Aku insya Allah bakal update cerita ini setiap hari. Tapi mungkin malem sih updatenya.
Kenapa tiap hari? Alesannya biar gak dikejar waktu. Meskipun DL-nya masih agak lama, tapi aku perlu waktu buat revisi dan lanjutin ceritaku yang lain.
Cerita ini kan aku ikutin di ajang WYM. Jadi support terus aku ya. Ya meskipun sejauh ini yang baca masih bisa dihitung pakai jari tapi aku bersyukur.
Lah ... kok malah curhat.
Yaudah abaikan.
Menurud jadwal update seharusnya aku update kemarin, tapi sinyalnya susah. Jadinya hari ini.
Happy Reading.
🍁🍁🍁
Gak cuma senyuman, muka jutek juga bisa menjadi topeng seseorang untuk menutupi kesedihannya.🍁🍁
Dana berhasil memasukkan bola basket ke ring lawannya, yang tak lain tak bukan adalah Jo. Mereka berdua battle satu lawan satu. Tak mau kalah, Jo mulai beraksi, melakukan hal yang sama.
Hal itu menjadi tontonan teman sekelas mereka. Mau bagaimana lagi, jika guru olahraga tidak masuk maka murid yang harus aktif sendiri.
"Dana ... semangat! Gue yakin lo menang."
"Dana i miss you. Kalau lo menang lo jadi pacar gue!"
"Jo, lo harus menang. Biar si Dana kalah, gak rela gue kalau Dana pacaran sama Mak Combreng."
"Apaan, sih, kalian. Alay banget," dengkus Nia. Dia merasa terusik oleh suara-suara fans duta siswa tertampan itu. "Ganggu."
"Sirik banget lo, Nia."
"Eh, main basket gue juga jago kali. Gak usah lebay." Nia berdecih. Dia tidak suka dengan cewek yang caper ke cowok seperti itu.
Dana sudah mencetak angka entah ke berapa kali. Yang jelas ia lebih unggul dari Jo. Cowok itu mengangkat kaos olahraganya, memperlihatkan perutnya yang kotak-kotak. Cewek-cewek pada geger melihat itu.
"Anjir, lo lebih unggul dari gue," umpat Jo. "Pamer roti sobek segala pula, apalah perut gue yang bakpau.'' Jo merebut bola dari tangan Dana dan melakukan lay up. Namun nahas, bola itu tidak masuk ke dalam ring.
Dana tertawa. "Kasian banget sih, lo. Padahal kalau masuk, gue mau ngajarin lo bikin kotak-kotak."
Dana melakukan dribble, ia berlari, mulai mencetak angka kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...