"gun."
yang dipanggil namanya segera menolehkan kepalanya ke arah si pemanggil, menaikkan kedua alisnya dengan tangan yang tetap bergerak mencatat sesuatu dari apa yang guru di hadapannya sedang jelaskan.
new, seorang yang baru saja mengganggu kesibukan gun itu tak segera melanjutkan perkataannya, ia malah sibuk mengulum lidahnya sendiri dari dalam mulut.
gun yang tahu bahwa teman sebangkunya itu punya kegelisahan tersendiri, memutuskan untuk meletakkan pulpennya di atas meja, berhenti mencatat dan mulai memfokuskan dirinya pada new.
mengabaikan gurunya yang masih sibuk menceloteh tentang materi pembelajaran di depan papan tulis kelas mereka.
"apa? kalo mau cerita, cerita aja. gue dengerin." ungkap gun, menyugingkan senyum yang dapat membius new untuk mengungkapkan segala keresahan yang ada jauh di dalam lubuk hatinya.
manik matanya bersitatap dengan gun yang seakan mencoba meyakinkannya untuk bercerita.
jakunnya bergerak naik-turun, menandakan bahwa lelaki itu sedang menelan ludahnya sendiri karena terlalu gugup.
"pernah suka sama duda?"
dahi bersih itu mengerut kala new berhasil mengeluarkan suaranya kembali setelah agak lama membisu.
gun menggaruk pelipis kepalanya dengan jari telunjuknya, "jumpol bisa diitung jadi duda nggak, sih? dia sering bilang kalau dia lagi sibuk ngurusin anaknya. tapi, ternyata setelah gue cari tau, ternyata cuma anak kucing yang udah dianggep anak sama dia." ujar gun. jujur, bingung harus menjawab apa karena dia sudah memperhitungkan ke mana arah pembicaraan ini berlanjut.
new menghembuskan napas kecewanya. setelahnya ia sibuk menimbang-nimbang akan melanjutkan ceritanya atau tidak, karena takut gun tidak akan mengerti perasaannya karena dia tidak pernah merasakan hal yang sama dengannya saat ini.
"kalau sama guru? pernah?"
gun tak menjawab, dirinya hanya sibuk mencari tatap mata new yang daritadi bergerak tak tentu arah, menghindari bertemu mata dengannya.
kepala pemuda pendek itu menggeleng lemah, "belum."
new makin enggan untuk berbicara. padahal hanya dengan mengajukan pertanyaan tersebut saja, gun sudah mengerti siapa yang new pikirkan saat bertanya begitu.
"dibuat nyaman sama perasaan lo sendiri ya?" tanya gun memecah sunyi di antara keduanya.
"new. gue emang nggak pernah bisa seperasaan sama lo. tapi seenggaknya gue bisa dengerin lo. gue nggak bakal judge lo. karena gue tahu, rasanya mau cerita tapi nggak tahu harus cerita ke mana itu rasanya kayak gimana. oke?"
"mungkin gue nggak bisa ngasih saran yang tepat buat lo, tapi kan seenggaknya gue bisa bantu sedikit ngehilangin beban pikiran lo gitu." sambung gun, mengelus pundak new lembut.
setelah ucapan itu berakhir, akhirnya keduanya berhasil bertemu tatap.
gun yang dapat dengan jelas melihat kebimbangan di manik mata tersebut.
dan new yang tiba-tiba merasa seperi tersengat sesuatu ketika tatap mata gun jatuh menghunus tepat ke pupil matanya.
ragu, tapi akhirnya dia tetap memulai membuka bilah bibirnya untuk bercerita.
"mungkin ini belum rasa suka kalik, ya? entah, deng. yang jelas gue ngerasa nyaman banget sama orang ini. padahal jarak umur kita jauh banget, apalagi dikasih fakta tentang anaknya yang seumuran sama adek gue itu bikin ngebuat gue makin ngerasa aneh sama perasaan yang gue rasain sekarang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
warm on a cold night • brightwin
Fiksi Penggemarbook 2 of adore you susah ya, punya pacar ambis? olim lagi, olim terus. !bxb area !lil bit english