Absen dulu yuk! Kalian nemu cerita ini dari mana?
Pembaca baru jangan lupa follow dulu ya! (Wajib)
Jangan lupa dukung dengan vote dan komentar yang banyak!
Jangan silent readers! Yang siders nanti pantatnya bisulan.
***
𝓷𝓽𝓪𝓻𝓪 𝓒𝓲𝓷𝓽𝓪 𝓭𝓪𝓷 𝓛𝓪𝓻𝓪
***Seorang gadis kecil berumur 5 tahun sangat cantik mengenakan rok terusan biru, dengan bando yang berwarna senada di kepalanya. Rambutnya hitam alami seperti ayahnya. Bulu mata mungil nan lentik membuat dia terlihat menggemaskan.
"Binar. Habiskan sarapanmu!"
Suara itu milik Rio, ayahnya. Mereka berdua sedang menikmati sarapan di rumah yang terlihat sederhana. Dinding rumah hanya terbuat dari bata merah, serta lantai keramik yang beberapa di antaranya retak.
"Ayah. Inal pingin sekolah."
"Iya, besok Ayah akan mendaftarkanmu ke sekolah." Ayahnya mengusap-usap rambutnya lembut. "Sekarang Binar makan, ya, Ayah mau kerja. Inget kata Ayah. Jangan main jauh-jauh."
"Iya, Yah."
Baru saja Rio ingin beranjak, pecahan kaca jendela terdengar, begitu nyaring dan tentu saja membuat mereka kaget.
Pintu rumah didobrak dari luar. Beberapa orang berpakaian serba hitam menerobos ke dalam.
"Ayah. Inal takut." Binar kecil bersembunyi di balik punggung ayahnya. Jemari kecilnya mencengkram erat ujung kemeja sang ayah seolah tak mau jauh.
"Binar tenang, ya. Ayah di sini, kok." Rio mencoba menenangkan sang anak.
"Kalian siapa?!" tanya Rio, berteriak.
Salah satu orang berpakaian serba hitam itu tersenyum menyeringai di balik topengnya. "Malaikat, mautmu."
Rio berusaha menutupi Binar dengan tubuhnya, saat mata orang itu jatuh melihat makhluk kecil di balik punggungnya.
"Binar, kamu lari Binar," ucap Rio, ingin anaknya selamat.
"Gak mau! Inal cuma mau Ayah...."
Binar memang anak yang keras kepala. Tangan Rio mengangkat tubuh kecil Binar dan menggendongnya. Ia melempar peralatan makan ke beberapa orang yang memakai pakaian serba hitam itu. Bahkan, Rio menjatuhkan kursi untuk menghalang-halangi langkah mereka.
Merasa ada jarak yang tercipta, Rio membawa lari Binar. Berusaha sembunyi di tempat yang lebih aman. Langkahnya tak tentu arah, ternyata ia sampai di kamar. Matanya mengerling, mencari tempat yang aman.
"Binar, kamu sembunyi di sini, ya! Jangan keluar sebelum Ayah suruh." Rio membuka lemari kamarnya, menaruh Binar di sana.
"Gak mau, Inal mau Ayah."
"Binar. Orang-orang itu jahat, Ayah gak mau kamu kenapa-napa." Dielusnya rambut sang anak lembut. "Binar nurut, ya. Kali ini aja. Nanti Ayah beliin es krim, deh."
"Benelan?"
Rio mengangguk. Ia menyembunyikan sang anak dan segera keluar dari sana.
"Mau lari ke mana lagi kau?!"
Sial. Rio dikepung dari berbagai sisi.
"Siapa yang nyuruh kalian ke sini?!" Rio berteriak emosi.
"Kau tidak perlu tau." Pria yang memakai topeng yang berbeda, sepertinya bos mereka, memberi kode pada anak buahnya. "Habisi dia."
Pukulan demi pukulan diterima oleh Rio, ia berusaha melawan, tapi tenaganya tak mampu mengimbangi mereka, untuk menghindar pun, tidak ada kesempatan. Sampai akhirnya tubuhnya melemah dan tersungkur ke lantai.
Sementara di sisi lain Binar kecil sangat ketakutan, apalagi mendengar derap langkah yang terdengar.
"Anak manis ... di mana kamu?"
Pintu lemari dibuka, Binar menatap nyalang orang dibalik topeng itu.
"Ups ... ketahuan."
"Enggak! Pelgi kamu. Pelgi!"
Binar menggigit lengan orang yang berusaha menggendongnya itu. Dia melemparkan vas bunga pada kepala orang itu, dan berlari keluar dengan ketakutan.
Dor
Bunyi ledakan terdengar, dari arah kejauhan Binar melihat ayahnya terbaring lemah dengan perut yang bersimbah darah. Matanya berkaca-kaca, ia tidak menyangka ayahnya akan terluka.
"Ini akibatnya jika kau berani main-main sama saya."
"Kamu harus mati di tangan saya."
Dor
Dor
Orang yang berpakaian hitam itu kembali menembakkan peluru pada Rio. Kali ini pada keningnya, sampai darah keluar. Mata Rio lamat-lamat melihat tubuh kecil dari bilik tembok. Sebelum akhirnya menjadi gelap.
"Ayaaaah ...!"
TBC
Gimana prolognya?
Ini baru pembuka ya gengs. Masih ada part-part lainnya.
Semoga suka.
Jangan lupa vote, komen dan juga share.
Follow akun igku yuk: (@) dellariana.real
Love you readers
Dedel
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...