Part 43 - Terbongkarnya Masa Lalu

264 35 121
                                    

Hay! Apa kabar?

Maaf baru nongol lagi.

Hampir menjelang ending, nih. Jangan lupa pencet bintang dan komen tiap in line ya!

Typo koreksi!

Play List Kamu|| Pupus ~ Hanin Dhiya (cover)

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Manusia adalah lakon utama sandiwara dunia. Yang terlihat baik, belum benar-benar baik begitupula sebaliknya. Untuk itu, berhati-hatilah pada orang yang suka bermuka dua.
🍁🍁🍁





Vera mengerjapkan matanya berkali-kali, menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk melalui kornea matanya. Hal yang pertama Vera lihat adalah ruangan yang tampak asing baginya. Bau debu menyeruak indra penciuman, sepertinya ruangan ini tidak terpakai. Bahkan, ada sarang laba-laba menghiasi setiap sudut ruangan itu, tak terkecuali langit-langit.

Wanita paruh baya itu terkejut, saat tubuhnya diikat pada sebuah kursi kayu. Sedangkan mulutnya disumpal menggunakan kain hitam.

Di mana ini?

Pikiran Vera berputar pada kejadian beberapa jam yang lalu. Saat mobil mendadak mogok dan beberapa pria berpakaian serba hitam serta memakai topeng menyerangnya dan juga yang lain. Vera baru ingat jika tadi wajahnya dibungkus menggunakan kain hitam dan masuk secara paksa ke dalam mobil oleh salah pria berbadan gempal.

Jadi, orang-orang tadi mencegatnya di jalan bukan karena uang? Melainkan penculikan. Untuk apa tujuannya? Diambil organ tubuhnya, atau dijual dan dijadikan pemuas napsu lelaki hidung belang? Vera rasa, itu tidak mungkin. Umurnya terlalu dewasa untuk dijadikan perempuan malam, biasanya 'kan yang masih muda.

"Em ... em ... em ...!" Vera berusaha berteriak meminta tolong, tetapi mulutnya tak bisa mengeluarkan suara akibat sumpalan kain sialan itu.

Vera menggerak-gerakkan kursinya, sampai suara bentrokan antara kursi dan lantai terdengar. Detik berikutnya, Vera mendengar suara pintu dibuka. Dari tempatnya, Vera melihat bayangan hitam tubuh seorang laki-laki berjalan mendekat.

"Kamu sudah sadar, Sayang."

Bulu kuduk Vera seketika merinding mendengar ucapan itu. Napasnya memburu, beriringan dengan keringat dingin yang keluar dari pelipisnya. Vera menangkap jelas mata elang laki-laki itu dari balik topeng yang ia kenakan.

Siapa dia sebenarnya? Dari postur tubuh seperti familier.

"Em ... em ...!" Vera memberontak kembali, sayangnya, bukannya ikatan di tangan dan kakinya terlepas malah membuatnya semakin kesakitan.

"Hussst, jangan berontak, Sayang. Tangan kamu nanti sakit."

Mendengar itu, air mata Vera meluncur. Bagaimana jika hal buruk terjadi? Bagaimana jika laki-laki itu akan ..., tidak-tidak! Memikirkannya saja membuat Vera takut. Apalagi jika terjadi sungguhan.

"Kenapa kamu menangis, Sayang?" Tangan kokoh laki-laki itu menghapus air mata Vera dengan lembut. "Kamu ingin bicara? Baiklah, akan kubuka sumpalan di mulutmu."

Vera meringis, saat kain itu ditarik paksa dari mulutnya. Matanya memandang sengit pria bertopeng di depannya. "Siapa kamu?! Apa tujuanmu menculikku?!"

Antara Cinta dan Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang