canggung dan kebiasaan

760 116 64
                                    

"gue masih pacar lo, kalik."

ucapan itu bagai menyambuk pipi bright, menampar lelaki itu hingga membuatnya sadar bahwa benar memang win yang ada di hadapannya sekarang ini masih menyandang status sebagai pacarnya.

ya, meski tatapannya berbeda.

"udah, pulang bareng gue aja. ayo." terdengar seperti cicitan, win mengajak bright untuk pulang bersamanya.

win yang sadar kalau bright tidak akan bergerak barang seinchi itu pun mengambil inisiatif untuk memegang lembut ibu jari milik bright, menariknya untuk segera beranjak dari tempat mereka berdiri sekarang.

seolah ini adalah film fiksi, tiba-tiba bright membayangkan ada banyak bunga yang berterbangan di sekeliling mereka. merayakan tarikan tangan ini yang entah kenapa membuat hati bright terasa bedebum keras karena girang bukan kepalang.

padahal cuma tarikan di ujung jarinya, tapi rasa ingin membawa win ke dalam pelukannya itu sangatlah tinggi.

ketika keduanya sudah sampai di depan mobil milik win, win melepas genggaman tangannya, membuat bright refleks cemberut karena merasa kosong.

win terlihat merogoh kantong kemejanya, mengeluarkan kunci mobilnya yang memang ia sakukan di sana, "lo yang nyetir ya? gue capek." ujar win, menyerahkan kunci mobilnya ke atas telapak tangan bright yang menengadah.

bright mengangguk kecil, membuka kunci pada mobil milik win, kemudian masuk untuk duduk di kursi supir. diikuti win yang masuk berseberangan arah darinya, duduk di sebelah kemudinya.

sementara bright menyalakan mesin mobil, win malah terlihat sibuk mengatur kursi mobilnya yang bekas dipakai oleh view itu.

kakinya yang panjang sangat tidak cocok dengan posisi jok duduknya yang terlalu maju. membuatnya jadi tidak nyaman dan berkali-kali memperbaiki posisi duduknya sampai mendapat perhatian dari pemuda di sampingnya itu.

"udah siap?" tanya bright memastikan.

win menoleh pada si penanya, namun ketika manik mereka bertemu, ia langsung menundukkan kepalanya cepat dengan wajah yang memerah.

kepalanya mengangguk pelan, bersamaan dengan deheman untuk mengiyakan pertanyaan bright.

mendapat jawaban dari win, meski hanya anggukan kepala, bright akhirnya mulai menggerakan tuas gigi mobil tersebut.

kepalanya tertoleh ke belakang, melihat lahan yang memungkinkan dirinya untuk memundurkan mobil milik pacarnya ini.

tanpa sadar, win menahan napasnya.

sosok bright yang saat ini tengah memfokuskan dirinya untuk memundurkan mobil ini begitu menarik perhatiannya.

satu tangannya yang kekar itu memegang kemudi, sementara tangannya yang lain berada di leher jok tempat win duduk hingga membuat jarak keduanya semakin terkikis.

diam-diam win mengambil kesempatan untuk melihat wajah bright yang sengaja di tolehkan ke belakang itu. mengagumi setiap inchi bentuk yang terpatri indah di sana.

"anjrit, ini bapak parkir goblok banget nggak mau bantuin apa, yak?"

kebiasaan bright kalau sedang emosi adalah menggumam pada dirinya sendiri. tapi karena win yang memang sudah sejak dari tadi memusatkan perhatiannya hanya pada bright, ia jadi bisa mendengar dengan jelas gerutuan itu. membuatnya tanpa sadar meloloskan kekehan kecilnya.

bright yang menyadari hal tersebut sontak menoleh pada win yang menatap kosong pada jalanan di hadapannya, padahal tak benar-benar kosong, karena sejujurnya ada bayangan bright yang cemberut di pikirannya.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang