Tujuh Belas

872 172 87
                                    

Bintang Zinura Prambudi baru saja selesai makan malam bersama orang tuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bintang Zinura Prambudi baru saja selesai makan malam bersama orang tuanya. Lelaki itu sedang menaiki tangga menuju kamar ketika ponselnya mendapat pesan masuk.

From : Kutu Buku Gila

Tapi asal lo tahu. Bakat nggak selalu tentang apa yang dibawa sejak lahir. Tapi juga apa yang kita perjuangkan dengan keras. Kita tetap bisa sukses dengan itu.

Zinu merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan membaca pesan dari Fany sekali lagi. Laki-laki itu tersenyum. Tanpa berniat membalas pesannya, Zinu langsung menelepon gadis yang berhasil membuatnya jatuh cinta.

“Halo? Fan, lo nggak ada acara malam ini kan?”

***

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Fany memberanikan diri melompat dari jendela kamar dan mengendap-endap keluar demi menemui Zinu yang telah menunggunya di ujung gang. Mengapa tidak keluar lewat pintu? Itu sama saja dengan bunuh diri! Papa tidak mungkin membiarkan Fany pergi. Ini adalah waktu bagi gadis itu belajar, meski sejak pagi ia juga sudah melakukan aktivitas itu.

“Ngapain sih ngajakin keluar?” tanya Fany ketika sudah menghadap Zinu yang duduk di atas motornya.

“Gue kangen sama lo.”

Untuk pertama kalinya, gombalan Zinu yang selalu Fany katakan basi, kini mulai berpengaruh. Gadis itu merasakan sesuatu yang aneh dari dalam dirinya. Kendatipun Fany tetap berusaha menjaga ekspresi wajahnya agar tetap datar.

“Bilang, lo juga kangen sama gue kan?” tebak Zinu penuh dengan rasa percaya diri.

Fany mencibir. “Mimpi.”

“Jujur aja. Kalau enggak...” Zinu mencondongkan tubuhnya ke arah Fany hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Tangannya terangkat menuju kepala Fany, membuat gadis itu tanpa sadar menahan napas. Hingga Zinu berhasil meraihnya; debu yang menempel di kepala Fany, yang gadis itu dapatkan ketika melompat dari jendela. “... lo nggak mungkin bela-belain kabur dari jendela buat ketemu gue, di saat taruhannya lo bakal dimarahin habis-habisan sama bokap lo. Iya kan?”

Fany mengerjap. Menatap debu tebal yang Zinu tunjukkan tepat di depan wajahnya. Sejujurnya Fany pun heran. Mengapa ketika Zinu mengajaknya keluar, ia tidak menolak saja? Mengapa ia malah berusaha mencari cara agar bisa keluar tanpa diketahui oleh Papa?

Sial!

“Udah, kangen sama gue nggak dosa kok. Nggak perlu malu-malu gitu. Yuk, naik!”

Fany menatap Zinu dengan kesal. Kendatipun ia tetap menaiki motor lelaki itu. Sial! Kenapa sekarang Zinu bisa menjadi orang —selain Papa— yang berhasil membuat Fany tak bisa berkata-kata?

Berbekal sepeda motor, kedua orang itu mengelilingi kota Jakarta. Tanpa tahu tujuan. Ketika melewati alun-alun, Zinu berinisiatif untuk berhenti. Keduanya pun duduk santai di tepi jalan, memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang.

EftychisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang