Gak nyangka udah epilog.
Ini merupakan bagian ending yang sesungguhnya.
Udah siap hati?
Absen dulu yuk! Kalian nemu cerita ini dari mana?
Pembaca baru jangan lupa follow dulu ya! (Wajib)
Jangan lupa dukung dengan vote dan komentar yang banyak!
Jangan silent readers! Yang siders nanti pantatnya bisulan.
Play List Kamu || Sekali Ini Saja ~ Glenn Fredy
Happy Reading.
🍁🍁🍁
Pada dasarnya, tidak ada orang yang minta dilahirkan ke dunia, begitupula dengan kepergiannya.
🍁🍁🍁
Binar terbaring lemah di ruang ICU. Keadaannya sekarang sungguh kritis. Bahkan, ini udah seminggu dirinya dirawat. Dia kehilangan banyak darah, untung ada Bima yang sedia mendonorkan darahnya. Namun, untuk urusan kepulihan, dokter belum bisa memastikan itu kapan.
Sedangkan Vera, ia menjalani pengobatan wajahnya. Sampai benar-benar sembuh. Vera sendiri tidak mau menjalani operasi plastik, selain biayanya mahal, ia tidak mau memakai uang dari Ferdi yang masih berstatus suaminya itu.
Ah, ngomong-ngomong soal Ferdi, sekarang pria itu telah menikam di penjara. Tepatnya di penjara rumah sakit. Ferdi sepertinya memang punya kelainan mental, pria itu sering tertawa dan marah dalam satu waktu. Terkadang malah membanting apa pun yang ada di sekitarnya.
Vera juga ingin mengajukan gugatan cerai. Entah ke depannya ia akan bagaimana, setidaknya Vera lepas dari ikatan kebohongan itu.
"Binar kamu bangun, Nak, Mama sayang kamu." Vera menitihkan air mata, memandang Binar dari kaca pembatas ruangan.
"Ma ...," panggil Fay lirih. Gadis itu memeluk Vera erat. "Fay yakin, Binar gapapa. Dia gadis kuat, Ma. Pasti Binar bertahan."
Interaksi dari mama dan adiknya itu membuat hati Bima teriris. Melihat Binar terbaring lemah saja ia ikut terluka. Apalagi melihat Vera dan Fay menangis.
Bima duduk di kursi tunggu depan ICU sembari mengacak rambutnya. Ia bingung harus berbuat apa sekarang. Usapan lembut di bahu, membuat Bima menoleh. Nia berusaha menenangkan meskipun gadis itu juga merasakan kesedihan melihat kondisi Binar, sahabatnya.
"Kita sama-sama berdoa yang terbaik buat Binar, ya?" pinta Nia.
"Gue harus apa, Ni? Coba bilang gue harus apa?" Bima sudah dilanda putus asa. "Kembaran gue terbaring lemah di sana. Nyokap gue terluka, Fay, adik gue juga rapuh keadaannya."
"Lo juga rapuh, Bim," balas Nia. "Kita di sini sama-sama rapuh. Gak ada yang menyangka kejadiaannya akan jadi gini."
Jujur, pertama kali mendengar berita ini Nia sangat terkejut. Mendengar cerita yang keluar dari mulut Fay tentang kejadian sebenarnya, Nia tak menyangka. Nia juga terpuruk melihat keadaan Binar.
"Tapi gue sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarga gak bisa melakukan apa pun, Ni."
"Kita pasrahkan semua pada Tuhan. Sebagai manusia, kita gak bisa berbuat apa pun selain doa, Bim. Yang sabar, ya." Nia merengkuh pundak Bima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Cinta dan Lara
Teen Fiction[𝙁𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙈𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖, 𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙎𝙞𝙡𝙚𝙣𝙩 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨] Antara cinta dan lara, mana yang lebih menyakitkan? *** Katanya, rumah adalah tempat yang paling nyaman untuk berteduh dan berlindung. Namun, hal itu tidak berlak...