Part 16 - Andai Saja

190 54 160
                                    

Selamat datang di part ini. Semoga suka yah.

Pencet bintangnya dulu sebelum baca. Nanti takutnya lupa. Gratis kok. Hehe.

Typo, koreksi.

Jangan lupa puter playlistnya juga. Biar lebih feel bacanya.

Play list kamu|| Tolong ~ Budi Doremi

Happy Reading Readers

🍁🍁🍁
Tersenyumlah. Jika bukan untuk orang lain, setidaknya untuk dirimu sendiri. Karena kamu juga berhak untuk bahagia.
🍁🍁🍁

Binar berusaha memberontak. Dia menginjak kaki orang itu, dan berhasil membuat siempunya meringis.

Binar membalikkan badan, cukup terkejut mengetahui siapa orang tersebut. ''Dana?''

"Hai, Bini." Dana tersenyum, mengalihkan rasa sakit yang mendera kakinya.

"Lo ngapain di sini? Pakai acara bekap gue dari belakang lagi?" Binar terkejut sekaligus kesal. Dia pikir, ada orang jahat yang ingin menculiknya.

"Maaf." Dana tahu caranya salah, padahal ia hanya ingin memberi kejutan kepada Binar saja. "Gue lagi jalan-jalan. Sekalian mau ketemu sama lo."

Sebenarnya Dana sudah mengintai Binar sejak gadis itu menyiram tanaman di taman rumahnya. Dana tidak berani mendekat, karena takut ketahuan orang tua Binar. Melihat Binar keluar rumah sendirian, cowok itu mengikutinya dari belakang, secara diam-diam.

"Ketemu sama gue?" Binar mengernyit, sedikit bingung. "Lo tahu dari mana gue tinggal di kompleks ini?"

"Lo lupa? Gue pernah nganterin lo sampai gang masuk ke sini?" tanya balik Dana.

Ah, iya. Hampir saja Binar melupakan hal tersebut. "Kok lo bisa di belakang gue secara tiba-tiba, sih. Lo ngintilin gue?"

Dana menggaruk tengkuk lehernya yang sama sekali tidak gatal. "Bisa dibilang gitu, sih. Tapi memangnya gak ada kata yang lebih keren dari ngintilin apa?"

"Penguntit!" balas Binar, sedikit kesal.

Dana mengatur napasnya, lalu berdehem pelan. "Bi, lo ada acara enggak? Ikut gue yuk?"

"Ikut ke mana?"

"Ke rumah gue, Mama mertua pengin ketemu calon mantu soalnya." Dana tersenyum lebar.

"Hah?" Binar menganga, tak percaya. Ini kuping gue yang salah denger, atau Dana yang salah meminum obat?

"Woy! Malah bengong." Dana mengibaskan tangannya di depan wajah Binar, membuat gadis di depannya refleks menutup mulutnya.

"Ah, kelamaan mikir lo." Dana meraih pergelangan tangan Binar. Lalu membawa gadis itu pergi dari sana.

"E-eh. Dana! Lo mau bawa gue ke mana?!" Binar tersentak, kaget. Mau tidak mau, dia berusaha menyamai langkah Dana.

Dana menghampiri mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Dia membukakan pintu, mempersilahkan Binar masuk ke dalam mobil sport miliknya.

Dana memutari mobil, mengambil tempat di sebelah Binar. Dana segera melajukan mobilnya.

Di dalam mobil, hanya alunan lagu bruno mars yang terdengar. Sebelum akhirnya Binar melontarkan pertanyaan yang menguasai pikirannya.

"Sebenernya, ini mau ke mana?" Binar masih belum mendapatkan jawaban akan hal itu. Dia hanya menurut masuk ke dalam mobil Dana.

Antara Cinta dan Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang