di saat UN sudah dekat.
Bintang Zinura Prambudi terbebas dari predikat pencuri begitu pihak sekolah menyatakan lelaki itu tidak jadi di-drop out. Teman-teman Zinu meminta maaf pada lelaki itu, sesuai perjanjian tak tertulis mereka pada Fany yang sempat menghebohkan sekolah. Zinu memaafkan, tentu saja. Meski satu per satu dari mereka harus mendapat toyoran dari Zinu. Tak sedikit pula yang mendapat persyaratan tidak masuk akal untuk dimaafkan.
"Gue maafin kalau lo mau nyontekin gue setiap ada ujian."
"Gue maafin kalau lo bersedia nulisin catatan di buku gue tiap hari."
Dan yang paling parah adalah, "Gue maafin kalau lo mau gantiin gue setiap gue dihukum sama guru." Padahal semua orang tahu, tiada hari tanpa hukuman bagi Zinu.
"Jangan bilang lo udah kapok nakal?" kata Jerry ketika dirinya, Zinu, dan Fauzan nongkrong di kantin.
"Menurut lo?" tanya Zinu balik.
Jerry dan Fauzan bersamaan, “Enggak.”
"Zinu tobat? Nunggu gue nikah sama Selena Gomez kali ya?" tambah Fauzan.
Zinu tertawa. "Ngapain juga gue kapok? Orang gue nggak salah apa-apa."
"Eh, eh, tapi gimana sih cerita sebenernya, kok lo bisa terbukti nggak bersalah? Terus Dina juga kenapa tiba-tiba keluar dari sekolah?" tanya Jerry.
Zinu mengangkat bahu. Tidak berniat menjawab. Sekolah tidak membeberkan apa yang terjadi sebenarnya. Tapi bukan manusia namanya jika mereka tidak menerka-nerka sendiri apa yang terjadi berdasarkan apa yang mereka lihat. Ada yang menebak dengan benar, ada juga yang berspekulasi jauh dari kenyataan, seperti Zinu mengancam Dina atau sebagainya.
Tapi Zinu tidak peduli. Biarkan anjing menggonggong. Mereka tidak tahu apa pun.
"Zin!" panggil Jerry yang melihat Zinu hanya diam sambil meminum es jeruknya. "Ya elah, nih anak ditanyain malah diem aja."
Zinu mengangkat bahu. Tiba-tiba pandangan lelaki itu tersita pada seorang gadis yang baru saja memasuki kantin dan memesan sesuatu. Fany Pinasthika. Seulas senyum terbit di wajah Zinu. Dengan semangat ia menghampiri Fany. Berdiri di belakangnya dan berbisik tepat di telinga kirinya, "Hai." Membuat Fany terlonjak dan dengan satu gerakan cepat berbalik. Berniat memberikan pukulan atau tamparan, tapi terhenti begitu tahu Zinulah si pelaku.
"Apaan sih lo? Ngagetin aja!"
Zinu terkekeh. "Beli apa?"
"Cilok," jawab Fany singkat.
"Lo sendirian? Gue temenin makan ya?"
"Mau gue bawa ke kelas."
"Mbak, ciloknya dimakan sini aja, jangan dibungkus!" perintah Zinu pada si penjual.
Fany mendelik. "Ngeselin amat sih!” protesnya. "Bungkus aja mbak. Kalau enggak, nggak akan saya bayar."
"Makan sini."
Fany mengembuskan napas kencang lewat mulut. Ia melipat tangannya di depan dada dan menatap Zinu dengan wajah dinginnya yang khas. "Mau ngomong apa? Gue kasih waktu sampai pesenan gue jadi, habis itu gue mau balik ke kelas."
"Ngapain sih di kelas? Mending di sini sama gue. Sekalian lo cuci mata lihatin gue,” kata Zinu percaya diri.
Fany memutar mata. Sama sekali tidak tertarik. "Ya mending gue di kelas. Bisa belajar," ujarnya. "Atau lo mau ngomongin tentang masalah lo? Udah beres kan?"
"Emangnya gue ketemu sama lo cuma mau bahas masalah doang? Ya enggak kali. Gue kan pengin deket sama lo."
Pesanan Fany selesai. Gadis itu menerima ciloknya dan membayar dengan uang pas. "Besok-besok aja ngobrolnya. Gue nggak ada waktu."
Fany berjalan meninggalkan Zinu. Mengabaikan Zinu yang berteriak memanggil-manggil namanya.
Gadis itu benar-benar sedang tidak ingin diganggu. Targetnya hari ini belum tercapai. Ia belum paham tentang aritmia jantung. Maka dari itu Fany harus merelakan waktu istirahatnya untuk belajar lagi.
Tidak. Hari ini sedang tidak ada ujian apa pun. Sekalipun ada ujian, Fany tetap bisa menjawab semua soal dengan mudah tanpa harus belajar sekeras ini. Gadis itu hanya belajar tentang materi-materi kedokteran.
Karena ia harus menjadi dokter bedah jantung seperti ayah dan kakak laki-lakinya.
Harus.
***
"Hai!"
Fany terkejut ada yang menghalangi jalannya ketika gadis itu hendak keluar kelas. Tapi sedetik kemudian dengusan keluar dari wajah dingin Fany ketika tahu siapa si pelaku.
"Minggir!" Fany menyingkirkan Zinu yang menghadang jalannya. Tapi bukan Zinu namanya jika ia menyerah begitu saja. Lelaki itu segera mengejar Fany dan menyejajarkan langkah mereka.
"Buru-buru amat sih pulangnya. Mau ke mana?"
"Mau les," jawab Fany singkat.
Zinu hampir tersendat air liurnya sendiri. "Gila! Lo nggak capek belajar? Tadi istirahat lo bilang mau belajar, sekarang pulang mau les juga. Ini juga udah sore kali, Fan."
"Lo lupa julukan yang lo kasih ke gue waktu kita sekelas?" sahut Fany enteng.
"Kutu buku gila."
"Nah itu inget."
Zinu menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Jika itu dia, mungkin kepalanya sudah pecah sejak lama. Setengah dari diri Zinu masih tak percaya bahwa gadis kutu buku gila inilah yang membantunya lepas dari masalah. Sepertinya predikat gila memang cocok disematkan menjadi nama belakang Fany.
"Mau gue anterin?" tanya Zinu.
Tiba-tiba Fany berhenti melangkah. Zinu ikut berhenti dan berdiri menghadap Fany. "Lo kenapa?" tanya Fany. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Wajahnya datar. Khas seorang Fany Pinasthika.
Zinu mengangkat bahu. "Kenapa? Gue cuma mau nganterin lo ke tempat les."
"Justru itu. Kenapa lo mau nganterin gue?" Gadis itu menatap Zinu dengan mata disipitkan. "Lo nggak lagi pengin ngisengin gue kan?"
"Heran gue, kenapa semua orang pada suka suudzan sama gue sih?"
"Karena lo emang pantas disuudzanin."
Zinu menaikkan salah satu sudut bibirnya. Menggoda Fany. "Terus kemarin siapa yang belain gue mati-matian karena gue disuudzanin sama orang satu sekolah?”
Fany menatap Zinu tanpa ekspresi. Sama sekali tidak terpengaruh oleh godaan lelaki itu. Detik berikutnya Fany berbalik, melanjutkan kembali langkahnya yang tertunda. Meninggalkan Zinu yang menatap kepergian gadis itu dengan gelengan kepala.
"Gue baru nemu cewek gila kayak dia." Tapi seulas senyum tetap tersungging di bibir Zinu. "Tapi memesona."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Eftychis
Romance#1 mimpi dari 8,15k cerita Kata Papa Fany, dokter adalah satu-satunya profesi ideal di bumi. Maka anak-anaknya tidak boleh mencari profesi lain selain dokter. Termasuk Fany. Keyakinan itu pun melekat di kepala Fany, sampai Fany bertemu dengan Zinu...