take him to the moon

670 67 14
                                    

kini bright dan win sudah sama-sama berada tepat di depan pagar rumah win dengan tangan yang saling bertautan satu sama lain.

keduanya saling tatap.

bright dengan mata sayunya yang masih mengantuk karena setengah jam yang lalu ia tiba-tiba dibangunkan win yang panik karena ia harus segera pulang saat itu juga itu mengulas senyum tipisnya.

win membalas senyumannya.

ia sebenarnya agak kasihan karena tadi ia melihat bright hampir menyemburkan lava dari mulutnya karena kaget dibangunkan dengan terburu-buru yang tentu saja dapat membuat kepalanya pusing sekali itu, tapi cowok itu langsung mengurungkan niatnya dan memilih untuk memijat keningnya saja begitu mengetahui yang baru saja membangunkannya adalah win.

setelah menjelaskan maksud win membangunkan bright sepagi itu, mereka berdua pun dengan terburu-buru segera bersiap-siap diri.

kemudian dengan motor matic bright, keduanya pun melesat dengan cepat ke kediaman win tanpa mengucapkan sepatah katapun selama perjalanan karena mereka sama gugupnya.

"kamu di luar dulu, ya? biar aku lihat keadaannya di dalem. takut nanti papah ngamuk waktu liat kamu, soalnya terakhir aku nguping, papah katanya pengen mukul kamu."

bright menelan ludahnya susah payah, agak merasa takut sekaligus tidak terima ketika mendengar cerita win.

"kok aku mau ditonjok emang aku salah apa?"

"kamu bikin aku nggak napsu makan, sih."

"lah."

"udah deh nurut aja!" gerutu win, memukul pelan pundak bright dan sekali lagi mengingatkan lelaki itu untuk tidak melangkah masuk dulu sebelum ia memberi isyarat untuknya dapat masuk ke rumah.

setelah sama-sama menyetujui, akhirnya win pun mulai membuka pintu utama rumahnya dengan pelan, yang ternyata tidak dikunci sama sekali itu.

bunyi pintu kayu yang dibuka dan ditutup secara perlahan itu langsung membuat seorang lelaki yang sedang tertidur di sofa ruang tamu dengan televisi yang dibiarkan menyala dan lampu yang dimatikan itu membuka kelopak matanya dengan terkejut.

ia segera beranjak dari sofa, berlari cepat menghampiri pintu, dan menghambur ke dalam pelukan win yang terlihat kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba.

"lo dari mana aja anjir, win?! orang tua lo kemarin nyariin lo karena nggak pulang. untungnya gue bisa boong kalau lo lagi ada keperluan penting yang bikin lo nggak bisa pulang kemarin!"

billkin dengan suara antusias itu menjelaskan situasi yang terjadi kemarin malam ketika win belum menampakan wajahnya bahkan ketika jam sudah menunjukan pukul satu pagi.

meta merangkul pinggang billkin, mengajak lelaki itu untuk duduk lagi di sofa ruang tamu karena sekarang adalah gilirannya untuk menjelaskan situasi yang terjadi kepadanya kemarin.

"bonyok gue tidur di kamar, kan?" tanya win memastikan ketika keduanya sudah duduk dengan nyaman di atas sofa.

billkin mengangguk kecil, menatap lamat wajah win dengan air muka kasihan.

"lo nggak papa, kan? gue mutusin buat memperpanjang liburan gue dari kampus buat nemenin lo di sini. jadi ya, paling mentok gue pulang dua minggu lagi. lo oke? gue bisa cari hotel-"

"oh, oh! nggak usah, kin! kalau lo di jakarta, lo boleh nginep di sini semau dan sesuka lo. gue nggak masalah." potong win.

"lo mau sekalian ikut gue prom mingdep? di sma almameter gue?" lanjutnya, menatap manik billkin dengan mata bersinarnya.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang