bright membuka kelopak matanya secara perlahan sembari mengeluh tertahan pada dering teleponnya yang belum juga mau berhenti berbunyi sejak sepuluh menit pertama.
dengan ogah-ogahan, ia meraba-raba bagian bawah bantalnya, mengambil ponselnya yang ia taruh di sana guna meredam suara, dan menggulirkan bar notifikasinya, mendapati bahwa sekiranya ada lima panggilan tak terjawab dari seorang bernama view benyapa.
ia mendengus, menekan kontak view, kemudian menelpon balik gadis itu. takut kalau-kalau ternyata view menelponnya untuk menyampaikan hal yang sangat penting, berhubung dia tidak pernah mendapati view menelponnya sebanyak ini.
nada sambungan terputus, dan suara ceria view-lah yang kemudian menyapanya dari seberang telepon.
"tebak! gue-"
"gue lagi nggak mau main tebak-tebakan, vi. lo ganggu tidur gue, tau? cepet ngomong atau gue matiin sekarang juga." potong bright lesu, membersihkan tai matanya agar kelopak matanya dapat terbuka dengan sempurna.
suara kekehan dari sambungan telepon itu tak membuat salah satu ujung bibir bright menukik untuk tesenyum, wajahnya masih datar dan terkesan malas.
"oke, oke, oke. gue ngomong langsung aja karena lo nggak asik."
bright memilih untuk tak menanggapinya.
lelaki itu kini sudah terduduk di atas kasurnya, mengetuk-etukkan jari telunjuknya pada pahanya sembari menunggu view untuk melanjutkan ucapannya.
view menghela, "gue sama win mau ketemuan di cafe deket rumah dia jam 3. lo mau-"
"MAU!"
bright lantas menoleh ke arah jam dinding kamarnya yang sudah menunjukan pukul 2 lebih 15 menit.
ia mematikan sambungan teleponnya, tak memberi kesempatan view untuk meledekinya dan langsung bergegas menyambar handuk serta baju bersihnya untuk mandi.
ia menghabiskan waktu sekiranya lima belas menit untuk berbenah diri.
kemudian tanpa pamit ia berlari tergesa-gesa menuruni anak tangga, dan tergopoh-gopoh keluar dari rumahnya melalui pintu utama, melesat cepat melewati off dan gun yang sedang bercumbu di ruang tengah itu.
bright melongokkan kembali kepalanya lewat celah pintu, mengernyit geli sambil memberikan death glare-nya pada off yang di atas pahanya tengah duduk seorang gun yang tersenyum padanya dengan lugu tanpa atasan baju itu.
"gue kira lo tidur." cicit off tak tahu malu, membuat bright sontak memutar kedua bola matanya jengah, lalu kembali melanjutkan jalan cepatnya menuju motor miliknya yang disimpan di garasi.
tanpa mau repot memakai baju dulu, gun terbirit-birit menyusul bright keluar dari rumah. meninggalkan off yang cuma mengedikan bahu dan langsung mencomot remot tv dengan masa bodoh.
gun memandang punggung bright yang sedang sibuk mengeluarkan motornya.
"mau ke mana?" tanya lelaki kecil itu, menyenderkan badannya pada pilar rumah.
bright melirik sebentar, kemudian memilih untuk naik ke atas jok motornya terlebih dahulu dan mengenakan helmnya sebelum menjawab pertanyaan gun.
"ketemu win." ucapnya, menyalakan starter motornya.
"masuk lo, ntar masuk angin!" adalah pesan terakhir bright sebelum dia dan motornya berjalan menyusuri jalanan kota yang padat merayap.
dan di sini-lah dia sekarang, terduduk tegap di samping view yang sudah puas tertawa selama lima menit penuh karena aksi bright yang memunculkan wajah-nya secara tiba-tiba di celah jendela itu berhasil membuat tubuh win terlompat dari posisi duduk awalnnya sejauh lima sentimeter.
KAMU SEDANG MEMBACA
warm on a cold night • brightwin
Fanfictionbook 2 of adore you susah ya, punya pacar ambis? olim lagi, olim terus. !bxb area !lil bit english