Aku update lagi nih. Ngejar Dead line rasanya AH, MANTAP! Keselnya dapet pula, senengnya pun ia. Lebih seneng lagi kalau kalian komen tiap in line. Hehe.
Tag temen kalian yuk. Biar yang baca makin rame.
Happy Reading.
Play list kamu|| Singgah ~ Pelukan Yang Salah
🍁🍁🍁
Keheningan tak lagi damai saat pikiran berisik. Apalagi jika hati tenggelam pada masa silam yang klasik. Keluar dari zona nyaman bisa membuat perasaan lebih baik meskipun tidak benar-benar baik.🍁🍁
Ingar bingar terdengar di salah satu club yang cukup populer. Cowok berjaket kulit berwarna coklat masuk ke dalam bersama dengan Jo. Dana sebenarnya malas sekali datang kemari, jika bukan karena Jo, ia tidak mau.
"Woy, Bro. Apa kabar?" Keduanya disambut teman-teman tongkrongan, dengan bertos ala laki-laki.
"Baik dong, Bray," sahut Jo dengan senang.
Dentuman musik terdengar cukup keras. Dengan penerangan minim dan lantai dansa yang berkelap-kelip membuat suasana menjadi ramai di sana.
"Bar, yuk, Dan, minum-minum kita," ajak Jo, menepuk bahu Dana.
"Ogah! Entar lo mabok. Jijih gue ngurusin bayi gede." Terakhir kali saja, baju Dana dimuntahi. "Apalagi sampe grepe-grepe cewek. Dih, ilfeel banget gue punya temen kayak lo."
"Astaqfiruloh, Nana!" Jo mengelus dadanya. "Tega bener ngomong gitu sama Jojo. Gak mungkinlah, Jojo ngelakuin itu. Ke sini aja cuma nyari kesenangan dan cuci mata."
"Ya siapa tau, kan? Apalagi lo kelamaan jomlo."
"Ngaca, dong. Lo juga jomlo, Dan." Jo tidak habis pikir dengan Dana.
"Gue udah ngaca sampe tujuh kali sebelum ke sini. Dan hasilnya sama. Masih ganteng," ucap Dana sekenanya. "Namanya juga keturunan Sultan Winata."
Jo memutar bola matanya jengah. Kadang ia susah berbicara dengan Dana. Bukan pemikiran mereka yang berbeda, tetapi Jo selalu kalah telak dengan ucapan Dana yang membuatnya tak bisa berkata-kata.
Jo memutuskan ke bar, memesan bir lalu meneguknya. "Nambah lagi, Mbak."
Dana yang melihat itu geleng-geleng. Ia mengambil tempat di sebelah Jo, lalu berkata, ''Awas teler lo.''
"Minum gini doang kecil gue." Jo meneguknya lagi, lalu mengarahkan gelas itu ke Dana. "Mau?"
"Ogah." Dana menolak mentah-mentah. "Bekas lo, tuh. Pasti ada jigong lo yang nempel di situ."
"Sialan lo. Ya enggak, lah, sanggah Jo. "Gue kan pakek pasta gigi mahal yang dari lo itu. Kata lo itu impor, jelas gak ada jigong yang nempel."
Dana mengangkat bahu, sedang malas menanggapi. Lalu cowok itu memesan minuman bersoda.
"Lo gak mau pesen minum, Dan?"
"Mata lo ablebsia? Ini gue minum." Dana menengguk minuman bersoda yang cowok itu pesan.
"Bukan itu. Maksud gue minuman beralkohol," ucap Jo, meralat ucapannya yang tadi.
"Gak ah. Entar gue mabok lagi. Kalau mabok, entar di grepe-grepe sama cewek-cewek alay." Membayangkan itu saja sudah membuat Dana bergidik. "Kalau Bini gue tau, bisa-bisa ilfeel sama gue. Sebagai calon yang baik, gue harus jaga perasaannya dia dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...