prom night invitation

617 69 14
                                    

suara pintu kamar yang dibuka secara perlahan itu membuat win terpaksa membuka kelopak matanya yang terasa berat.

apa lagi dengan tambahan bright yang ia sadari tengah menyamankan kepalanya di atas lengan win yang ia jadikan sebagai bantal itu.

lelaki itu masih saja tertidur dengan lelap.

membuat tangan win seketika terasa kebas ketika kesadarannya mulai pulih kembali.

mengabaikan sosok yang tengah berdiri mengintip ke dalam kamar yang masih berantakan bekas kemarin malam itu, win pun mulai menarik lengannya dengan lembut, sebisa mungkin tidak membangunkan bright yang kantung matanya begitu hitam.

"wow. bau-baunya gue tahu nih semalem lu berdua pada ngapain aja di sini."

win menolehkan kepalanya dengan jantung yang berdegup keras ketika suara off menyapanya pagi ini.

ia cengengesan menjawab ucapan off yang masih tidak bergeming di celah-celah pintu yang ia buka.

dengan berat hati, win mulai beranjak dari kasurnya, ia berjalan mendekat ke arah off hanya dengan kaos dalam putih dan celana bokser-nya saja, ditambah dengan cara jalannya yang mengangkang sambil sesekali mengaduh kesakitan.

off melipat bibirnya ke dalam, mencoba menahan tawanya sebisa mungkin karena ia bisa membayangkan betapa liarnya kedua temannya ini kemarin malam.

bahkan hanya dengan melihat gerak-gerik win serta bekas kondom yang berceceran di mana-mana itu, off bisa langsung tahu kalau bright benar-benar menikmati malam itu.

"sarapan!" suruh off, menggandeng tangan win yang dengan susah payah berjalan mendekatinya.

dituntunlah kekasih temannya yang sudah ia anggap adik sendiri itu untuk menuruni anak tangga, agar win bisa sampai ke ruang makan dengan selamat.

"bang bright nggak dibangunin?" tanya gun dari meja makan begitu ia mendapati off dan win berjalan tergopoh-gopoh ke arahnya.

"masih tidur." jawab off, menarik kursi untuk win dan mempersilahkan lelaki itu duduk.

gun hendak mengoleskan selai coklat pada roti win sebelum lelaki itu mencegahnya cepat-cepat.

"nggak usah, gun. gue biasanya nggak sarapan, kok. kalian aja."

"serius lo? pagi ini tuh lo seharusnya ngisi tenaga buat energi yang lo habisin kemarin malem, tau nggak?!— gila, sih, pi, kemarin aku lewat depan kamar mereka, suaranya kenceng banget nggak bohong! sama sekali nggak niat ditahan kayaknya. plong aja gitu."

win memalingkan wajahnya ke arah piring bersih di hadapannya. membiarkan gun dan off menggosipinya meskipun dia berada tepat di hadapan mereka.

sebenarnya, kalau ditanya win ini lapar atau enggak, jawabannya iya. dia laper banget.

tapi, sumpah, rahang dan kerongkongannya dia sakit banget buat dibuka, dan setiap mau ngomong aja tuh susah, gimana mau makan?

kalau begini, dia jadi menyesal karena tidak menuruti perkataan bright semalam tentang jangan memaksakan diri karena ini pertama kalinya baginya, dan malah dengan tamak meraup kejantanan bright hampir sampai ke pangkalnya.

argh.

sekarang dia harus menahan rasa sakit di kerongkongannya karena sepertinya terdapat banyak lecet di dalam sana.

"woi! makan!" seloroh gun mengejutkan win dari lamunannya.

win buru-buru mengangguk mengiyakan, mengambil roti tangkap tawar yang sudah dioleskan selai oleh gun itu, dan memakannya dengan pelan.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang