too late

647 89 51
                                    

"gue di bandara."

billkin yang tiba-tiba ditelpon oleh win ketika dirinya sedang tertidur lelap itu langsung terduduk tegap.

matanya mengerjap-erjap dengan kepala yang pusing tujuh keliling karena terpaksa bangun karena kaget.

ia menatap pada jam dinding kamar kosnya dan menemukan bahwa jarum pendek jam tersebut menunjukan pukul jam 11 malam.

"lo gila?!" serunya tidak percaya.

ia bergerak terburu-buru memakai jaket serta celana panjangnya yang sengaja ia geletakan sembarangan.

"kayaknya, iya."

jawaban itu sama sekali tidak memuaskan bagi billkin.

lelaki itu langsung menyambar kunci mobilnya, dan tergesa-gesa keluar dari kamarnya.

begitu ia berhasil duduk di atas jok mobilnya dengan ponselnya yang berada di antara cepitan leher dan telinganya itu, billkin segera menjalankan mobilnya, masih dengan gerakan yang terburu-buru.

"lo mau ke manaaaaa? astaga win, gila lo ya?" keluh billkin dengan pandangan mata yang panik menatap jalanan raya yang sepi.

"mau pulang."

mendengar suara lirihan win dari seberang telepon, pegangan tangan billkin pada stir mobil pun mengendur.

jalan mobilnya yang semula mengebut kini mulai kian melambat.

billkin menelan ludahnya yang terasa pahit itu.

ia menepikan mobilnya ke kiri jalan, kemudian ia memijat keningnya sendiri sambil terkekeh hambar.

"hahaha, katanya lo nggak ada niatan pulang. gimana sih lo?"

"mmmhh, gue kangen aja."

"oh ya? sama?"

"bright."

billkin tersenyum kecut. "berarti gue nggak perlu nyusul lo ke bandara, kan?"

"heem. gue telpon lo juga cuma pengen ngabarin lo doang, kok."

"ooh-kay."

"lo kenapa sedih gitu, deh?!"

"sedih gimana?"

"lo kayak habis kehilangan kucing gitu."

"ya ya ya."

suara kekehan pelan terdengar dari seberang.

lalu terjadi hening di antara keduanya, sebelum win akhirnya kembali menceletuk dan mengakibatkan hati billkin patah menjadi berkeping-keping.

"makasih ya, billkin."

"makan dulu, awin!" teriakan melengking dari arah dapur yang telah lama sepi itu kembali terdengar ke seluruh penjuru rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"makan dulu, awin!" teriakan melengking dari arah dapur yang telah lama sepi itu kembali terdengar ke seluruh penjuru rumah.

yang dipanggil itu tertawa membalas teriakan sang ibu.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang