a coward

513 65 21
                                    

sudah cukup bagi keenam anak adam itu untuk bermain-main seharian, dan sekarang adalah saatnya mereka untuk pulang dan beristirahat.

billkin dan win menyempatkan diri untuk ke rumah bright dulu sebelum mereka pulang ke rumah. tentunya ini adalah siasat billkin yang menginginkan win untuk menyelesaikan masalahnya malam ini juga.

ketika tujuh manusia itu sudah semua berkumpul di teras untuk mengucapkan selamat tinggal, billkin pun menyenggol siku win, menyuruhnya untuk segera berbincang berdua dengan bright.

wajah win berubah pucat pasi, bibirnya tak semerah saat pertama kali ia datang ke tempat ini. berkali-kali dia menelan ludahnya guna membasahi kerongkongannya yang kering acap kali dia menemukan kesempatan untuk berbicara.

"oke, hati-hati ya pulangnya. lo kan yang nyetir?—jangan ngebut-ngebut. udah malam soalnya." ucap bright pada billkin, menepuk-nepuk pundak lelaki yang baru siang ini dia kenal. billkin dengan sopan mengangguk sembari tersenyum menenangkan.

"kak prim, lo balik apa nginep, nih?" celetuk gun tiba-tiba, membuat prim sontak menjadi sorot utama.

prim berdehem pelan, "saya pulang sendiri nanti. masih ada yang mau saya omongin sama bright." balas prim menjawab pertanyaan gun dengan lugas. gun mangut-mangut mengerti.

sedangkan off yang sudah menguap berkali-kali itu berjalan lebih dulu untuk masuk ke dalam rumah, diikuti dengan prim, dan gun di belakangnya.

ketika bright hendak beranjak masuk ke dalam rumah, win dengan cepat mencekal pergelangan tangan bright, membuat langkah lelaki itu terhenti, dan billkin lantas tersenyum puas.

win memejamkan kelopak matanya rapat-rapat, menggigit bibir bawahnya keras sampai ia sendiri dapat merasakan anyir di dalam mulutnya.

"i am so sorry!" pekik win keras, tidak bisa menyeimbangkan suaranya yang keluar karena terlalu gugup setengah mati.

mendengar pekikan itu, bukan cuma bright saja yang heran, tapi off, gun, dan prim pun sampai menghentikan langkahnya dan berbalik untuk melihat apa yang sedang terjadi di teras.

bright mengernyit bingung, menyentuh pundak win yang menunduk dalam-dalam.

"hey, kenapa?" tanyanya peduli, nadanya penuh akan sarat kekhawatiran yang tak terbantahkan.

win mendongak dengan bibirnya yang berdarah dan matanya yang berkaca-kaca pilu.

"i'm so sorry to say this, but i am tired of pretending. and i cannot continue acting as if i do not love you, because i do." lirih win.

bright berkedip sekali.

pikirannya kacau, dan hatinya berantakan terporak-porandakan akan kalimat yang tertutur dari bibir penuh luka itu.

jantungnya berdegup dengan cepat, membuat napasnya jadi memburu seperti sehabis lari bermil-mil.

off dan gun saling pandang, kemudian melirik pada prim yang berdiri terdiam menatap lurus pada bright dan win yang tak begitu jauh dari pandangannya.

"i am so sorry, i was so stupid that day. i should have never went there. i should have never leave you. i am so sorry."

win menekan setiap kata dalam kalimatnya. pandangannya memandang lurus pada obsidan hitam milik seseorang yang dulu pernah dimilikinya.

bright menelan ludah getir. ia menghela napas dengan gusar. ia harus segera menghentikan percakapan ini sebelum win semakin kelewatan dan seenaknya, takut kalau-kalau semua kata milik win itu akan menyakiti perasaan kekasihnya.

ia benar-benar ingin segera menghentikan percakapan ini, tapi jauh dalam lubuk hatinya, ia ingin mendengarkan lebih banyak kalimat-kalimat indah milik win yang sejenak membuatnya merasa terombang-ambing di angkasa lepas.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang