Holla hai, semoga klian bisa terhibur ya. Selamat membaca
Kau ucapkan jangan pergi jangan tunggalkannku. Biar rindu yang menjadi saksi, bahwa cinta takanakn mati hanya karna jarak yang terbagi.
~Azka & Yudha~
Azka ia memang benar benar marah padaku beberapa hari yang lalu, namun dengan usaha dan kerjakerasku akhirnya ia mau mendengarkan penjelasanku dan mau berbicara padaku. Namun aku masih merahasiakan satu masalah darinya.Aku tau perasaan , aku memahami dan aku menerima. Memang ini sudah resiko yang harus ku tanggung kala aku dinas di luar.
Rinduku padanya semakin menjadi jadi ketika vidiocall dengannya. Ingin segera pulang dan memeluk perempuanku itu. Tinggal satu minggu hanya satu minggu aku disini, tak sabar mengambil hadiah yang ku tunggu tunggu dari Azka, semoga ia siap dengan semuanya. Kadang iri melihat kawan kawanku yang sudah memiliki buah hatinya, iya seorang anak. Aku sangat menyukai anak anak, apa lagi Azka sifat keibuannya sudah terlihat sebelum ku menikahinya. Apalagi dengan seorang anak laki laki, Azka pasti sangat suka. Semoga semua itu segera tuhan karuniakan kepadaku dan Azka.
Oh iya tentang Indah waktu itu, memang benar ia berada disini. Tapi ia kesini bukan karena aku disini melainkan ia adalah tenga medis di lingkungan tentara aceh. Aku juga sudah tak ada perasaan apapun padanya karena perasaanku yang dulu sudah hilang semenjak hari itu.
Dan iya dia mencariku hanya sekedar menanyakan kabar dan membicarakan sesuatu yang lain.Karena memang aku dan dia sudah lama sekali tak bertemu sejak aku masih di lembah tidar. Ia sempat memberiku beberapa partanyaan yang mungkin menurutnya berarti baginya, tapi tidak bagiku
Flash Back On
"Dha giaman kabarnya?" Aku tahu ia melirikku walaupum aku tak melihat ke arahnya
"Baik" jawabku sesingkat mungkin yang tak mau menatapnya namun menatap kearah lain
"Umi papa juga baik?"
"Baik"
"Alhamdulilah"
"Aku udah cerai dha sama suami ku" sedikit terkejut tapi hanya sebentar, setelah itu biasa aja. Aku tak pedulu tentangnya, mau dia cerai , mau dia menikah itu tidak ada hubungannya denganku. Intinya aku tak peduli dengan kehidupannya.
"Lalu?" Jawabku yang tak mau basa basi lagi.
"Iya sekarang aku jadi single parents ngurusin anak sendirian, sampe sampe aku bawa anakku kerja , dia juga disini"
"Kamu sudah gila ya ngajak anak kamu kerja, kasihan dia masih anak anak seharusnya bermain bukan malah ikut kerja orang tuanya. Kan bisa kamu titipin ke orang tua kamu atau mantan suami kamu"
"Mereka sama sama sibuk dha, jadi aku harus turun tangan sendiri buat urus anakku satu satunya"
"Tapi kan bisa sewa orang buat ngurusin" ia tersenyum sinpul padaku
"Kamu udah nikah ya dha? Aku tahu dari Widi" aku kembali menatap kearah lain
"Iya"
"Kamu bisa tolong aku nggak?" Aku harus selangkah lebih hati hati dengannya, kata katanya itu selalu menjebak ku
"Buat?"
"Jadi ayah dari anakku" dia memang benar benar gila sudah sangat gila
"Kamu memang benar benar nggam sehat ya? Aku itu udah menikah dan aku bahagia dengan istirku"
"Tapi kamu belum punya anak kan?" Pertanyan yang benar benar menampar aku.
"Tapi-"
"Tolong dha, anak aku nggak pernah tahu figur seorang ayah, tolong bantu aku sekali ini aja dha" ia menyatukan tangannya, memohon padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
Short StoryAku akan bercerita tentang bagaimana aku menemukan sosok laki laki yang sempurna di mataku. Laki laki yang bisa melindungiku, menyayangiku, dan melindungi negara ini. Mungkin banyak di luaran sana seseorang sepertinya bahkan lebih, tapi aku memilih...