warmindo

815 118 65
                                    

view masih saja mendesah kasar bahkan ketika dia dan win sudah sampai di depan pagar rumahnya.

dengan lesu, ia mengepalkan tangannya ke arah win, mengajak lelaki itu untuk melakukan tos tinju.

win menimpalinya sambil terkekeh tanpa suara, "lemes banget? takut disantet lo?" ledeknya pada view.

"bomat, win. pokonya ntar lo jelasin dah tu kalau yang salah elo, bukan gue. gue nggak mau di dm kak bright lagi. serem." ucap view bergidik sambil menyampirkan shoulder bag nya ke bahu.

win mengangguk kecil, "iyaaa. nanti gue jelasin, deh. udah sana lo keluar. gue buru-buru, anjrit. kalo kelamaan nanti malah lo kena lagi." seru win, mendorong bahu view untuk segera keluar dari dalam mobilnya.

akhirnya view pun keluar, masih dengan wajah cemberutnya, ia menutup pintu mobil milik win, melambaikan tangannya lemas.

dari balik jendela, win terkekeh melihat tingkah laku view. ia kemudian menekan pedal gas dan lalu pergi dari rumah gadis itu secepat mungkin.

sesampainya ia di warmindo yang gun maksud, win segera memarkirkan mobilnya.

berhubung lahan parkir di sana cukup besar, dan hari itu memang belum terlalu ramai, win jadi dapat memarkirkan mobilnya dengan mudah, tidak perlu mengambil hak pejalan kaki dengan memarkir mobilnya di trotoar jalanan.

meninggalkan barang bawaannya yang mayoritas adalah buku-buku itu, win menutup pintu mobilnya, kemudian berjalan setengah berlari menuju pada prim yang tengah melambaikan tangannya agar win dapat menotis keberadaannya.

"pesen apa lo?" tanya gun langsung ketika win sudah duduk di samping off dengan nyaman.

win berdehem pelan, melirik pada bright yang duduk tegap tanpa menatapnya sekalipun.

senyum win perlahan terulas, ia kemudian menggelengkan kepalanya sambil terkekeh geli ketika menyadari bahwa pacarnya itu betulan ngambek sama dia.

"samaan sama yang lagi ngambek aja, deh." jawab win sekaligus meledek. berniat bercanda.

gun menoleh sebentar pada bright, langsung sadar kalau yang dimaksud win itu adalah bright.

"lo pesen apa, njing?" tanya gun kemudian, baru sadar kalau manusia yang juga baru datang beberapa menit sebelumnya itu belum memesan apa-apa.

bright memutar kedua bola matanya, mengedik malas, "samain aja sama yang habis pergi berduaan tapi nggak ngomong-ngomong dulu." jawab bright membalas ledekan win.

bukan gun yang marah, tapi justru prim yang menggeram kesal.

"udah, mereka berdua pesenin indomi goreng kornet aja, gun. biarin nanti kalau pada nggak suka, saya nggak tanggung jawab. orang ini lagi kumpul-kumpul, kok. malah bahas masalah pribadi. childish." sentak prim, membuat off mengacungkan jempolnya setuju.

"iya, ih. kayak anak kecil. kalau punya masalah pribadi jangan dibawa ke tongkrongan, dong. kita kan niatnya mau seneng-seneng. sekarang mending baikan aja, deh. gue juga yakin, masalah pertengkaran kalian tuh ya nggak pernah jauh-jauh dari yang namanya salah paham." tambah off.

bright dan win lalu saling lirik, sementara itu gun sudah melengos pergi untuk mengatakan pesanan sepasang kekasih yang sedang perang dingin itu.

jujur, win merinding banget waktu denger prim marah-marah kayak tadi.

bener ya, kata orang kalau marahnya orang diem dan baik itu jauh lebih bikin deg-degan daripada marahnya orang biasa?

yang lebih tua itu menghela pelan, memusatkan perhatiannya pada yang lebih muda.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang