Part 23 - Siapa Dia?

182 49 126
                                    

Hai gengs, welcome back to my lapak.

😂😂😂

Akhirnya bisa update lagi.

Jangan lupa sembiosis mutualisme, ya. Kalian vote, dan komen tiap in line. Aku update lagi part selanjutnya.

Happy Reading Readers

Dengerin playlisnya dulu. Biar ngefeel bacanya.

Play list kamu|| Anneth ~ Mungkin Hari Ini Esok Atau Nanti.

Play list kamu|| Anneth ~ Mungkin Hari Ini Esok Atau Nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Jangan lupa pakai masker)

🍁🍁🍁
Jika menyakiti adalah kebiasaan, maka memaklumi bisa saja menjadi bagian dari kebodohan.
🍁🍁🍁


Motor yang dikendarai Dana membelah jalanan kota yang ramai. Di menit berikutnya, Dana berbelok ke kiri, mengambil jalan singkat yang tak ramai orang lalu lalang---untuk lebih cepat sampai ke rumah Binar.

Seketika, awan menggumpal menjadi satu. Berubah menjadi abu-abu. Kilatan petir terdengar, menggebu di langit sana. Disusul oleh gerimis yang perlahan membasahi permukaan Bumi.

"Kayaknya mau hujan, deh, Dan," ucap Binar, menatap ke arah langit sejenak.

"Bukan mau hujan lagi, ini udah prolognya dari hujan," ucap Dana, melirik Binar dari kaca sepion.

"Dan, nanti kalau hujannya deras, berteduh aja, ya," pinta Binar.

Sepertinya perkataan Binar menjadi sebuah kenyataan. Hujannya bertambah lebat. Aromanya mulai menyeruak---masuk ke dalam indra penciuman.

"Pegangan, Bi. Gue mau ngebut," kata Dana, sembari mempercepat laju motornya.

Binar melingkarkan tangannya di perut Dana. Seolah tak mau jatuh. Binar sudah hafal, Dana jika situasi genting, Dana akan mengendarai motor seperti orang kesetanan. Binar memejamkan mata, menyenderkan kepalanya di punggung Dana.

Dana memilih berteduh di halte. Baju mereka sedikit basah terkena hujan. Sambil berdiri, Binar mengusap-usap tangannya untuk mencari kehangatan.

"Waktu itu lo pernah bilang, katanya lo suka hujan. Pas hujan malah milih berteduh."

Binar menoleh, memandang Dana sedikit jengkel. "Kan, gue bilangnya suka hujan. Bukan suka hujan-hujanan."

Dana menaikkan salah satu alisnya. "Emang apa bedanya?"

"Ya bedalah." Binar memberi jeda. "Seumpama lo suka sama orang, lo gak mesti ada di samping orang itu. Melihatnya dari jauh udah bisa didefinisikan suka kalau ada rasa. Makanya gue suka hujan tanpa harus berada di bawahnya dan menyentuhnya."

Antara Cinta dan Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang