you deserve me

840 105 51
                                    

"win, sebenernya nggak perlu ke rumah sakit." 

cicitan bright itu berhasil memuat gerakan win yang tadinya tengah mengambil sebuah hoodie milik bright di lemari si empunya itu jadi terhenti sejenak.

win melirik sedikit ke belakang punggungnya, mendapati bright duduk di pinggir ranjang, menghadap ke arahnya dengan jari yang mengetuk-etuk lutut yang sudah ia pakaikan celana training yang tadi ia lepas sembarangan.

"nggak sakit, kok. cuma nyeri dikit. lagian nggak terlalu dalem juga." desak bright begitu menyadari kalau win akan menolak permintaannya tadi.

win memutar kedua bola matanya, menarik celana pendek dari tumpukan celana di lemari. melemparkannya pada bright yang dengan cekatan menangkapnya.

"tetep harus diperiksain, bang. kan bisa aja luka lo infeksi. lagian tu potongan kemeja gue kan juga harus di ganti pake perban." ujar win, melepas satu-satu kancing kemejanya.

bright mengangguk-anggukan kepalanya dengan lesu.

sebenarnya alasan dia tidak ingin pergi ke rumah sakit adalah karena dia takut nantinya akan merepotkan win.

tapi melihat win yang keras kepala begini, bright jadi mengurungkan niatnya, dan memilih untuk patuh saja daripada nanti malah menambah beban masalah win yang kelihatannya enggan untuk diceritakan itu.

"ganti pake celana pendek, gih. daripada lo disuruh pelorotin celana di depan suster." lanjut win, bertelanjang dada, tapi buru-buru segera meloloskan dirinya ke balutan hoodie karena malu dipandangi bright terus.

bright lalu mengangguk kecil, tentunya dengan wajah yang merah karena matanya tadi sempat menangkap tubuh polos win yang berganti pakaian di hadapannya.

dia baru menurunkan celana trainingnya sampai ke batas paha ketika win berteriak sambil melengoskan wajahnya malu, "si goblok! ganti di kamar mandi lah, anying!"

"k-kan kaki gue sakit, win." cicit bright takut diteriaki oleh win.

khawatir kalau ternyata dia membuat kesalahan lagi yang jadi akan membuat keduanya semakin menjauh dan bertambah canggung.

"oh iya." cicit win sadar, memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pening. membuat bright terkekeh pelan melihat win yang berdiri memunggunginya dengan kikuk.

apa sih, padahal tadi juga udah lihat? kenapa malu-malu begitu, deh?

kan bright jadi makin gemes.

barulah setelah bright berhasil mengganti celananya, mereka langsung beranjak pergi dari appartement menuju tempat parkiran di mana win memarkirkan mobilnya tadi. pastinya dengan win yang memapah tubuh bright agar lelaki itu tidak kehilangan keseimbangannya.

keduanya kini sudah berada di dalam mobil milik win, lagi.

kedua kalinya untuk hari ini.

tapi posisi sang supir diambil alih oleh win, sementara bright menempati kursi yang sebelumnya di pakai win. seatbelt pun sudah terpasang tanpa ada kendala seperti sebelumnya.

pokoknya, semuanya kini terasa cukup agak berbeda, apalagi sekarang win memilih untuk menyalakan radio di mobilnya untuk membunuh canggung di antara mereka. 

"gue ngerepotin, ya?" gumam bright bertanya tak bernada pada angin kosong di depannya. tepat setelah mobil sudah melaju sekiranya sepuluh menit.

win menolehkan kepalanya pada bright, mengernyit, bingung bright bicara dengan siapa.

atau mungkin dia sedang bicara sendiri? bright kan emang suka gitu.

namun ketika win sudah mengalihkan pandangannya dari bright, dan memutuskan menganggap bright memang sedang bicara sendiri, bright tiba-tiba mengulang pertanyaannya, lebih sedikit keras hingga membuatnya suaranya jadi menggema.

warm on a cold night • brightwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang