Tiga Belas

947 186 123
                                    

Fany berada di perpustakaan kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fany berada di perpustakaan kota. Sudah dua hari ia tidak les, malam hari juga tidak belajar. Maka dari itu meski sekarang hari Minggu, Fany merasa harus menebus waktu yang ia lalui dengan santai dua hari kemarin.

Fany berjalan menyusuri rak-rak buku, hingga perhatiannya tiba-tiba tertarik pada rak buku hukum. Haruskah ia ke sana? Bukan itu seharusnya yang ia pelajari saat ini. Namun deretan buku itu seolah memanggil-manggil namanya agar mendekat. Hingga Fany menyerah dan memutuskan untuk ke sana.

Tidak apa-apa. Sebentar saja.

Sesaat Fany sempat bingung, buku apa yang harus ia pilih? Karena baru pertama kali menjelajah, Fany pun memutuskan untuk membaca buku Dasar Ilmu Hukum. Fany duduk di salah satu meja perpustakaan dan membaca buku pilihannya dengan antusias.

Sampai tiba-tiba sosok itu datang mengagetkannya.

“Hai!”

Fany mendongak, cukup terkejut melihat Zinu sudah duduk di hadapannya. “Kok lo bisa ada di sini?” tanya Fany penasaran.

“Ini tempat umum, Fan. Masa gue nggak boleh ada di sini?” jawab Zinu. “Jangan-jangan kita jodoh? Bisa ketemu secara kebetulan begini.”

Fany mendengus. Tadinya ia ingin bertanya, tumben orang seperti Zinu terlihat di perpustakaan. Tapi mendengar kalimat gombalan Zinu membuat Fany mengurungkan niat. Gadis itu memilih fokus pada bukunya.

“Lagi baca buku apa?”

Fany memperlihatkan sampul buku itu selama beberapa detik, kemudian kembali membaca.

“Kok bukan buku IPA?” tanya Zinu.

“Emang nggak boleh?”

“Bukan nggak boleh. Cuma tumben aja.”

Fany tak lagi menjawab. Zinu memperhatikan gadis yang sedang konsentrasi itu. Sebenarnya mereka tidak bertemu secara kebetulan. Tadi pagi Zinu bersama teman-temannya pergi ke car free day. Ketika pulang, Zinu iseng melewati rumah Fany. Hanya iseng lewat, tak menyangka bahwa ia bisa menemukan Fany keluar rumah menaiki taksi. Tanpa pikir panjang, Zinu pun mengikutinya diam-diam. Dan tibalah ia di sini.

“Gue punya om pengacara,” kata Zinu asal, hanya untuk memecah keheningan. Tak menyangka bahwa ternyata Fany mulai mengangkat wajahnya menatap Zinu, dan bertanya dengan gengsi yang kentara.

“Oh ya?”

Sepertinya Fany tertarik. Zinu pun mengangguk antusias. “Hm. Namanya Om Firman. Terakhir kali dia dapet kasus penipuan.” Zinu mencoba mengukur ketertarikan Fany sebelum melanjutkan, “Jadi ceritanya gini. Klien om gue itu nggak tahu apa-apa, tapi tiba-tiba dituduh menipu rekan kerjanya.”

“Terus?”

“Ya diselidiki. Ternyata ada pihak ketiga yang diam-diam pakai nama klien om gue. Jadi dia nggak salah.”

EftychisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang