Holla huyyyyy, apakabar kalian?? Semangat selalu ya. Selamat membaca!
Di kehamilanku yang menginjak tiga bulan ini mas yudha semakin memanjakanku entah dengan selalu menuruti ketika aku ngidam bahkan jika ia keluar dan pulang pasti ia selalu membawaknku makanan entah itu ku makan atau tidak ia selalu saja asal asalan. Tapi aku suka caranya Bertanggung jawab terhadap keluarga, ia orang yang penyayang terhadap siapapun kecuali mantan lho ya.
Setiap malam juga ia selalu mengajak bicara calon beby kita, entah membicarakan tentang aku yang menjadi calon mama, membicarakan tentang kecantikanku padahal aku meraaa tidak secantik yang mas Yudha katakan pada anak kami, ia juga membicarakn jika calon beby kita perempuan maka mas Yudha akan menjadikannya seseorang yang berguna untuk bangsa dan negara menjadi seorang dokter ataukah menjadi seorang polisi, hingga membicarakan halhal yang tak penting dengan calon anak kita. Tapi memang harapan harapan baik dari aku dan mas Yudha akan anak kita semoga semuanya menjadi kenyataan.
Tak apa biarkan Papa dan anak ku esok sudah akrab sedari belum lahir. Aku tau mas Yudha pasti menginginkan seorang anak perempuan, dan aku laki laki. Keinginan kami sama sama berbeda jadi jika esok anakku yang lahir adalah seorang laki laki pasti mas Yudha akan meminta lagi yang perempuan.
"Mas itu yang di samping rumah kita kan rumah kosong kan, itu ada mobil ngangkut barang barang mau di tempati ya mas?" Tanyaku pada Mas Yudha yang sedang menonton tv.
"Iya dek, kemarin ada upacara pemindahan tugas tentara baru"
"Akhirnya punya tetangga baru, besok aku harus kesitu ah mas bantu bantu"
"Jangan capek capek"
"Iya sayang" manjaku. Jujur ketika hamil ini aku semakin manja kepada Mas Yudha, padahal bisanya tidak seperti ini. Kehamilan pertama ku dan baru pertama kali merasakan ada sesuatu yang tumbuh di dalam perutku.
Drttttt....
Ku melihat layar ponselku yang berdering menuliskan nama Mbak Rahma.
"Hallo mbak"
"Allo tante" suara anak kecil yang sangat semangat dan ku rindukan itu adalah Iky.
"Aihh ikyyy" aku tersenyum lebar melihat wajah iky yang tampan itu.
"Tante Azka baru ngapain?, nggak kerumahe Uti endang? Iky kangen lo te" berganti muka mbak Rahma yang berada di layar ponselku
"Baru sante ini mbak, iya besok kalo kerjaan mas Yudha udah kelar baru deh nginep di rumah kangen banget sama rumah" mbak ku itu tersenyum.
"Kamu tu udah mau punya anak aja, padahal dulu kamu masih kecil sekarang udah mau jadi ibu" dia selalu saja membuatku ingin menangis
"Ah mbakk" ia tertawa disana
"Ora ora wes koe ngko nangis males le ndelok" kini kamipun tertawa bersama.
(Nggak nggak, kamu nanti nangis males yang ngelihati)Ini memang mirip lagu peterpen , semua tentang kita yang liriknya Waktu terasa semakin berlalu tinggalkan cerita tentang kita wkwk.
Memang benar, semakin aku dan mbak rahma dewasa disitulah awal kita menjadi saling menjauh, karena setelah mbak rahma menyelesaikan pendidikannya ia langsung mendapatkan pekerjaan di luar kota, aku sebagai keponakannya juga turut sedih dan berbahagia karena memang ia adalah teman sekaligus mbak bagiku. Apalagi pas aku dengar ia akan di sunting oleh suaminya menangis aku gulung gulung nggak jelas, karena ya yang sudah ku bilang, kita seperti adik dan kaka kandung bukan sepupu."Eh mana suami mu?" Aku nelirik mas Yudha, ia juga melirik ku lalu mengambil alih ponselku.
"Ono opo mbak" ia memakai bahasa jawa ku tahu dia jarang berbicara dengan bahasa jawa jadi ku dengar menurutku itu agak wagu alias tidak pantas (ada apa mbak)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
Short StoryAku akan bercerita tentang bagaimana aku menemukan sosok laki laki yang sempurna di mataku. Laki laki yang bisa melindungiku, menyayangiku, dan melindungi negara ini. Mungkin banyak di luaran sana seseorang sepertinya bahkan lebih, tapi aku memilih...