this is what we call "home"

566 86 18
                                    

⚠️ tw : self harm

suara kecapan mulutnya sendiri yang sebetulnya sedang tidak mengunyah apapun itu terdengar ke seluruh ruangan.

win di atas kasur kamarnya, sedang terdiam sambil menatap kosong pada atap kamarnya yang tak bisa diajak bicara.

luffy sudah pulang kemarin, membuat dirinya yang notabenenya adalah anak semata wayang itu jadi kembali merasakan kesendirian di dalam rumah yang hanya berisikan tiga orang dewasa itu.

dulu, saat ia belum pindah ke hamburg, biasanya disaat bosan begini, win akan menyibukkan dirinya dengan menelpon bright untuk membunuh suntuknya.

kalau sekarang dia mana berani?

lagian bright juga sudah memiliki status baru dengan prim, kan?

win menghela.

ia menggaruk pelan pahanya begitu ia merasakan ada gatal di sekitarnya.

membuat celana tidur pendeknya terangkat sampai ke pangkal paha.

pandangannya kemudian jatuh pada paha bagian dalamnya, di mana di situlah terletak dua buah luka bakar akibat dirinya sendiri.

dielusnya lembut luka bakar itu.

jari-jarinya yang dingin itu membuatnya tersenyum.

justru malah teringat pada luka panas yang disengajanya.

sedikit penjelasan.

win tidak pernah membenci kehidupannya.

dia tetap ingin hidup.

dia tetap ingin terus bertemu dengan orang-orang yang disayangi.

win cuma butuh rasa sakit.

sedikit saja rasa sakit pada fisiknya yang sejenak bisa membuatnya lupa pada sakit yang dia rasakan pada hatinya.

sedikit saja.

dia cuma butuh rasa panas dari api yang membuatnya bisa meluluh lantahkan seluruh air matanya yang tersisa.

rasa panas yang ujungnya akan membuatnya menjadi lebih terbuka pada dirinya sendiri.

rasa panas dari api yang akhirnya bisa sedikit demi sedikit menenangkan dirinya yang kacau.

juga, baru-baru ini ia menyadari bahwa suara-suara dalam dirinya yang terus menentangnya itu menurutnya tidak salah.

suaranya tidak salah.

karena sebetulnya suara itulah yang benar.

suara itulah jati diri win yang sebenarnya.

mau sekuat dan sekeras apapun win memukul kepala serta badannya sendiri, suara itu tidak akan pernah hilang.

suara yang selalu bertengkar dengannya.

itu adalah hati nuraninya.

dan yang menentang hati nuraninya, adalah kenaifannya.

win memijat pelipisnya lembut. dengan pipi menggembung, win akhirnya beranjak bangun dari kasur kesayangannya.

tapi pergerakannya tak kemana-mana.

dia cuma berdiri di samping kasurnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

tatap matanya tertuju pada layar laptop yang menyala yang berada di atas meja belajarnya.

sedetik kemudian, ia akhirnya mulai melangkahkan kakinya mendekat pada meja belajar.

tanpa mendudukan pantatnya terlebih dahulu di kursi, jari-jari win sudah bergerak sibuk menari-nari di atas badan laptop miliknya.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang