2

653 80 41
                                    

"i'm not yours anymore, win."

itu adalah kalimat terakhir bright yang win dengar kemarin.

dan setelahnya, win pamit pulang lebih dulu.

badannya sudah tidak sanggup untuk berdiri, maupun untuk berhadapan lagi dengan bright serta prim.

win terlalu malu.

ia merasa dirinya sekarang tidak kurang dan tidak lebih sama seperti pengecut.

sementara bright sendiri bersikap seolah tidak terjadi apapun di antara keduanya, yang mana malah membuat off dan gun menaruh curiga padanya.

"win habis lo marahin, ya?" tanya gun dengan mata menyipit ketika sosok win dan mobilnya sudah melaju di jalanan meninggalkan kafe.

bright mengedikkan bahunya pura-pura tidak tahu, lalu menyeruput minumannya yang dipesankan oleh prim.

"lagian lo ngapain sih tiba-tiba nyuruh gue dateng ke sini waktu ada win gitu? nggak jelas lo semua." gerutu bright mendumel.

off dan gun sama-sama saling tatap, lalu mengedikkan bahunya, sama seperti yang dilakukan bright tadi.

"nggak usah munafik. lo kangen dia juga, kan?"

bright lantas mengerutkan dahinya tanda tak suka begitu gun mengutarakan hasil pengamatannya.

"mau gue kangen dia apa nggak, itu udah bukan hal yang harus di bahas lagi kali. gue udah punya prim." jawabnya mantap.

mendengar omong kosong itu, gun pun mendecih, memutar kedua bola matanya tak peduli.

"tapi lo tau kan, bright? win masih temen kita. seanjing-anjingnya dia dulu, gue tetep aja masih nganggep dia temen gue. ya meskipun nggak sama kayak dulu. jadi gue harap lo bisa bersikap adil nanti setelah win udah tenang dan bisa hang out balik sama kita lagi." celoteh off sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

gun menolehkan kepalanya pada off dengan senyum meledeknya. membuat wajah off sontak berubah memerah.

padahal lelaki itulah yang sejak awal menentang pertemuan win dengan bright serta prim sejam yang lalu.

off sampai-sampai mengancam win, kalau win berani macam-macam dengan prim, off bakalan pukul dia sampai babak belur.

bright melemaskan punggungnya sejenak, mengistirahatkannya pada punggung kursi. sedangkan kepalanya ia senderkan ke bahu prim, menyamankan dirinya di tempat bersandarnya selama 6 bulan terakhir ini.

"soal itu, ya tergantung win aja sih." gumamnya sebelum menutup kelopak matanya dengan paksa.

kejadian hari ini cukup menguras energi serta perasaannya.

mobil sedan berwarna putih itu berhenti tepat di depan pagar rumahnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

mobil sedan berwarna putih itu berhenti tepat di depan pagar rumahnya sendiri.

enggan untuk keluar dari mobilnya demi sekedar membuka pintu pagar, win malah menjatuhkan keningnya ke stir mobil.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang