tipis manis kucoba ...

953 118 55
                                    


win yang sedang kesusahan merogoh-rogoh kantong celananya untuk mencari uang parkir itu begitu menarik perhatian bright yang dengan santainya cuma duduk di belakang kemudi tanpa berusaha ikut mencari recehan.

padahal di sebelahnya sudah berdiri mas-mas parkiran -tempat mereka emakan seblak- sedang melongokkan kepalanya ke dalam jendela mobil yang memang sengaja bright buka tadi, menunggu win dengan tangan yang menengadah.

barulah win bisa bernapas lega ketika ia berhasil menarik uang lima ribu dari saku celana terdalamnya.

"ini pak." katanya sembari menyerahkan uang berwarna kuning itu.

ketika si mas parkir hendak memberi kembalian, win buru-buru menginterupsinya, "anu, kembaliannya ambil aja." ujarnya sambil tersenyum manis.

"makasih, mas. semoga lancar rejekinya." doa si mas parkir yang langsung diaminkan oleh kedua lelaki yang berada di dalam mobil itu.

setelah selesai mendengarkan doa-doa panjang yang mas parkir itu panjatkan untuk mereka, akhirnya bright pun mulai menjalankan mesin mobilnya.

senyuman belum lepas dari wajah kedua lelaki itu.

bahkan keringat yang menetes dari ujung rambut win itu tidak menjadi sebuah keluh dari bibir yang biasanya menggerutu.

padahal itu cuma doa dari tukang parkir yang senang karena mendapat uang lima ribu dari jaga parkiran. tapi entah kenapa win rasanya terlalu bahagia karena nyatanya dengan ini ia bisa belajar untuk bersyukur.

lima ribu.

uang dengan nominal sekecil itu bisa membuat tukang parkir tadi meramalkan banyak doa untuk mereka.

lantas kenapa dia selalu mencoba untuk selalu sempurna, padahal ia tahu kesempurnaan itu tidak pernah ada?

"aku nggak bisa bayangin kalau semalem aku bener-bener mutusin buat ngelepas kamu, win." gumaman yang jelas tertuju olehnya itu membuat win segera membuyarkan lamunannya.

lirikan mata ia berikan untuk satu-satunya orang yang menjadi lawan bicaranya di dalam mobil.

"ngelepas gimana?" tanya pemuda metawin dengan alis yang terangkat satu.

kakinya bergerak naik ke atas jok yang ia duduki, tentunya setelah ia melepaskan sepatu sekolahnya. kemudian tangannya bergerak memeluk tungkai kakinya sendiri dengan pipi yang sengaja ia sandarkan pada lututnya.

wajahnya yang gemas otomatis tertoleh pada bright yang menatap jalanan dengan senyum tipisnya.

"nggak tau, deh. pokoknya aku bodoh banget. aneh. bisa-bisanya mikir gitu." decak bright menyalahkan diri sendiri.

"coba kalo kemarin kamu nggak datengin aku, mungkin sekarang aku udah pura-pura nggak kenal kamu, deh. kayak anak kecil kan?" lanjutnya menggebu-gebu, memukul setir mobil yang sudah lecet akibat sering dipukul.

"padahal cuma bertengkar karena masalah sesepele kemarin, tapi aku bisa-bisanya segoblok itu buat mecahin masalah yang sebenernya aku buat sendiri."

lihat, lagi-lagi lelaki ini menyesal.

menyesal pada keputusan bodohnya waktu itu.

"kemarin kamu punya niatan putus sama aku?!" dengan nada tak percayanya, win berseru tercengang.

bright yang kaget karena tiba-tiba diteriaki dengan suara penuh kekecewaan itu langsung dengan cepat membawa tangan win dalam genggamannya, menautkan jari-jari keduanya untuk memberi ketenangan pada win yang bernapas tak beraturan.

"bukan gitu. aku cuma pengen kasih kamu ruang doang, kok. aku ngerasa, aku terlalu ngekang kamu aja, gitu." jelas bright sembari mengusapkan ibu jarinya pada punggung tangan win.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang