Welcome back to my lapak. :(
Senyum dulu biar gak tegang.
Jamgan lupa siapain guling, tisu, dan cemilan buat menikmati part ini ya. Soalnya rasanya nano-nano gitu.
Happy Reading.
🍁🍁🍁
Terkadang kita tidak butuh orang yang benar-benar mengerti, tapi butuh orang peduli dan bertahan di sampingmu selama ini.🍁🍁
Menceritakan apa yang dialaminya kepada Dokter Irma membuat hatinya sedikit merasa lega. Setidaknya beban hati sedikit berkurang walaupun masih terdapat lara di dalamnya.
Andai saja takdir bisa diubah, Binar ingin Ayah dan Ibunya masih tetap di sisinya sampai saat ini. Namun, hal itu sudah berlalu, dan Binar tahu jika itu pengandaian yang tidak mungkin terjadi. Binar ingin seperti mereka, memiliki keluarga yang sempurna, utuh, dan penuh bahagia. Keluarga baru yang ia anggap bisa memberikan hal itu, ternyata hanya fana.
Binar merunduk, menyusuri jalanan sepi di malam hari. Binar menyeka air matanya, rasa sakit itu masih nyata, usai ia bercerita.
Tin ... tin.
Sebuah mobil sedan berwarna putih menghadang jalannya. Binar mendongak, bertepatan dengan itu seorang laki-laki turun dari mobil dan menghampirinya.
"Bima." Binar terkejut, saat mendapati Bima.
"Habis dari mana lo? Gue udah nyari lo muter-muter tau?"
Tumben sekali dia menanyai Binar. Dan untuk apa mencarinya? Atau ini siasat Bima supaya Binar dimarahi lagi oleh Vera?
Padahal Binar sudah tak ambil pusing untuk risiko pulang malam. Binar sudah menguatkan hatinya jika Vera kembali melampiaskan amarah meskipun sesudah itu dia menangis dalam diam di kamar.
"Apa peduli lo?" Binar memandang tak bersahabat pada Bima.
"Gue sama sekali gak peduli sama lo!" tegas Bima, kembali membuat hati Binar teriris, "tapi Papa peduli sama lo."
Kalimat terakhir membuat Binar menganga. "Papa?"
"Iya. Papa udah balik, dan dia suruh gue nyariin lo, karena lo gak ada di rumah."
Bukannya papanya pergi ke luar kota seminggu? Lalu kenapa sudah pulang? Apa Vera mengadu sehingga Ferdi pulang untuk memarahi Binar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...