Hollaaaa halllo apa kabar? Jangan lupa tersenyum. Selamat membaca!!
Hari ini lebaran ke dua aku dan mas yudha berniat untuk pulang ke klaten, tempat lahir dan di besarkan nya Aku. Klaten tercinta ku.
Hanya butuh dua jam perjalanan menuju klaten dari rumah uti, aku dan mas yudha sudah sampai di depan rumah bernuansa putih yang selalu menjadi rumah favoritku itu.
Di sana sedang ada tamu, nampaknya tamu dari Ayah temannya ataukah siapa aku juga tak terlalu mengerti.
"Assallamualikum" ucapku pada semua oramg yang berada di ruang tamu.
"Waalaikumsalam" jawab serentak.
"Nduk ayo masuk ini lho temen e ayah waktu sekolah dulu" aku pun duduk di buat ibuk dan mas yudha juga mengikuti ku.
"Iki lho Royan yang dulu pas kecil kamu pernah main sama dia, sekarang udah gede" oh Royan yang waktu itu ya aku tahu, aku dulu sempat pernah di ajak ke rumah om Ridwan yang ada di jogja dan jika kesana aku mainnya dengan Royan ini, sekarang udah besar seperti aku. (Iki= ini)
"Nah kalo iki suaminya Azka yan" Royan menjaba tangan pak yudha.
"Le Dha ini Royan sama istrine" oh itu yang bawa anak, istrinya Royan, jaman sekarang udah pada punya anak ya, jadi kasihan sama mas yudha.
Tak terlalu lama aku berbincang bincang dengan tamu ayah aku dan mas yudha menuju kamar, kasian mas yudha belum istirahat. Dan belum lagi jika sore di klaten pasti aku pengen kesana kemari.
"Tampan ya tadi anak temannya ayah" ucapnya menyindirku
"Nggak B Aja kali" aku tertawa di buatnya palingan juga cemburu dasar om om tentara modus.
"Buktinya aja dia pernah temenan sama kamu" tukan di ungkit ungkit lagi
"Lha sekarang aku bukan temen mu to?" Tanyaku menggoda
"Iya lah temen sehidup semati" ucapnya menarik tanganku. Aku dibuat malu oleh nya.
"Azka ambilin makan dulu ya" ia mengangguk dan aku menghilang di hadapannya maksudku berjalan keluar kamar.
Di kompor hanya ada sayur opor ayam, mau tidak mau aku harus membeli makanan di luar karena kemarin aku dan mas yudha sudah terlalu banyak makan opor, takut kolesterol.
"Mas cuma ada opor ayam aku beliin di luar dulu ya" ucapku mengambil dompet.
Ia sama sekali tak menjawab, sudah tidur lah tu. Dasar kebo kalo di bangunin susah lagi.
Ku turuni anak tangga satu semi satu dan mengambil kunci motor untuk membelikan makan mas mas tentara satu itu.
Tak terlalu jauh sih paling cuma tiga menit sampe kalo ngebut wkwk. Mencari sayur serta lauk pauk yang cocok untuk kesehatan mas yudha membayar ,lalu pulang.
Banyak sekali yang ku rindu dari kota kecil tapi sejuta kenangan ini. Suasannya yang amat tentram, udaranya yang netral, dan nyaman tentunya.
🌼🌼🌼🌼
Sudah malam tiba aku dan mas yudha baru saja pulang dari jalan jalan sore. Banyak tempat yang ku kunjungi bersamannya, mengingat semua kenangan waktu aku masih bersekolah. Juga mengingat akan perjuanganku menjadi seorang casis yang gagal. Dan memilih terjun ke dunia perkantoran.
Membuatku ingin menjadikan anak anakku esok mewujudkan mimpiku yang belum bisa terwujud ,tapi tentu dengan keinginan hati anakku kelak, aku tak boleh egois hanya demi kepuasan hati ku sendiri.
"Dek itu deket kamar mandi apa sih? kamu nggak pernah cerita" ia menunjuk pintu yang ber warna pink itu. Iya memang dulu aku masih suka warna pink tapi sekarang nggak ya aku lebih suka putih.
"Itu tempat kramat mas hati hati jangan nunjuk nunjuk" bohong ku padanya. Tapi aku masih menahan tawa agar ia tidak tahu jika aku bohonh
"Kalo bohong bukan disini tempatnya sayang" aku hanya menyengir saja padannya. Baru mengingat bahwa ia mempunyai ilmu gaib hahah.
"Heheh kalo mas mau buka, buka aja" ku langkahkan kakiku menuju kamar itu. Kamar yang sangat kecil dan sempit bernuansa pink, dengan sejuta kenangan didalamnnya.
"Kamu suka bola?" Aku tersenyum getir pada mas yudha.
"Dulu suka banget sampai aku tu bela-belain ke jakarta hanya demi minta foto sama minta tandatangannya pemain favorit, pernah juga ikut ekstra futsal demi ingin jadi timnas putri. Tapi ku urungkan niatan itu, karena memang aku nggak pasion" aku tertawa.
"Ini kamu yang gambar?" Ia memegang lukisan wajah salah satu pemain favoritku dulu.
"Iya , itu juga hanya gambaran sekedar, karena aku tak pasion di semua hal"
"Azka kamu tu hebat lihat semua ini, dari mulai foto, lukisan, gambar gambar, tulisan tulisan kamu, kamu tu berbakat" aku hanya tertawa lagi , terbahak bahak malah.
Ini tu nggak ada apa apanya sama orang di luar sana. Walaupun ada pepatah jangan bandingkan kemampuan mu dengan orang lain karena tak semua bunga tumbuh dan mekar bersama. Tapi tetap saja ada minder tersendiri.
"Semoga anak kita besok bisa mewakili ku dan kamu ya" tu kan sukanya bahas aneh aneh
"Apa sih" aku memukul perutnya.
"Tapi percayalah jika esok Dimasa depan nanti kamu lihat aku berlutut kepada wanita selain kamu, itu berarti aku sedang mengikat tali sepatu anak perempuan kita"
"Halah gombal"
"Ini kamu pas kecil?"
"Iya heheh"
"Dari dulu nggak pernah berubah, tetep cantik"
"Apa sih" ia tersenyum dan memelukku .
Ku pejamkan mataku di dekapannya tapi perlahan aku seperti di bawa mimpi melayang. Ia mengendongkku ke kasur .
"Coba kamu ceritain klaten itu gimana sama mas" oke kalo itu aku mood banget membahas sebuah kota kecilku ini.
"Klaten Bersinar yang artinya Klaten ,Bersih, Sehat ,indah,Nyaman, Aman, Dan Rapi . Aku tahu itu dari mars klaten bersinar, dan klaten itu menurutku sebuah kota kecil, yang mungkin juga ada orang yang nggak tau sama klaten, di apit oleh dua kota jogja dan solo. Nuansa klaten itu nggak ada tandingnya menurutku, kota yang adem ayem tentrem, kota yang bersih indah nyaman. Kalo aku pergi dan jika di tanya siapa yang kamu rindu pasti aku akan jawab klaten, karena semua keluarga dan kesayangnku ada disini"
"Oh jadi gitu pas udah nikah, siapa yang kamu rindu azka jawabannya klaten, bukan suami?"
"Hehe nggak gitu mas kan sekarang posisinya bergeser jadi, siapa yang kamu rindu azka, Pak tentara satria yudha bimantara gitu" dia tersenyum manis padaku
"Udah bisa ngegombal ya" ia mengelitik aku sampai aku tertawa terbahak bahak. Seakan akan lupa segala masalah ku ,di buatnya.
'Cup' ia mencium bibirku singkat.
Ya Allah Astafirullah aku harus segera sadar kalo tidak akan bahaya ini.
Aku mengambil bantal dan menutupi pipiku karena mas yudha sudah berancang ancang membidik pipiku. Dan bibirnya sekarang mencium bantal.
"Weeek nggak bisa" ucapku lari
Untung di rumah tidak ada orang hanya ada aku dan mas yudha, karena Ibuk, Ayah, dan Gita tadi pergi ke warung.
Jika tidak pasti akan sangat bahaya, semoga semua kebahagiaan ini akan selalu mewarnai hidupku, dengan mu , mas yudha.
Segini dulu ya, jangan lupa bantu follow akun wattpad ku, biar cerita ini terus berjalan, dan jangan lupa vote🌻🌻🌻
Makasih♡
3 Des 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story With You
ContoAku akan bercerita tentang bagaimana aku menemukan sosok laki laki yang sempurna di mataku. Laki laki yang bisa melindungiku, menyayangiku, dan melindungi negara ini. Mungkin banyak di luaran sana seseorang sepertinya bahkan lebih, tapi aku memilih...