malu-maluin

623 86 59
                                    


ANDA DINYATAKAN TIDAK LULUS SNMPTN

ketika layar laptopnya menampilkan kotak merah mencolok tersebut, rasanya jantung bright seperti jatuh begitu saja ke tanah.

tapi seolah tak memperdulikan perasaannya sendiri, bright malah lantas menolehkan kepalanya secepat mungkin untuk melihat bagaimana ekspresi win serta kedua orang tuanya yang ikut menyaksikan pemberitahuan tersebut.

"masih ada sbm, kok, bri. tenang aja." sendu papa win, menepuk-nepuk bahu bright untuk memberi kekuatan pada lelaki yang sudah ia anggap anak sendiri itu.

sama halnya dengan mama win yang mengulas senyum manisnya, sambil kemudian bergerak memeluk bright yang menggigit bibir bawahnya takut kalau-kalau dia ternyata mengecewakan ketiga manusia penting dihidupnya saat ini.

"coba sbm ya, nur. pasti nanti sbm bisa, kok. jangan nyerah loh, ya." kata mama win, mengelus punggung bright yang dilapisi dengan piyama biru milik win yang sengaja ia pinjam, karena malam ini ia berencana untuk menginap.

"heem, coba sbm, mas." tambah sang anak, menggerak tangan kanannya untuk mengacak surai rambut bright yang sudah lusuh sejak awal.

"kalian nggak marah?" tanya bright takut-takut, nyalinya menciut karena ia tahu betul kalau ada sepercik rasa kecewa pada ketiganya.

"kok marah, sih? ngapain marah? aneh banget lo. udah sana naik atas. tidur. besok belajar buat sbm." suruh win seraya mendorong-dorong tubuh bright untuk segera bangkit dari duduknya di sofa ruang tamu.

patuh, bright akhirnya pun beranjak, tentunya setelah mematikan laptopnya dan ikut membawanya untuk naik ke atas.

"loh, nggak ikut naik?"

win menggeleng pelan menjawab pertanyaan bright yang baru menyadari win tidak mengikutinya dari belakang setelah ia sudah menginjak anak tangga ke dua.

"mau ke warung depan dulu. beli softek buat mama." balas win ngawur, yang lalu diberi pelototan tajam oleh wanita baya yang mendengar percakapan keduanya dari dapur.

win cuma terkekeh untuk menanggapi pelototan ibunya itu.

"oh, ya udah. gue duluan, ya. nanti nyusul ke kamar ya, win!" seru yang lebih tua, kemudian melangkahkan kakinya lebar-lebar menaiki anak tangga.

sesering itu intensitas bright main ke kediaman rumah win, sampai-sampai dia sudah menganggap semua fasilitas di sini adalah miliknya. termasuk orang tua win.

setelah mengangguk mengiyakan seruan bright, win pun melangkah dengan tatapan kosongnya menuju ke pintu rumah utamanya.

berdiri di depan teras rumahnya, memeluk tubuhnya sendiri yang nyatanya sudah lebih dulu dibalut oleh angin malam yang begitu dingin menusuk kulit polosnya.

dia akan menjadi murid kelas 12 tahun ini.

dia sudah siap secara fisik maupun mental. dia bahkan sudah berpikir untuk nantinya dia akan melanjutkan pendidikannya di universitas impiannya.

tadi, kampus dan jurusan yang bright pilih untuk snmptn-nya adalah kampus serta jurusan yang win impikan.

iya, bright memang sejak awal cuma ingin selalu bersama dengan win.

bahkan saat memilih kampus tujuan dan jurusan-nya pun bright tak memikirkan apapun kecuali win.

kadang win suka merinding kalau bright tiba-tiba bisa jadi se ter-obsesi ini sama dia.

tapi win selalu mewajarkan hal itu, karena jauh di lubuh hati win pun dia juga ingin selalu berada di sisi bright.

memang sefanatik itu keduanya pada satu sama lain.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang