Akhirnya ada waktu buat update. Ada yang nungguin gak nih?
Makasih yang mau bertahan baca ceritanya Binar.
Bintangnya jangan lupa dipencet ya, biar bejo.
Play List Kamu || Mendarah ~ Nadin Amizah (cover Anggidpn)
Happy Reading.
🍁🍁🍁
Kenyataannya, manusia tidak bisa menikmati maupun mengalami hidupnya dalam satu waktu. Semuanya akan berputar sesuai rotasi yang ada. Kesedihan berganti kebahagiaan. Penantian berujung mendapat jawaban. Pertemuan juga bisa berubah menjadi penyatuan dan juga perpisahan.
🍁🍁🍁Seminggu setelah kejadian itu, Binar benar-benar berusaha untuk baik-baik saja, dan melupakan masalah yang akhir-akhir ini menghantuinya meskipun tidak semuanya.
Binar mulai bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Itu sebuah kemajuan yang lumayan pesat. Mimpi buruk masa lalu kini mulai menghilang. Binar juga jarang mengalami gangguan kecemasan yang ia derita selama ini.
"Aku pikir, kamu sudah tidak membutuhkan aku lagi."
Ya, Binar kembali menemui Dokter Irma kembali. Bukan untuk meminta obat seperti biasanya, melainkan meminta laporan kesehatannya. Malahan, pagi-pagi buta Binar datang kemari.
"Kenapa Dokter ngomongnya gitu?"
"Sekarang, kan, kamu punya obat yang lebih manjur."
Binar mengernyit. "Obat apa?"
"Dana." Dokter Irma tersenyum.
"Dokter bisa aja." Untung saja Dana menunggu di bawah, jika ikut kemari, bisa kepedean tingkat dewa dia. "Aku ke sini mau ambil laporan kesehatanku, Dok."
Dokter Irma membuka map yang berisi berkas-berkas laporan kesehatan Binar. "Akhir-akhir ini kondisi kamu mulai membaik. Kamu juga menjalankan terapi tanpa ketergantungan obat. Itu sebuah kemajuan."
"Makasih, Dok, ini semua berkat bimbingan Dokter." Binar tersenyum tulus.
"Bukan aku, tapi karena kemauanmu sendiri, Binar." Dokter Irma menatap Binar dengan senyuman. Kedua telapak tangannya slaing bertautan ia diletakan di meja. "Dalam kurun waktu kurang dari seminggu, kamu bisa mengatasi semua ini. Aku harap, setelah ini kamu bisa berdamai dengan masa lalu dan orang-orang yang terlibat di dalamnya."
"Semoga, Dok. Aku sedang berada ditahap berusaha." Binar berdiri dari tempatnya. "Kalau begitu, aku berangkat sekolah, ya, Dok. Terima kasih atas waktunya, dan maaf telah mengganggu."
"Kamu tidak perlu bicara seperti itu, Binar. Bagaimanapun juga, kamu sudah kuanggap seperti anak sendiri."
***
"Tadi lo sama Dokter Irma ngomongin apa aja?" tanya Dana.
Saat ini mereka berdua sedang berjalan di koridor sekolah. Suasananya masih lumayan sepi, sebab mereka datang agak pagi.
Binar melirik Dana. "Kepo. Itu privasi tau."
"Masa main rahasian gitu, sih. Kan nambah penasaran gue."
Melihat raut Dana yang mendadak cemberut, Binar tersenyum tipis. "Gak semua hal harus diceritakan ulang, Dan. Cukup jadi histori aja udah. Apalagi, lo pasti ngerti, hal apa yang membuat gue berangkat pagi tiap hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...