Sembilan

1.2K 237 102
                                    

Setelah mendapat penolakan dari Fany, Zinu memutuskan untuk mengikuti taksi yang gadis itu naiki secara diam-diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mendapat penolakan dari Fany, Zinu memutuskan untuk mengikuti taksi yang gadis itu naiki secara diam-diam. Sambil mengendarai motor, Zinu kembali membayangkan ketika Fany dengan sangat percaya diri membelanya di depan umum. 

“Gue berdiri di sini, karena gue mau ngasih tahu kalian kalau Bintang Zinura Prambudi, Zinu, murid kelas dua belas IPS dua, bu-kan pen-cu-ri.” 

Zinu tersenyum di balik helmnya. Masih teringat jelas dalam ingatannya bagaimana sosok Fany yang berdiri di tengah lapangan. Tangan kirinya berada di pinggang, tangan kanan memegang megafon, dan bola mata yang menatap seluruh siswa dengan menyala. Begitu memesona.  

“Kalau sampai Zinu terbukti pelakunya, kalian boleh sebut gue kaki tangan pencuri. Tapi kalau sampai terbukti bukan Zinu pelakunya, kalian semua harus minta maaf sama Zinu karena sudah nuduh dia sebagai pencuri.” 

Ya Tuhan, bagaimana bisa ada gadis semengagumkan dia? Mengapa Zinu baru menyadarinya sekarang? 

Tak lama kemudian taksi yang Fany tumpangi berhenti di sebuah tempat bimbingan belajar. Zinu menghentikan motornya tak jauh dari tempat itu. Setelah Fany masuk, Zinu tidak segera pergi dari sana. Namun memilih untuk duduk di bawah pohon pinggir jalan. Menunggu Fany pulang. 

Zinu memutar kembali kejadian setelah ia dan Fany berhasil membuat Dina membongkar kebusukannya sendiri. Kala itu mereka berdua duduk berdampingan di halte. Sama-sama terkejut akan fakta yang baru saja mereka dapatkan. Meski sudut pandang terkejut keduanya jauh berbeda. 

Zinu terkejut karena Dinalah si pelaku. Dari sekian banyak orang, yang menjadi pelaku justru korban itu sendiri. Sedangkan Fany...

“Gue nggak percaya Dina nekat ngelakuin hal itu cuma karena dia baper sama lo.”

Zinu mengangkat bahu. “Kadang cinta bisa bikin manusia ngelakuin hal-hal diluar nalar.” 

“Tapi ini bener-bener nggak masuk akal, Zin. Oh, please! Cuma karena perasaan cengeng khas anak kecil, dia justru menghancurkan masa depannya sendiri.” 

Zinu menatap lekat gadis di sampingnya. Apa yang Fany katakan memang masuk akal, dan pastinya akan diiyakan oleh banyak orang. Namun karena kalimat itu, tiba-tiba terlintas sebuah pernyataan di kepala Zinu tentang Fany. “Lo pasti belum pernah jatuh cinta.” 

Fany menatap Zinu dengan kening berkerut. “Kenapa tiba-tiba malah ngomongin gue?” 

Zinu mengangkat bahu.

“Jadi maksud lo perbuatan Dina masuk akal dan lo bersedia maafin dia?” 

Zinu terkekeh. “Perbuatan Dina memang keterlaluan. Tapi paling enggak gue ngerti kenapa dia nekat berbuat seperti itu. Kadang memang ada perbuatan yang nggak dibenarkan oleh akal sehat, tapi dibenarkan oleh hati.” 

“Sok ngerti lo.” 

Zinu terkekeh lagi. Tak habis pikir, bagaimana bisa ada gadis yang terus berpikir dengan logika seperti Fany? Wanita yang Zinu kenal, hampir semuanya selalu mengedepankan perasaan. Sampai Zinu tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa. Dina contohnya. Zinu sudah mencoba baik dengan menjaga hubungan pertemanan meskipun Zinu pernah menolak cintanya. Tapi justru ini yang Zinu dapatkan. 

Dan Fany berbeda. Ia belum pernah bertemu gadis sebeku Fany. Gadis yang tidak begitu dikenalnya karena mereka berbeda habitat, yang tiba-tiba menolongnya dengan cara yang tidak pernah Zinu pikirkan. Dan memiliki pemikiran begitu lurus yang berbeda dengan gadis kebanyakan. 

Fany benar-benar membuat Zinu penasaran. 

Melupakan masalah yang seharusnya mereka bahas, Zinu lebih memilih bertanya, “Fan, lo udah punya cowok?” 

“Ngapain lo tanya-tanya?!” 

“Jawab saja kenapa sih, nggak usah pakai sewot gitu.” 

“Daripada lo tanya-tanya nggak penting kayak gitu, mending kita omongin besok mau gimana. Lo mau ngasih rekaman suara Dina ke guru sendiri? Atau perlu gue temenin?” Fany berpikir sejenak, kemudian bicara lagi. “Oh iya. Lo juga harus bawa rekaman CCTV koridor yang gue dapet dari keamanan. Ntar gue kirim ke email lo. Sepertinya kita juga harus bawa saksi. Kita perlu kumpulin teman-teman lo yang seharian itu sama lo terus. Lo seharian bareng Jerry sama Fauzan kan? Jangan sampai ada argumen kalau pengakuan Dina itu muncul karena tekanan. Dan kita harus minta Toni agar dia mau bersaksi. Kita yakinin kalau identitas dia aman. Soalnya tadi dia bilang dia masih takut—“ 

“Fan,” potong Zinu.  

“Hm?” 

“Kenapa lo bikin gue penasaran?” 

Fany mengerjap. “Apa?” 

Zinu tidak langsung menjawab. Lelaki itu justru memandang wajah cantik Fany dengan lekat. Mata bulatnya begitu indah. Hidung mancungnya terpahat sempurna. Ditambah gigi kelinci yang membuatnya lucu tapi mengagumkan tiap kali gadis itu berbicara kalimat-kalimat cerdas. Kemudian Zinu berkata dengan yakin. “Gue pengin kenal lo lebih dekat. Biar gue tahu, apakah yang gue rasain sekarang cuma rasa berterima kasih, kagum, atau karena gue jatuh hati sama lo.” 

Suara klakson mobil membuyarkan lamunan Zinu. Lelaki itu mengumpat pada pengendara motor yang menyeberang tanpa melihat kanan kiri, juga klakson sang pemilik mobil yang membuat ingatan Zinu lari. 

Zinu membenarkan posisi duduknya, kemudian menoleh ke arah lokasi bimbingan belajar ketika matanya menangkap sosok Fany yang masuk ke dalam taksi. Zinu buru-buru bangkit. Untuk sesaat ia merasa berterima kasih pada pengendara motor dan klakson mobil yang tadi ia umpati. Jika bukan karena mereka, mungkin ia tidak akan melihat Fany keluar dari tempat les. Zinu bahkan tidak sadar sudah dua jam ia duduk di bawah pohon itu. 

Zinu melanjutkan lagi kegiatannya mengekori Fany. Sampai akhirnya mereka sampai di sebuah rumah dengan pagar hitam cokelat setinggi dua setengah meter. Zinu memperhatikan rumah itu setelah Fany masuk, menemukan tulisan praktik dokter di sana. 

Oh, jadi si kutu buku gila itu anak seorang dokter. Pantas saja otaknya encer. Zinu terkekeh membandingkan kapasitas otak Fany dengan otaknya sendiri.

Lelaki itu pun menyalakan mesin motornya, pergi setelah diam-diam mengantar Fany pulang dengan selamat. 

TBC

EftychisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang