unrequited love, respect

564 81 20
                                    

gun mengambil lirik sedikit-sedikit pada billkin yang sedang duduk di atas sofa ruang televisi, tepatnya ia duduk di apit oleh gun yang berada di sisi kirinya, sementara prim di sini kanannya. tangannya berkali-kali mencomot nastar yang dihidangkan di meja tengah, tidak peduli dengan tatapan gun yang dapat ia lihat dari sudut mata itu.

nastar itu kini hanya menyisakan seperempat bagian dari yang seharusnya, menyadari itu, billkin pun menahan tangannya untuk tidak mengambilnya lagi, takut kalu dikira rakus karena menghabiskan satu toples nastar sendirian.

gun yang menyadari bahwa gerakan tamunya tertahan itu pun memiring bingung, dilihatnya toples nastar yang hampir habis itu, kemudian tercengang.

"habisin aja, habisin. di rumah nggak ada yang makan soalnya." ucap gun mempersilahkan, mengambil toples nastar dan menaruhnya kepangkuan billkin, menandakan bahwa nastar ini sudah sepenuhnya milik billkin seorang. dengan mata berbinar, billkin berterimakasih, kembali mencomot nastar dan memasukkannya ke dalam mulut.

prim yang melihat itu menggeleng takzim, kemudian kembali meluruskan tatapannya pada layar televisi yang menampilkan series netflix berjudul grey's anatomy itu.

hampir tiga puluh menit berlalu dalam senyap suara televisi dan suara kunyahan halus milik billkin.

billkin meletakkan toples kosong itu ke atas meja, tersenyum puas, mengambil gelas berisi air putih yang disediakan gun, dan meneguknya sekali tandas.

gun yang menonton hal itu berseru riuh di dalam hati, kagum dengan billkin yang bisa dengan mudahnya berlaku serampangan di rumah orang baru.

begitu gun akhirnya melihat billkin sudah mengistirahatkan punggungnya pada punggung sofa, ia pun berdehem, hendak bersiap mempertanyakan suatu hal kritis seperti biasanya.

"lo suka win?"

yah, begitulah. sangat blak-blakan dan tidak kenal situasi. daritadi ia menunggu billkin menyelesaikan makannya agar dia bisa membuat prosesi tanya-jawab ini berlangsung dengan khidmat.

prim lantas menoleh tertarik.

sedangkan billkin melotot dengan pertanyaan tiba-tiba gun ini.

gun mendengus, memutar kedua bola matanya, "kalo lo jawab "nggak", gue tahu itu boong. jadi nggak usab boong, dan jawab jujur aja." lanjutnya sambil berkacak pinggang, mengintimidasi billkin yang langsung bergidik ngeri. billkin menoleh pada prim, hendak mencari pertolongan, tapi prim malah mengabaikan tatapnya dan berjengit menatap ke arah lain.

"i-iya." jawab billkin ragu dan bingung.

gun mengangguk-anggukan kepalanya.

"udah nembak?" pertanyaan lagi.

billkin mengangguk, tapi sebentar kemudian menggeleng.

"gue cuma bilang gue suka dia."

gun mengangguk-anggukan kepalanya.

"diterima?" pertanyaan lagi. gun sangat suka bertanya.

kali ini, billkin menggeleng.

"mana mungkin? gue nggak bakal bisa ngalahin bright." cetus billkin berujar. prim melirik, gun mengernyit.

"maksudnya?" tentu saja ini pertanyaan dari gun.

billkin menghela pelan, membuang napasnya berat, berharap ia juga bisa membuang perasaannya secara bersamaan.

"buat win, gue kasih semua yang gue punya buat dia. gue rela pergi dari hamburg ke sini karena dia habis telepon nangis-nangis ke gue, patah hati katanya. gue rela nggak tidur karena ngajarin gitar dia semaleman padahal gue kena jet lag. gue rela jadi temen baik dia di sana, dijadiin tempat buang keluh kesah tentang masalah bright. bright ini lah bright itu lah. tapi, win,... sekalipun di otaknya cuma ada pelajaran, keluarganya, sama bright doang. dia nggak pernah kayaknya kepikiran gue lagi ngapain. sedih iya, tapi ya nggak papa. dari awal gue kenal win, gue nggak mau berharap lebih sama dia. gue sengaja nggak berekspetasi tinggi karena gue tahu, sejak awal udah ada nama bright di diri dia. dari awal dia emang punya bright. cuma punya bright."

penjelasan panjang billkin mengenai kisah hidup pedihnya yang disingkatnya itu mendapat perhatian lebih dari prim serta gun. keduanya sama-sama memiringkan badannya menghadap sepenuhnya ke arah billkin, tanda bahwa mereka tertarik dengan pembicaraan kali ini.

tapi pandangan mata billkin malah menerawang lurus pada lantai pijakannya. perutnya mual, semua nastar yang ia makan tadi rasanya ingin ia muntahkan sekarang juga.

"i was always beside him." gumam billkin berbisik.

"but he never noticed."

dan begitulah percakapan dengan topik serius itu berakhir.

gun sudah tidak berani mengutarakan tanya, melihat bahwa tamunya itu terlihat nelangsa dan hampir menangis.

meski katanya ia tak pernah berkespetasi lebih, gun tetap yakin 100% bahwa pasti pernah sekali saja terlintas di pikiran billkin untuk dibalas perasaannya oleh win.

suara gerbang dibuka itu membuat prim beranjak dengan cepat menuju pintu utama. begitu juga dengan gun dan billkin.

billkin berjalan terseok, malas. dan gun menyadari hal itu. lantas dipelankannya langkahnya, membuatnya sejajar dengan billkin.

billkin tersenyum kecil tak bersemangat, menggumamkan terimakasih.

gun mengangguk.

"billkin?" panggil gun. yang dipanggil mengangkat kedua alis bertanya. ini pertama kalinya gun memanggilnya seperti teman akrab sejak ia menginjakan kaki di rumah besar ini.

"i have one last question for you."

ini dia. pertanyaan lagi.

billkin terkikik. tapi ia juga mengangguk mempersilahkan.

"why are you trying so hard while getting nothing in return? so exhausting."

billkin mengatupkan bibirnya rapat-rapat. tidak tahu harus menjawab apa, karena gun benar adanya.

inilah yang billkin tidak suka dengan pertanyaan orang kritis. pertanyaannya selalu relalistis.

menelan ludah, billkin mengelus tengkuknya kikuk.

"well..." dia menarik napas. gun melirik, menunggu jawaban billkin karena ia benar-benar menunggu jawabannya.

maksudnya, kalau itu gun yang ada di posisi billkin, ia akan dengan cepat menyerah dan membuang perasaannya jauh-jauh daripada harus mengejar dan menunggu pada satu orang yang tidak pasti, dan apalagi billkin sudah tahu dari awal kalau tidak akan pernah ada tempat baginya untuk singgah. menurutnya itu cuma buang-buang waktu dan menyakiti diri sendiri tanpa menyentuh.

billkin belum menjawab bahkan sampai mereka berdua sudah sampai di depan ambang pintu. menyaksikan off, bright dan win yang berjalan keluar dari dalam mobil menuju teras menemui mereka.

lantas begitu ia memandang wajah win, billkin langsung menemukan jawabannya.

billkin menoleh pada gun.

"well, originally, the one stuck loving in an unrequited love is the weak one-"

lelaki itu menghentikan ucapannya ketika mendapati win tengah melambaikan tangannya dengan penuh semangat ke arahnya. billkin pun menyugingkan senyum gemasnya.

lagi, ia kembali menoleh pada gun, yang ternyata masih menatapnya penasaran.

"- and that's the struggle of the weak." lanjutnya, mengacak rambut gun yang lebih pendek darinya.

"udah kan tanya jawabnya? masih ada pertanyaan lagi nggak?" kekeh billkin bercanda.

tapi gun malah sibuk terpukau dengan jawaban billkin.

barulah saat billkin hendak melangkah mendekat pada win, gun mencegat lelaki itu dengan menahan pergelangan tangannya.

"kin. lo harus tau ini, but you are not the weak. you must know that you are the strongest man i've ever knew. respect!" gun memberi hormat bendera pada billkin.

billkin tertawa renyah, ikut memberi hormat, "respect!"

lil notes :
jujur, gue sayang banget sama billkin. makannya gue bikin dia sesakit-sakitnya xixi.

selamat jumat, dan sampai ketemu hari senin!

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang