Wah, udah gak nyangka nyampe kepala tiga.
Terima kasih untuk kalian yang masih baca cerita ini sampai sekarang. Meskipun jauh dari kata sempurna, kalian udah luangkan waktu untuk baca kisah Binar yang penuh lika-liku ini.
Jangan lupa follow and share ke temen-temen kalian, ya.
Dengerin play listnya biar dapet feelnya. Sesuai banget sama kondisi Binar saat ini.
Jangan lupa siapin tisu ya. Aku habis ngiris bawang tadi.
Play List Kamu|| Jeremy Zucker - All The Kids Are Depressed
Happy Reading.
🍁🍁🍁
Ada suatu situasi, yang membuatku takut untuk menjadi diri sendiri. Sebab banyak ekspetasi, yang jatuhnya malah melukai.
🍁🍁🍁Sudah hampir dua jam, Binar tak kunjung memejamkan matanya. Rasa kantuk seakan menguap, bersama dengan kejadian-kejadian yang menimpanya akhir-akhir ini. Banyak sekali pertanyaan yang belum ia dapatkan jawabannya. Teka-teki ini, sangat membingungkan.
"Astaga! Kenapa susah banget, sih, buat tidur?" Binar merubah posisinya menjadi duduk. Ia mengacak rambutnya kesal. "Mana udah hampir jam dua belas lagi."
Binar ingin mengambil obat untuk menenangkan dirinya. Nahas, obat itu telah habis. Ya, Binar terlalu ketergantungan dengan obat itu, padahal ia tahu, hal tersebut tidak baik untuknya.
Brak
Suara itu membuat Binar terperanjat. "Suara apa itu?"
Binar mindik-mindik mengintip dari arah balkon kamarnya. Ia melihat jendela kamar Fay terbuka. Merasa cemas, Binar langsung menuju kamar Fay. Takut jika itu adalah maling.
Kepanikan Binar bertambah, ketika kamar Fay terkunci. Ia mencoba memanggil gadis itu berulang kali, namun tidak ada sahutan dari dalam.
Bahkan Binar sudah menggedor-gedornya, namun hanya suara isakan yang dia dengar. Binar mencari kunci cadangan pada bupet, dan berhasil membukanya.
"Fay!"
Alangkah terkejutnya Binar, saat mengetahui dahi Fay mengeluarkan darah segar. "Fay, lo kenapa?"
Binar berlari ke arah jendela kamar Fay, tadi ia melihat orang berpakaian serba hitam di sana. Namun, saat tidak mendapatkan siapa-siapa di luar, Binar dikagetkan oleh pecahan vas bunga.
"Fay, lo kenapa banting vas bunganya?" tanya Binar, mendekati Fay.
"Gue muak, Binar! Gue muak!"
Dahi Binar bergelombang, ia sama sekali tidak mengerti dengan ucapan Fay. "M-maksudnya?"
"Ini semua gara-gara lo, Binar! Gara-gara lo!"
Mendengar teriakan Fay keras seperti itu, membuat Binar tambah kebingungan. "Gue sama sekali gak ngerti Fay."
"Akh!" Fay memekik, ketika kakinya mengenai pecahan vas bunga yang ia banting sendiri.
"Fay! Binar! Ada apa ini?!"
Keduanya kompak mengarah pada pintu. Vera dan Bima berdiri di sana, memandang mereka dengan tatapan masing-masih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...