Halo. Apa kabarnya nih?
Siapa yang nungguin cerita ini?
Absen dulu ya, warna kesukaan kalian?
Jangan lupa puter play listnya biar dapet feel-nya.
Play List Kamu|| Rossa ~ Tlah Mencoba
Happy Reading Reader.
🍁🍁🍁
Jangan pernah memahami hal yang tidak pernah kamu alami. Jika jatuhnya malah menghakimi dan membuat sakit hati.
🍁🍁🍁Sudut bibir Dana tertarik ke atas, senyumnya mengembang sempurna---menatap foto Binar yang ia potret diam-diam. Sungguh objek terindah yang pernah Tuhan kirimkan ke hidupnya. Hidung yang tidak terlalu mancung namun pas di wajahnya yang oval. Serta bibir tipis yang manis di pandangannya.
Dana mengusap lembut foto Binar di ponselnya. ''Gue tau, Bi. Sebenernya lo juga sayang sama gue. Tapi lo ragu akan hal itu, ragu sama perasaan lo sendiri.''
"Hayo, bucin aja lo kerjaannya!"
Dana tersentak, hampir saja ponsel itu meluncur bebas dari genggamannya. Untung saja Dana sigap menangkap sebelum jatuh ke lantai.
"Gila lo! Ngagetin gue. Untung aja gak jatuh." Dana menatap Jo sebal.
"Iya, sori. Lagian lo budak cinta, sih."
"Sirik amat lo Jo. Sama Nia aja sono."
"Ogah. Dia barbar. Yang ada, dipukul tiap hari gue."
Dana menepuk bahu Jo. "Eh, dengerin ya. Lo gak bisa nilai orang dari luarnya doang. Penampilan gak bisa menjamin sifat seseorang."
Dana turun dari meja. Lalu melangkah pergi keluar.
"Woy, Dan! Lo mau pergi ke mana?!" tanya Jo, sedikit berteriak.
"Biasa! Urusan cinta!" Dana membalas, tanpa menghentikan langkah, ataupun membalikkan tubuhnya.
Langkah pertama yang dituju Dana tentu saja kelas Binar. Dia tahu, Binar sudah selesai berolahraga. Namun, saat melihat ke dalam, ternyata tidak ada. Hanya ada beberapa anak cowok yang sedang mengganti pakaiannya di dalam.
"Binar lagi ganti baju di kamar mandi kali, ya?" Dana bergumam.
Cowok itu memilih menunggu di koridor depan kelas 12 A1 sembari menunggu Binar. Detik berikutnya, sepesang sepatu berhenti tepat di hadapannya. Sana mengangkat wajahnya, berharap jika orang itu benar Binar.
"Hai, Dan. Lo nungguin gue, ya?" tanya Marsha dengan semringah, "sorry lama. Habis ganti baju soalnya."
"Siapa?"
"Gue."
"Yang nanya." Dana menyahut kesal.
"Dana, ih ...." Marsha mendengkus mendengar ucapan Dana. Gadis itu merajuk dengan mengerucutkan bibirnya. Bukannya lucu di hadapan Dana, justru kelakuan itu membuat Dana tambah enek.
Dana berdehem. "Kelas lo habis olahraga, ya?"
"Iya. Kenapa emangnya?" Marsha menyipitkan mata, tak lupa senyuman terbit menghiasi wajahnya. "Em ... gue tau. Lo pasti mau ngajak gue makan, kan? Lo tau kalau habis olahraga gue pasti capek. Perhatian banget, sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...