inner demons

574 80 17
                                    

"lo kalo ngelamun gini jadinya jelek banget, win. serius, dah." celetuk off tanpa dosa ketika dia mendapati win tengah menatap kosong pada dinding putih rumah bright.

win memutar kedua bola matanya menanggapi ledekan off, lalu melempar sebuah bantal yang berada di jangkauannya tepat ke kepala lelaki yang sudah siap berlindung di balik tubuh bright untuk mengantisipasi tindakan kekerasan yang akan dilakukan oleh win.

"mulut lo bau sampah tau, nggak?!" ketus win mencebik ketika lemparannya tidak berhasil mendarat dengan mulus ke kepala off.

"ya lagian lo ngapain ngelamun gitu? orang kita lagi seneng-seneng juga. wajah lo doang yang sepet." balas off tak mau kalah, menjulurkan lidahnya keluar mengejek win yang menatapnya sinis.

gun yang sejak tadi cuma menyimak itu tiba-tiba menggerakan jari telunjuknya untuk menunjuk prim yang sedang bersandar di sofa ruang tengah, dengan sebungkus kripik singkong di pelukannya.

membuat yang ditunjuk itu sontak menjadi sorot utama hari itu.

prim yang sadar sedang ditatap beramai-ramai itu bergerak gelisah, kemudian mengulas senyum canggungnya sambil mengelus belakang tengkuknya.

"k-kenapa?" tanyanya kelewat gugup.

"lo juga ngelamun dari tadi." ujar gun memberi jawaban, yang lainnya mengangguk-angguk sambil ber-oh ria karena sebenarnya mereka semua juga nggak tahu kenapa gun nunjuk prim tiba-tiba gitu.

prim terkekeh renyah.

"iya. lagi ada yang dipikirin soalnya."

keempat pria tersebut langsung bergerak cepat mendekat pada tubuh prim dengan mata yang berbinar penasaran.

"cerita dong cerita."

"spill hyung."

"gue nggak bakal bocor kemana-mana, kok. soalnya gue nggak punya temen. janji deh."

"cerita."

diserbu begitu membuat prim jadi menggaruk-garuk kepalanya dengan kikuk.

namun sebentar kemudian ia menghentikkan pergerakannya, wajahnya berubah sendu seolah pikiran berat yang sejak tadi mengusiknya kembali terlintas.

"saya udah nggak sama puim lagi." ceplos gadis itu tanpa basa-basi sebelumnya, membuat keempat lelaki di sekitarnya itu langsung menganga lebar dengan ekspresi yang serupa kagetnya.

"KOK BISA?!"

"si mek ngapain lo, anjing?!"

"beneran putus?"

"..."

"iya beneran. soalnya puim udah nemu cowo baru."

tidak seperti sebelum-sebelumnya, kini para pendengar itu tak berkutik sama sekali.

semuanya saling pandang dengan mata yang berkedip dengan aneh.

mendapati reaksi tersebut, mau tak mau prim mengulas senyum sok tegarnya.

"puim udah nemu yang cocok, yang bisa bawa dia ke jalan yang bener. jadi saya nggak berhak buat nahan dia pergi." jelas prim, tangannya bergerak menyentuh puncak kepala gun yang memeluknya dari samping.

"saya ikut seneng kok sama keputusannya puim. kalau bisa, saya juga mau kayak puim. bisa ngambil langkah baru buat kedepannya, buat masa depan dia. itu keren banget tau." tambah prim.

pandangan mata yang semulanya berbinar karena penasaran itu kini semuanya berubah menjadi sendu.

turut prihatin dengan kehilangan sosok puimek yang selalu menjadi bahan perbincangan prim kala mereka berkumpul.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang